Dalam tubuh manusia, memiliki kekuatan khusus atau memiliki kekuatan masing-masing yang berbeda. Namun, ada juga kekuatan yang sama tetapi tidak persis.
Untuk menggunakan kekuatan, seseorang harus berkonsentrasi dan mengontrol kekuatan tersebut. Jika tidak bisa mengontrol kekuatan maka akibatnya akan sama seperti yang dirasakan Aray.
Aray satu minggu baru sadarkan diri, dan begitu sadarkan diri tersentak saat berada di tempat Guru Aneh. Aray merasakan tubuhnya dialiri kekuatan walaupun sangat sedikit karena sebelumnya kekuatan dahsyat itu ditekan oleh Guru Aneh. Untuk keselamatan Aray, Guru Aneh memberi pelajaran khusus pada Aray di tempatnya sampai Aray bisa mengontrol kekuatan sendiri dan melarang anak itu pergi tanpa seizinnya. Dengan kata lain Aray tidak masuk kelas dan mendapatkan pelajaran di tempat Guru Aneh.
Awalnya Aray menolak keras tetapi setelah diberi penjelasan tidak ada alasan lain untuk menolak. Keseharian Aray diisi dengan latihan pengontrolan kekuatan dibantu oleh Guru Aneh.
Saat ini Guru Aneh masih mengumpulkan informasi mengenai segel dan tubuh istimewa yang bisa mengaktifkan kekuatan orang lain.
"Kau harus berterima kasih padanya."
Perkataan Guru Aneh selalu diingat oleh Aray, dia masih berpikir kejadian seminggu lalu.
Orang yang tengah dipikirkan Aray sekarang di asrama putri bersama Inay tiba-tiba saja bersin.
Amdara mengucap syukur setelahnya. Amdara dan Inay berada di kamar Amdara, mereka duduk di kursi sambil menikmati apel perak milik Amdara. Dua anak perempuan tersebut hanya bisa makan malam dalam sehari, tidak ada sarapan dan makan siang. Hah, benar-benar keterlaluan!
Kamar ini adalah kamar paling pojok dengan satu ranjang kayu dan ada kamar mandi kecil dan sebuah dua kursi. Memang tidak terlalu besar tetapi cukup untuk istirahat.
"Bagaimana dengan misi kita?" Tanya Amdara sambil meminum air dari batang bambu sebagai wadah.
Inay mengunyah apel dengan kesal mendengar pertanyaan Amdara.
"Huh, aku tidak tahu. Rasanya hidup di lingkungan ketat aturan membuatku hampir tidak waras."
Yang dikatakan Inay benar adanya. Setelah mengikuti kelas pagi sampai siang, dilanjut dengan latihan non-akademi kemudian yang belum bisa mengambil misi langsung dilanjutkan menghapal seribu aturan sekolah dan diwajibkan membaca buku di perpustakaan dan membuat laporan setelah apa yang dibaca. Bagi orang seperti Inay, itu adalah hal paling mengerikan. Dia lebih memilih melenyapkan Roh Hitam dengan segenap kekuatannya daripada sekolah.
Hukuman yang diberikan Tetua telah selesai hari ini. Sekarang mereka tengah membicarakan mengenai misi yang diberikan Tetua Bram yang belum mereka lakukan sampai sekarang. Amdara juga belum mencari orang tuanya sampai sekarang.
Amdara tidak bisa seperti ini terus, berada di sekolah hanya tempat istirahat. Tujuan mereka jelas tidak boleh dilupakan. Amdara menatap Inay yang masih dengan wajah kesal sambil mengunyah apel perak.
Amdara berdiri, dia lupa bisa menggunakan portal agar bisa keluar dari sini. Mungkin saja mereka tidak akan ketahuan seperti sebelumnya kan? Amdara tersenyum sebelum mengeluarkan kata.
"Keluar."
"Apa?"
"Kita akan keluar berburu."
Perkataan Amdara membuat Inay tersedak, dia terbatuk-batuk sebelum akhirnya melihat senyuman Amdara.
Selama berada di Organisasi Elang Bulan, Amdara yang paling sering melenyapkan Roh Hitam. Dia sangat jarang berada di organisasi dan selalu mengambil misi berburu Roh Hitam.
*
*
*
Setelah hukuman masal yang diterima oleh Padma, Kenes, Daksa dan rombongan, mereka tidak bertemu dengan Amdara maupun Inay setelahnya. Mereka mengira bahwa dua anak itu menghindar, tetapi Padma sudah mencari di asrama dan seluruh kelas tetapi tidak menemukan keduanya. Memang Aneh, Padma dan teman-teman tentu ingin membalas dendam dengan apa yang telah dilakukan Amdara. Namun, Amdara seperti ditelan bumi.
Di pasar malam kota Awan Langit, ramai oleh para pedagang yang menjajakan jajanan. Mereka meneriaki dagangan masing-masing untuk menarik perhatian pelanggan. Berbagai barang di jual di sini, bahkan ada seorang nenek yang menjual macam-macam tusuk rambut, sisir, ikat rambut, jepit rambut, dan hal-hal yang berkaitan dengan rambut.
"Kemarilah, kemarilah! Ada daging sapi banyak khasiat ...!"
"Tuan dan Nyonya, silakan dilihat-lihat jimat-jimatku ...!"
"Tuan Muda, dan Nona aku menjual batu permata dan batu ajaib ...!"
Suasana pasar di malam hari lebih meriah daripada siang. Lampu-lampu warna-warni di setiap toko membuat suasana tambah meriah. Orang-orang berlalu lalang di jalan.
Para pedagang terlihat sangat ramah pada pelanggan. Ketika ada orang berbuat onar, maka langsung dibereskan oleh para penjaga yang disewa pedagang. Para pedagang sebagian besar tidak bisa menggunakan kekuatan, jadi mereka menyewa penjaga untuk melindungi diri dari orang-orang jahat.
Di lorong gelap dekat pasar, seseorang tengah tertawa keras sambil menendang tubuh kecil anak perempuan.
Sementara anak kecil itu hanya diam memeluk boneka erat. Tubuhnya penuh luka dan berdarah akibat seorang anak lelaki yang bertubuh besar.
"Dasar tidak tahu malu! Haha, kau sama sekali tidak berguna! Padahal sudah lama sekolah!"
Anak lelaki itu kemudian kembali menendang anak perempuan tersebut yang diam tanpa menangis.
Kejadian itu dilihat oleh Amdara dan Inay beberapa menit lalu yang tiba atap toko dekat lorong gelap tersebut. Mereka bertanya-tanya mengapa anak yang tengah ditindas itu bisa keluar sekolah.
Amdara mengepalkan tangan. Dia melihat temannya tengah ditindas oleh murid sekolah Akademi Awan Langit.
Inay hanya diam tidak merespon melihat kejadian tersebut. Dirinya tidak ingin ikut campur urusan mereka. Terakhir kali mendapat masalah membuat Inay berkeinginan tidak akan mengurusi masalah lagi.
Pakaian mereka diganti dengan pakaian biasa, bukan pakaian sekolah. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang mengenali mereka sebagai murid sekolah Akademi Awan Langit. Dan tentunya Amdara memakai pakaian laki-laki seperti di Organisasi Elang Bulan. Inay memakai cadar hitam agar tidak ada yang melihat wajahnya. Sementara Amdara menggunakan topeng kucing hitam.
Awalnya Amdara tidak menyangka portalnya bisa sampai di pasar malam ini. Untung saja portalnya tidak membawa dia ke tempat lain. Jika tidak, dirinya tidak akan bisa melihat temannya ditindas.
"Kita sebaiknya pergi--"
Wushh
Amdara melesat begitu saja tanpa mendengarkan perkataan Inay. Inay tersentak, dia menggelembungkan pipi. Belum juga mengajak Amdara pergi, tetapi bocah itu malah melesat duluan.
"Ini bukan bagian dari misi kita tahu ...!"
Inay mengembuskan napas kesal. Entah mengapa Amdara selalu mencari masalah. Lebih tepatnya ikut menarik diri ke sumber masalah.
BAAM!
Amdara menendang tanah yang hampir menyentuh anak perempuan yang tengah ditindas itu dan langsung membawanya ke belakang toko yang ternyata tanah kosong.
"Kau tidak apa-apa?"
Nada masih terkejut ada seseorang yang menolong, dia mengangguk sebagai jawaban. Ya, anak perempuan yang baru saja ditindas adalah Nada, teman sekelas Amdara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments