Bella's Script

Bella's Script

Berharap pada dua kaki

Bertumpu di atas dua kaki yang lemah, nyaris ambruk tanpa sisa tenaga ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Keseimbangan seperti hilang namun tubuh menolak untuk rubuh.

Hembusan angin malam yang dingin, menerbangkan dedaunan dari sebatang pohon tinggi yang berdiri tegak di bawah jalan layang hingga hanya dedaunannya saja yang terlihat jelas.

Di bawah sana, ada sebuah danau yang di belah oleh jembatan besar dengan riak airnya yang tenang namun menghanyutkan.

Helaian rambut hitam nan panjang ikut terbawa terbang bersama semilir angin dingin yang meremangkan bulu kuduk bagi jiwa yang sedang gamang.

Di tepian jalan itu, tepat di atas tembok penghalang jalan, berdiri seorang wanita yang tengah menatap nanar riak air danau di hadapannya. Wajah sembab dengan tatapan kosong, hidungnya yang merah dengan lingkar mata yang bengkak seperti telah mengeluarkan seluruh air matanya hingga habis.

Hanya tersisa air mata terakhir di sudut mata yang ia biarkan mengering terbawa tiupan angin yang menerpa wajahnya.

Helaan nafasnya yang berat terasa sangat sesak dengan banyaknya amarah yang bergejolak di rongga dada. Sesekali ia memejamkan matanya berharap semua bayangan kejadian hari ini hilang dari benaknya. Tolong, jangan terlalu bising, aku sedang sangat lelah, mungkin begitu pekiknya dalam hati.

Sayangnya semakin lama sepertinya isi kepalanya semakin hingar. Semakin banyak suara yang ia dengar dengan beragam emosi yang berpadu menjadi satu. Dan semakin lama bayangan kekecewaan di benaknya semakin nyata silih berganti tanpa bisa ia hentikan.

Merentangkan tangannya, seraya menengadahkan wajahnya menatap langit malam yang gelap, wanita itu lalu memejamkan matanya. Sebentar saja, berada di bawah langit malam yang di terangi ribuan bintang sementara ia merasa sangat sepi, harusnya ini untuk yang terakhir kalinya. Lain kali, ia ingin merasakan hangat dari cahaya gemintang yang menyinarinya dan membuatnya tidak merasa sendiri.

Bukan, tidak hanya langit. Mungkin semua hal ini cukup ia alami untuk terakhir kalinya.

Satu langkah lagi, ia melangkahkan kakinya menuju ujung tembokan yang curam, maka semuanya cerita sedih ini akan berakhir. Tidak ada siapapun di sana selain beberapa kendaraan yang melintas dan sesekali mengabadikan moment apa yang mereka lihat.

“Itu tuh cewek beneran apa kuntilanak sih?” salah satu remaja yang berada di atas boncengan sepeda motor, menghentikan laju kendaraannya lantas menepi.

Ia memperhatikan baik-baik wanita yang berdiri di ujung tembok pembatas pinggir jalan layang.

Satu remaja yang berada di atas boncengan ikut memperhatikan. Matanya membelalak saat ia sadar ada yang salah dengan wanita itu.

“Dia mau bunuh diri begok!” timpal remaja itu. Ia turun dari motor yang melaju pelan lalu berjalan lebih cepat, menghampiri wanita itu.

“Cewek beneran ya?” remaja yang masih di atas motor ikut turun. Yang ia ingat saat ini adalah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, menyalakan kamera lantas mengambil beberapa foto dan video lalu mempostingnya di laman media sosialnya.

“Viral nih pasti!” imbuhnya lagi dengan tergesa-gesa. Baginya ini kesempatan langka yang bisa membuat akun media sosialnya viral.

Secepat ketikan jari, live video yang ditayangkan pun diikuti banyak orang dan langsung dihujani banyak komentar. Remaja itu tampak asyik membalas setiap komentar yang masuk dengan jawaban yang di buat seolah suasana sangat mencekam.

Sementara temannya lebih memilih mendekat pada wanita itu.

“Deketin dong ngab!” komentar salah satu netizen.

“Hahahaha..” remaja itu tertawa girang karena berhasil mendapat banyak perhatian.

“Terus deketin bro!” lanjutnya penuh antusias.

Namun seruannya tidak di hiraukan kawannya. Remaja itu malah berjalan mendekat pada wanita yang seolah mengabaikan kegaduhan mereka.

“Kak, lo lagi ngapain?” tanya remaja tersebut. Ia terus mendekat pada wanita yang hanya membisu.

“Bro, gue zoom ya?” bisik temannya yang mendekat.

“Berisik bego! Orang lagi kayak gini lo malah asyik live! Gila lo ya!” Hardik remaja tersebut seraya menepis ponsel temannya.

Ponselpun terjatuh dan terlempar cukup jauh.

“Haish! Anjrit lo emang.” Dengan segera remaja itu mengambil ponselnya. “Geblek , layarnya sampe retak gini.” Gerutunya, tidak terima ponselnya jadi korban. Ia mengusap-usap layar ponselnya dengan lengan baju.

“Ada apaan dek?” tanya seseorang dari dalam mobil yang berhenti di dekat remaja itu.

“Tau tuh bang, ada yang mau bunuh diri kali.” Ucapnya acuh. Saat ini memeriksa ponselnya jauh lebih penting.

Tidak menunggu lama, sampai kemudian beberapa mobil dan motor ikut berhenti dan melihat apa yang terjadi di depan mereka. Mereka berkerumun dan mulai gaduh.

“Kak, jangan maju!” seru remaja tersebut. Satu langkah yang hendak di ambil wanita itupun terhenti.

“Di situ berbahaya, sini lo kasih tangan lo ke gue okey.” Bujuk remaja tersebut seraya mengulurkan tangannya.

Wanita itupun menurunkan tangannya yang terentang. Bibirnya yang pucat tersenyum simpul. Ada kepedihan yang ia simpan di balik tarikan garis bibirnya.

Dengan wajah yang cemas dan berusaha menenangkan, remaja itu mendekat.

“Percaya sama gue, kasih tangan lo ke gue. Kalau  ada apa-apa, gue bisa dengerin lo. Lo bisa omongin semuanya baik-baik. Gak usah,”

“Berhenti.” Lirih wanita itu. Pelan namun tegas.

Langkah remaja itupun terhenti dengan wajah yang di liputi kekhawatiran.

Orang-orang semakin banyak berkerumun dan kendaraan ikut menepi mencari tahu apa yang menghadang jalan mereka. Sebagian  ikut mengeluarkan ponselnya dan melakukan hal yang sama, merekam dan memfoto. Sementara beberapa orang inisiatif menghubungi kantor polisi untuk meminta bantuan.

“Okey, gue berhenti tapi tolong lo jangan maju. Please kasih tangan lo ke gue,” suaranya terdengar terbata-bata. Bukan perihal mudah membujuk seseorang yang memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya, agar berhenti.

Kalimatnya pun terhenti, saat tiba-tiba wanita itu berbalik. Menunjukkan wajah cantiknya yang terlihat pucat. Rambut yang tergerai dan berantakan. Mata yang merah dan basah, serta bibirnya yang kering, pucat pasi.

“Lo tenang okey.” Remaja itu mengendap mendekat, langkahnya hati-hati agar tidak mengusik wanita yang terlihat putus asa tersebut.

“Kasih tangan lo ke gue, hem?” Ia kembali mengulurkan tangannya.

Melihat betapa berantakannya penampilan wanita itu, tentu bukan sebuah candaan jika kemudian ia berdiri di tepian jurang dan siap melompat.

Perlahan wanita itu menggeleng. Air matanya yang sudah kering, kembali menetes tanpa isakan. Bibirnya yang kering itu bergetar, seperti bergumam tapi tidak ada suara yang terdengar.

Remaja itu mengernyitkan dahinya. Seperti wanita itu tengah memberikan pesan terakhir.

“Gue gak denger suara lo!" gertak remaja itu setengah panik.

"Apapun yang mau lo sampein, lo sampein di sini. Depan gue langsung.” Lagi, ia berusaha membujuk.

Wanita itu hanya menggeleng. Lantas ia tersenyum. Tidak lagi berusaha berbicara, seperti tenaganya habis. Dan dalam beberapa saat,

“AAARRGGG!!!!!!!” beberapa orang berteriak saat tiba-tiba wanita itu mundur satu langkah seraya memejamkan matanya sebelum kemudian memilih menjatuhkan tubuhnya dari ketinggian.

“KAK!!!!” sontak remaja itu terteriak. Tangannya yang terulur kini gemetaran dan kakinya yang lemas. Matanya membulat sempurna tidak percaya kalau wanita tadi benar-benar sudah tidak ada lagi di hadapannya. Wanita yang ia bujuk susah payah, pergi dengan cara yang ia pilih sendiri.

“BYUR!!!” di susul suara air yang menyembur saat tubuh wanita tersebut yang tercebur ke dalam danau.

“BELLA!!!!” teriak seorang laki-laki yang tiba-tiba saja berlari kencang menuju tepi jalan, menyusul wanita itu. Dan,

“BYURR!!!” suara kedua yang terdengar di susul oleh teriakan orang-orang yang melihat.

Hening. Ya untuk beberapa saat semua hening dengan pikiran mereka yang kosong tanpa bisa berpikir apapun.

“Apa mereka mati?” Mungkin hanya pertanyaan itu yang ada di benak mereka.

Dalam beberapa saat, mereka kompak berlari menuju tepi jalan. Melihat ke bawah jembatan yang ternyata sangat tinggi jaraknya dari permukaan danau. Hanya riakan air yang terlihat di permukaan.

“Apa mereka mati?” tanya seorang wanita dengan gemetar.

Remaja itu hanya menggeleng. Melihat jarak jembatan dan danau setinggi ini, ia tidak yakin kalau dua orang itu selamat.

Di bawah sana, seorang laki-laki berenang menyelam ke dalam danau. Ia mencari tubuh wanita yang tadi di susulnya. Beruntung air danau tidak terlalu keruh sehingga masih bisa melihat dalam air walau samar-samar.

Matanya membulat saat tubuh wanita itu sudah melayang di dalam air dengan mata terpejam. Tidak ada usaha untuk berontak saat dalamnya air danau perlahan mengisi mulut, hidung lalu rongga paru-parunya. Hanya gelembung air yang kemudian keluar bersamaan dengan helaan nafasnya yang hampir habis. Seperti ia sudah sangat siap dengan apa yang akan dihadapinya.

Dengan cepat laki-laki itu menghampiri sang wanita dan meraih tubuhnya. Di tariknya tubuh wanita itu ke permukaan lalu berenang dengan cepat menuju tepian danau.

Membaringkannya di tempat yang rata dengan sekujur tubuh yang basah kuyup. Tetesan air masih berderai melewati rahangnya yang kokoh lalu menetes bersamaan dengan air dari rambutnya.

“BELLA!! HEY!! BELAA!!!” panggil laki-laki itu seraya menepuk wajah sang wanita.

Matanya yang bulat terlihat merah dan dipenuhi kecemasan.

“BELLA PLEASEEEEE BELL!!!” suaranya nyaris putus asa.

Wanita bernama Bella itu tidak merespon sedikit pun.

Dengan cepat ia memeriksa pernafasan Bella, mendekatkan telinga ke hidung dan mulut Bella. Tidak ada hembusan nafas yang terasa. Dadanya pun tidak terlihat bergerak naik turun layaknya seseorang yang bernafas normal.

Di periksanya denyut nadi Bella, masih terasa walau lemah. Tanpa menunggu lama, ia segera mengkompresi dada Bella bergantian dengan memberi napas buatan.

“Bella!!! Bertahan bell!!!” gumam laki-laki itu seraya terus mengkompresi dada Bella.

Tiga kali melakukan hal yang sama, mengkompresi dan memberi nafas buatan sampe akhirnya,

“HUWEK!!!” Bella memuntahkan air dari saluran pernafasannya.

Dengan cepat laki-laki itu meraih tubuh Bella dan membantunya bangun. Di peluknya Bella dengan erat. Sedikit bisa bernafas lega saat ia bisa mendengar hembusan nafas Bella yang masih tersengau.

“Bella, hey! You're safe bell, you’ll be okey hem? Hey...” menepuk-nepuk wajah Bella yang tampak kelelahan dan berusaha menarik nafas dengan berat.

Bella menatap laki-laki di hadapannya yang terlihat panik. Lekat untuk beberapa saat,

“Devan...” ujarnya berbisik.

“Ya ini gue. Ini gue bell.” Serta merta Devan mengeratkan pelukannya pada Bella. Ada tangis yang di tahannya di antara rasa syukur karena wanita ini masih bernafas dalam pelukannya.

Bella hanya terpaku. Tanpa ada sisa tenaga akhirnya ia terkulai lemas jatuh pingsan di pelukan Devan .

“Gue capek, van.” Batinnya, sebelumnya kesadarannya sepenuhnya hilang.

*******

Terpopuler

Comments

Sriza Juniarti

Sriza Juniarti

novelnya bagus2 tapi kok s3dokit yh baca ya 😭🤭💕💕

2023-10-06

1

Ririn

Ririn

yeyyy mendarat disini

2023-04-07

1

Nur Hayati

Nur Hayati

aku mampir thor 🥰

2023-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!