1 bulan lalu
Suara langkah kaki ceria beradu dengan lantai keramik yang di pijak oleh seorang gadis dengan 4 laki-laki muda yang mengikuti langkahnya di belakang. Ia asyik menunjukkan letak ruangan di kantor tempat ia bekerja berikut orang-orang yang berada di ruangan tersebut. Ritme bicaranya yang teratur dengan intonasi suara yang enak di dengar serta bibir yang selalu tersenyum menjadi daya tarik tersendiri dari gadis berusia 25 tahun ini.
Para lelaki muda di belakangnya asyik mencatat apa yang di jelaskan gadis yang akrab di sapa Bella oleh rekan kerjanya.
“Ini ruangan koordinator produksi, ada mas iwan.” Ujar Bella seraya mengetuk pintu ruangan.
“Mas iwan, izin yaaa...” imbuhnya saat membuka pintu.
“Yo bell. Bawa anak baru?” tanya laki-laki setengah baya yang sedang merapikan rambutnya sehabis solat ashar.
“Magang mas. Di departemen aku. Ayo kalian sapa mas iwan, dia orang paling loyal di PH ini.” Bella mengacungkan jempolnya pada para lelaki di belakangnya.
“Sore mas.” Kompak mereka terangguk sopan.
“Sore. Selamat datang di sarangnya dunia creative. Tempat dimana program-program seru di buat di PH ini." Tidak lupa Iwan mempromosikan PH tempatnya bekerja.
"Beruntung kalian ketemu bella yang gemoy ini, dia jiwanya departemen art.” Ia menunjuk Bella yang tersenyum kagum pada laki-laki penuh kharisma ini.
Iwanpun balas mengacungkan jempolnya pada Bella, membuat para laki-laki itu menatap Bella dengan penuh penasaran. Sehebat apa sih wanita supel ini? Mungkin itu yang ada di benak mereka.
“Sa ae mas iwan. Makasih ya mas, aku tinggal.”
“Lanjut bell! Jangan lupa minum kopi.” Canda Iwan yang di sahuti gelengan kepala dan tawa kecil dari Bella. Iwan memang sangat suka menggodanya yang coffee addict.
Sekali lalu, ia kembali menutup pintu dan melanjutkan langkahnya.
“Mba bella udah lama kerja di PH ini mba?” tanya anak magang bernama Adit.
“Cukup lama, sekitar 6 tahun. Awalnya pas kuliah aku coba magang di sini, lumayan lah buat nambahin uang jajan. Eh tau-taunya malah keterusan dan betah sampe sekarang deh.” Sahut Bella enteng.
Ia jadi ingat, dulupun ia pernah menjadi mahasiswa magang seperti empat anak lelaki ini. Rasanya baru kemarin padahal sudah lebih dari 5 tahun.
“Okey, sekarang kita ke sana.” Bella menunjuk salah satu ruangan yang bertuliskan “Direktur.”
“Beliau yang paling sering di cari sama para artis, di ajak pedekate.” Bisik Bella sambil mengedipkan mata kanannya.
“Cewek apa cowok mba? Masih muda gak?” Reno ikut penasaran.
“Hahahahaha.... Masih muda lah. Pada zamannya.” Memelankan sebagian suaranya di ujung kalimat.
Mereka tergelak mendengar candaan Bella.
“Paling nggak, dia berjiwa muda. Itu yang paling penting kan? Liat aja PH ini terus berkembang dan bisa bersaing di antara PH baru yang bermunculan.” Kali ini Bella berujar serius. Perubahan mimik mukanya sangat cepat, membuat anak-anak mengangguk sambil melongo membulatkan mulutnya.
Dibawanya anak-anak magang mendekat ke ruangan tersebut.
Dari luar terlihat seorang laki-laki yang sedang duduk di kursinya sambil memeriksa beberapa berkas.
“Misi pak eko,” lagi bella mengetuk pintu.
“Bell, masuk!” laki-laki muda pada zamannya itu melambaikan tangannya pada Bella.
Meski jabatannya sebagai pucuk pimpinan di rumah produksi ini, namun Eko seorang yang santai dan bisa membaur dengan karyawannya termasuk Bella. Hal ini yang membuat Bella merasa kalau orang-orang di PH ini bukan sekedar rekan profesional melainkan juga keluarga.
“Makasih pak. Ini aku mau ngenalin anak magang. Mereka magang di departemenku.” Terang Bella.
“Wah akhirnyaaa... Nambah juga tim kamu. Selamat bergabung yaaa... Berapa lama magangnya?” dengan ramah Eko menyalami Adit dan teman-temannya lantas mempersilakan mereka duduk di kursi tamu.
“3 bulan pak. Iya alhamdulillah, ada temen kreatif buat di ajak pusing di program baru kita.” Sahut Bella ringan.
“Iya gitu dong. Jangan kamu dan inka terus yang pulang malem. Siapa tau mereka bisa bantu proyek kita jadi lebih cepat berjalan. Anak-anak muda sekarang kan terkenal kreatif.” Eko menepuk bahu Reno.
“Tuh kalian udah di kasih kepercayaan sama bos besar, jadi jangan sungkan keluarin ide-ide briliant kalian.” Bella ikut menyemangati. Ia memang seseorang yang supportif terhadap rekan kerjanya meski anak magang sekalipun.
“Siap pak! Terima kasih atas kesempatannya. Saya siap untuk belajar banyak dari kak bella dan tim di sini.” Timpal Adit dengan semangat.
“Iya, gitu dong. Senior dan junior jangan sungkan bertukar ilmu. Bella bukan orang yang pelit soal pengalaman.” Eko menambahkan.
Obrolan santai mereka terjeda saat ponsel Bella berdering. Bella melihat layar ponselnya dan ternyata nama Inka yang muncul, rekan satu departemennya.
“Jawab dulu aja. Mereka biar saya kasih wejangan. Kelilingnya udah selesai kan?” Eko seperti mengerti benar saat melihat ekspresi Bella ketika melihat layar ponselnya.
“Yaps! Thanks bos!” mengacungkan ponselnya pada Eko dan diacungi jempol sebagai bentuk persetujuan.
“Kalian ngobrol sama pak eko ya.. Ambil ilmu sebanyak mungkin dari beliau.” menepuk salah satu pundak anak magang seraya tersenyum sebelum terangguk pamit pergi untuk menjawab telepon.
“Siap kak!” sahut anak magang tersebut yang diacung jempol oleh Bella.
Eko masih tersenyum memandangi arah berlalunya Bella yang berjalan dengan energik.
“Kalian juga harus belajar banyak dari wanita muda satu itu. Selain pekerjaannya yang bagus, dedikasinya yang tinggi dan sangat membantu perkembangan PH ini.” ungkapnya dengan penuh rasa bangga.
“Baik pak.” Mereka kompak mengangguk lantas mengikuti arah berlalunya Bella yang kemudian menghilang saat berbelok keluar dari koridor ruangan.
“Iya, ini gue lagi jalan mau ke ruangan.” Sahut Bella saat suara Inka terdengar tergesa-gesa menanyakan keberadaannya.
“Cowok gue?” langkahnya terhenti, lantas melihat jam yang melingkar di tangannya. Sampai tidak terasa kalau sudah waktunya pulang kerja.
“Iya, tadi security nyariin lo, katanya ada cowok lo nunggu di pos security. Dia gak bisa ngehubungin lo karena gak bawa hp.” suara Inka terdengar jelas.
“Oh okey. Thanks, infonya.” Sahut Bella sebelum akhirnya mengakhiri panggilannya dan bergegas menuju pos security.
“Haish nih anak, kalau udah ada cowoknya, pasti lupa sama semuanya.” Gerutu Inka saat panggilannya di putus oleh Bella. Padahal ia masih ingin bertanya apa Bella jadi pulang bareng dengannya atau tidak.
Tapi melihat pacarnya yang datang untuk menjemput, sudah pasti Bella akan pulang dengan pacarnya.
Akhirnya Inka memilih membereskan meja kerjanya sebelum pulang.
“Rangga,?” seru Bella dengan mata membulat saat melihat kekasihnya sedang terduduk menunggunya di pos security. Ini kejutan yang menyenangkan baginya.
“Hay,” balas Rangga yang tersenyum tampan seperti biasanya.
“Wah neng bella mukanya sumeringah banget di jemput aa ganteng.” Goda bapak security yang menemani Rangga berbincang selama menunggu Bella.
“Hehehehe… Iya dong. Pak Sanusi kayak gak pernah muda aja.” Timpal ringan Bella.
“Hhahahhaa… Iya sih saya pernah muda, tapi dulu saya sama ibunya anak-anak nggak pacaran dulu, di jodohin sama orang tua kami. Jadi nggak ngalamin deg deg seer ketemu pacar kayak neng bella sama aa rangga.”
"Wah pake jalur express bebas ongkir ya pak." timpal Bella.
Sanusi terkekeh mendengar ucapan Bella. “Saya gak pernah ngalamin, gimana rasanya dipamerin ayang depan temen-temennya. Tapi, neng bella tau gak, di halalin dulu baru di ajak pacaran itu lebih gimana gitu.” Cerocos laki-laki paruh baya dengan logat sundanya yang kental.
“Hehehehhe… Iya pak. Do’ain segera di halalalin ya pak, supaya bisa ngerasain gimanaaaaa gituuuu kayak pak sanusi sama istri.” Balas Bella seraya melirik Rangga yang berdiri di sampingnya.
“Iya atuh. Jangan lama-lama pacarannya, makin lama pacarannya, makin jago setan yang nemenin dan ngegoda. Eh astagfirullaah.. kok saya jadi ngelantur gini sih.” Langsung menutup mulutnya saat melihat ekspresi Rangga yang seperti mulai tidak nyaman dengan pembicaraan mereka.
“Hehehehe… Iya pak, makasih udah ngingetin. Do’ain aja supaya kami bisa secepatnya yaa…” sepertinya lebih baik kalau Bella segera mengakhiri perbincangan mereka.
Beberapa tahun bekerja di PH ini, orang-orang sudah tahu kalau Bella sudah memiliki pacar yaitu Rangga. Laki-laki yang selalu membuat matanya berbinar dan hidupnya berwarna. Tidak sedikit orang yang tahu kalau mereka sudah berpacaran hampir 8 tahun lamanya.
Kisah cinta monyet yang diharapakan bisa berakhir di pelaminan ternyata menjadi topik yang menarik bagi teman-teman Bella di tempat kerjanya.
“Kalau nyicil rumah, udah mau lunas tuh.” Biasanya orang-orang akan meledek Bella dengan kalimat itu.
Ya, memang sudah sangat lama walau rasanya baru kemaren.
“Kami tinggal dulu ya pak, mau siap-siap pulang. Yuk ga,” Bella memberi kode pada Rangga.
“Oh ya. Kami permisi pak, selamat berjaga.” Rangga mengangguk takjim sebelum berlalu pergi.
“Iya terima kasih. Hati-hati juga di jalan.”
“Makasih pak.” Timpal Bella.
Ruang kerja Bella yang saat ini mereka tuju untuk mengambil barang-barang pribadi Bella sebelum pulang.
Dalam langkah mereka, Rangga mencoba menggenggam tangan Bella seperti biasanya. Namun dengan cepat Bella mengangkat tangannya, pura-pura membetulkan ikatan rambutnya. Ia pun celingukan, khawatir security di pos masih memperhatikannya. Bagaimanapun selama di tempat kerja ia harus menjaga sikapnya.
Rangga paham benar dengan apa yang dilakukan Bella. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, seraya memandangi tangannya yang gagal menggenggam tangan Bella. Saat ini tangannya hanya bisa mengepal kosong sendirian, mungkin akan ada kesempatan lain untuk ia menggenggam tangan hangat yang selalu membuat dadanya berdebar.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Bunda dinna
Lama banget pacarannya dan bertahan itu hebatnya
2023-02-07
1
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
lama banget pacarannya...
klo udah nikah n punya anak, anaknya udah SD tuh pasti hahaa
2023-02-03
1
Mommy QieS
gift 🌹 n vote untuk mu, Kak😊😘😘
2023-01-16
1