Bella's Script
Bertumpu di atas dua kaki yang lemah, nyaris ambruk tanpa sisa tenaga ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Keseimbangan seperti hilang namun tubuh menolak untuk rubuh.
Hembusan angin malam yang dingin, menerbangkan dedaunan dari sebatang pohon tinggi yang berdiri tegak di bawah jalan layang hingga hanya dedaunannya saja yang terlihat jelas.
Di bawah sana, ada sebuah danau yang di belah oleh jembatan besar dengan riak airnya yang tenang namun menghanyutkan.
Helaian rambut hitam nan panjang ikut terbawa terbang bersama semilir angin dingin yang meremangkan bulu kuduk bagi jiwa yang sedang gamang.
Di tepian jalan itu, tepat di atas tembok penghalang jalan, berdiri seorang wanita yang tengah menatap nanar riak air danau di hadapannya. Wajah sembab dengan tatapan kosong, hidungnya yang merah dengan lingkar mata yang bengkak seperti telah mengeluarkan seluruh air matanya hingga habis.
Hanya tersisa air mata terakhir di sudut mata yang ia biarkan mengering terbawa tiupan angin yang menerpa wajahnya.
Helaan nafasnya yang berat terasa sangat sesak dengan banyaknya amarah yang bergejolak di rongga dada. Sesekali ia memejamkan matanya berharap semua bayangan kejadian hari ini hilang dari benaknya. Tolong, jangan terlalu bising, aku sedang sangat lelah, mungkin begitu pekiknya dalam hati.
Sayangnya semakin lama sepertinya isi kepalanya semakin hingar. Semakin banyak suara yang ia dengar dengan beragam emosi yang berpadu menjadi satu. Dan semakin lama bayangan kekecewaan di benaknya semakin nyata silih berganti tanpa bisa ia hentikan.
Merentangkan tangannya, seraya menengadahkan wajahnya menatap langit malam yang gelap, wanita itu lalu memejamkan matanya. Sebentar saja, berada di bawah langit malam yang di terangi ribuan bintang sementara ia merasa sangat sepi, harusnya ini untuk yang terakhir kalinya. Lain kali, ia ingin merasakan hangat dari cahaya gemintang yang menyinarinya dan membuatnya tidak merasa sendiri.
Bukan, tidak hanya langit. Mungkin semua hal ini cukup ia alami untuk terakhir kalinya.
Satu langkah lagi, ia melangkahkan kakinya menuju ujung tembokan yang curam, maka semuanya cerita sedih ini akan berakhir. Tidak ada siapapun di sana selain beberapa kendaraan yang melintas dan sesekali mengabadikan moment apa yang mereka lihat.
“Itu tuh cewek beneran apa kuntilanak sih?” salah satu remaja yang berada di atas boncengan sepeda motor, menghentikan laju kendaraannya lantas menepi.
Ia memperhatikan baik-baik wanita yang berdiri di ujung tembok pembatas pinggir jalan layang.
Satu remaja yang berada di atas boncengan ikut memperhatikan. Matanya membelalak saat ia sadar ada yang salah dengan wanita itu.
“Dia mau bunuh diri begok!” timpal remaja itu. Ia turun dari motor yang melaju pelan lalu berjalan lebih cepat, menghampiri wanita itu.
“Cewek beneran ya?” remaja yang masih di atas motor ikut turun. Yang ia ingat saat ini adalah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, menyalakan kamera lantas mengambil beberapa foto dan video lalu mempostingnya di laman media sosialnya.
“Viral nih pasti!” imbuhnya lagi dengan tergesa-gesa. Baginya ini kesempatan langka yang bisa membuat akun media sosialnya viral.
Secepat ketikan jari, live video yang ditayangkan pun diikuti banyak orang dan langsung dihujani banyak komentar. Remaja itu tampak asyik membalas setiap komentar yang masuk dengan jawaban yang di buat seolah suasana sangat mencekam.
Sementara temannya lebih memilih mendekat pada wanita itu.
“Deketin dong ngab!” komentar salah satu netizen.
“Hahahaha..” remaja itu tertawa girang karena berhasil mendapat banyak perhatian.
“Terus deketin bro!” lanjutnya penuh antusias.
Namun seruannya tidak di hiraukan kawannya. Remaja itu malah berjalan mendekat pada wanita yang seolah mengabaikan kegaduhan mereka.
“Kak, lo lagi ngapain?” tanya remaja tersebut. Ia terus mendekat pada wanita yang hanya membisu.
“Bro, gue zoom ya?” bisik temannya yang mendekat.
“Berisik bego! Orang lagi kayak gini lo malah asyik live! Gila lo ya!” Hardik remaja tersebut seraya menepis ponsel temannya.
Ponselpun terjatuh dan terlempar cukup jauh.
“Haish! Anjrit lo emang.” Dengan segera remaja itu mengambil ponselnya. “Geblek , layarnya sampe retak gini.” Gerutunya, tidak terima ponselnya jadi korban. Ia mengusap-usap layar ponselnya dengan lengan baju.
“Ada apaan dek?” tanya seseorang dari dalam mobil yang berhenti di dekat remaja itu.
“Tau tuh bang, ada yang mau bunuh diri kali.” Ucapnya acuh. Saat ini memeriksa ponselnya jauh lebih penting.
Tidak menunggu lama, sampai kemudian beberapa mobil dan motor ikut berhenti dan melihat apa yang terjadi di depan mereka. Mereka berkerumun dan mulai gaduh.
“Kak, jangan maju!” seru remaja tersebut. Satu langkah yang hendak di ambil wanita itupun terhenti.
“Di situ berbahaya, sini lo kasih tangan lo ke gue okey.” Bujuk remaja tersebut seraya mengulurkan tangannya.
Wanita itupun menurunkan tangannya yang terentang. Bibirnya yang pucat tersenyum simpul. Ada kepedihan yang ia simpan di balik tarikan garis bibirnya.
Dengan wajah yang cemas dan berusaha menenangkan, remaja itu mendekat.
“Percaya sama gue, kasih tangan lo ke gue. Kalau ada apa-apa, gue bisa dengerin lo. Lo bisa omongin semuanya baik-baik. Gak usah,”
“Berhenti.” Lirih wanita itu. Pelan namun tegas.
Langkah remaja itupun terhenti dengan wajah yang di liputi kekhawatiran.
Orang-orang semakin banyak berkerumun dan kendaraan ikut menepi mencari tahu apa yang menghadang jalan mereka. Sebagian ikut mengeluarkan ponselnya dan melakukan hal yang sama, merekam dan memfoto. Sementara beberapa orang inisiatif menghubungi kantor polisi untuk meminta bantuan.
“Okey, gue berhenti tapi tolong lo jangan maju. Please kasih tangan lo ke gue,” suaranya terdengar terbata-bata. Bukan perihal mudah membujuk seseorang yang memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya, agar berhenti.
Kalimatnya pun terhenti, saat tiba-tiba wanita itu berbalik. Menunjukkan wajah cantiknya yang terlihat pucat. Rambut yang tergerai dan berantakan. Mata yang merah dan basah, serta bibirnya yang kering, pucat pasi.
“Lo tenang okey.” Remaja itu mengendap mendekat, langkahnya hati-hati agar tidak mengusik wanita yang terlihat putus asa tersebut.
“Kasih tangan lo ke gue, hem?” Ia kembali mengulurkan tangannya.
Melihat betapa berantakannya penampilan wanita itu, tentu bukan sebuah candaan jika kemudian ia berdiri di tepian jurang dan siap melompat.
Perlahan wanita itu menggeleng. Air matanya yang sudah kering, kembali menetes tanpa isakan. Bibirnya yang kering itu bergetar, seperti bergumam tapi tidak ada suara yang terdengar.
Remaja itu mengernyitkan dahinya. Seperti wanita itu tengah memberikan pesan terakhir.
“Gue gak denger suara lo!" gertak remaja itu setengah panik.
"Apapun yang mau lo sampein, lo sampein di sini. Depan gue langsung.” Lagi, ia berusaha membujuk.
Wanita itu hanya menggeleng. Lantas ia tersenyum. Tidak lagi berusaha berbicara, seperti tenaganya habis. Dan dalam beberapa saat,
“AAARRGGG!!!!!!!” beberapa orang berteriak saat tiba-tiba wanita itu mundur satu langkah seraya memejamkan matanya sebelum kemudian memilih menjatuhkan tubuhnya dari ketinggian.
“KAK!!!!” sontak remaja itu terteriak. Tangannya yang terulur kini gemetaran dan kakinya yang lemas. Matanya membulat sempurna tidak percaya kalau wanita tadi benar-benar sudah tidak ada lagi di hadapannya. Wanita yang ia bujuk susah payah, pergi dengan cara yang ia pilih sendiri.
“BYUR!!!” di susul suara air yang menyembur saat tubuh wanita tersebut yang tercebur ke dalam danau.
“BELLA!!!!” teriak seorang laki-laki yang tiba-tiba saja berlari kencang menuju tepi jalan, menyusul wanita itu. Dan,
“BYURR!!!” suara kedua yang terdengar di susul oleh teriakan orang-orang yang melihat.
Hening. Ya untuk beberapa saat semua hening dengan pikiran mereka yang kosong tanpa bisa berpikir apapun.
“Apa mereka mati?” Mungkin hanya pertanyaan itu yang ada di benak mereka.
Dalam beberapa saat, mereka kompak berlari menuju tepi jalan. Melihat ke bawah jembatan yang ternyata sangat tinggi jaraknya dari permukaan danau. Hanya riakan air yang terlihat di permukaan.
“Apa mereka mati?” tanya seorang wanita dengan gemetar.
Remaja itu hanya menggeleng. Melihat jarak jembatan dan danau setinggi ini, ia tidak yakin kalau dua orang itu selamat.
Di bawah sana, seorang laki-laki berenang menyelam ke dalam danau. Ia mencari tubuh wanita yang tadi di susulnya. Beruntung air danau tidak terlalu keruh sehingga masih bisa melihat dalam air walau samar-samar.
Matanya membulat saat tubuh wanita itu sudah melayang di dalam air dengan mata terpejam. Tidak ada usaha untuk berontak saat dalamnya air danau perlahan mengisi mulut, hidung lalu rongga paru-parunya. Hanya gelembung air yang kemudian keluar bersamaan dengan helaan nafasnya yang hampir habis. Seperti ia sudah sangat siap dengan apa yang akan dihadapinya.
Dengan cepat laki-laki itu menghampiri sang wanita dan meraih tubuhnya. Di tariknya tubuh wanita itu ke permukaan lalu berenang dengan cepat menuju tepian danau.
Membaringkannya di tempat yang rata dengan sekujur tubuh yang basah kuyup. Tetesan air masih berderai melewati rahangnya yang kokoh lalu menetes bersamaan dengan air dari rambutnya.
“BELLA!! HEY!! BELAA!!!” panggil laki-laki itu seraya menepuk wajah sang wanita.
Matanya yang bulat terlihat merah dan dipenuhi kecemasan.
“BELLA PLEASEEEEE BELL!!!” suaranya nyaris putus asa.
Wanita bernama Bella itu tidak merespon sedikit pun.
Dengan cepat ia memeriksa pernafasan Bella, mendekatkan telinga ke hidung dan mulut Bella. Tidak ada hembusan nafas yang terasa. Dadanya pun tidak terlihat bergerak naik turun layaknya seseorang yang bernafas normal.
Di periksanya denyut nadi Bella, masih terasa walau lemah. Tanpa menunggu lama, ia segera mengkompresi dada Bella bergantian dengan memberi napas buatan.
“Bella!!! Bertahan bell!!!” gumam laki-laki itu seraya terus mengkompresi dada Bella.
Tiga kali melakukan hal yang sama, mengkompresi dan memberi nafas buatan sampe akhirnya,
“HUWEK!!!” Bella memuntahkan air dari saluran pernafasannya.
Dengan cepat laki-laki itu meraih tubuh Bella dan membantunya bangun. Di peluknya Bella dengan erat. Sedikit bisa bernafas lega saat ia bisa mendengar hembusan nafas Bella yang masih tersengau.
“Bella, hey! You're safe bell, you’ll be okey hem? Hey...” menepuk-nepuk wajah Bella yang tampak kelelahan dan berusaha menarik nafas dengan berat.
Bella menatap laki-laki di hadapannya yang terlihat panik. Lekat untuk beberapa saat,
“Devan...” ujarnya berbisik.
“Ya ini gue. Ini gue bell.” Serta merta Devan mengeratkan pelukannya pada Bella. Ada tangis yang di tahannya di antara rasa syukur karena wanita ini masih bernafas dalam pelukannya.
Bella hanya terpaku. Tanpa ada sisa tenaga akhirnya ia terkulai lemas jatuh pingsan di pelukan Devan .
“Gue capek, van.” Batinnya, sebelumnya kesadarannya sepenuhnya hilang.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Sriza Juniarti
novelnya bagus2 tapi kok s3dokit yh baca ya 😭🤭💕💕
2023-10-06
1
Ririn
yeyyy mendarat disini
2023-04-07
1
Nur Hayati
aku mampir thor 🥰
2023-03-28
1