Bocah belajar ngomong

“Okey bang, thank you! Besok gue ke lokasi lagi.” Kalimat itu menjadi penutup Bella saat mengakhiri panggilannya pada bang Roy.

Rekan satu tim yang saat ini sedang bertugas di lapangan untuk keperluan syuting.

Hari ini Bella memang hanya sebentar mampir ke lokasi syuting untuk memastikan kebutuhan tim kreatif terpenuhi. Mulai dari property shooting sampai penataan lokasi sesuai cerita. Saat ini PH Bella memang sedang menggarap sebuah Sitkom dengan lokasi outdoor yang cukup jauh dari studio mereka, sehingga proyek kali ini cukup melelahkan karena mengharuskan berpindah-pindah tepat.

"Astaga!!!!" Saat berbalik, Inka sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis. Di bahu kirinya ia sudah membawa sling bag kesayangannya.

“Mau kemana lo?” tumben Inka sudah bersiap pulang.

“Hehehehe…” lantas Inka mendekat dan memegang tangan Bella.

“Bos, gue boleh pulang duluan kan?” ujarnya dengan malu-malu. Kalau sudah memanggil Bos, sudah pasti ada maunya.

Bella memincingkan mata, menatap ekspresi sahabatnya yang tidak biasa.

“Tumben?” tidak biasanya Inka minta izin pulang lebih dulu dengan ekspresi wajah seperti ini.

“Em, gue ada janji?” takut-takut ia menjawab sambil melihat jam di lengannya. Tangannya mengepal kuat mengganggam ponselnya.

Penampilannya benar-benar rapi, bibirnya sudah di poles lipstick dengan bedak tipis yang membuat wajahnya terlihat cerah. Parfumnya pun tercium menyengat dan segar, seperti habis mandi.

Bella hanya tersenyum, ia yakin Inka akan bertemu dengan lawan jenis.

“Nih,” Bella menyodorkan sebuah botol kecil pada Inka.

“Kalau tuh cowok macem-macem, jangan ragu buat semprotin ini.” Imbuhnya.

“Hahahahha… Siap!!!” dengan semangat Inka mengantongi semprotan merica senjata Bella.

“Sampe ketemu besok yaaa… Love you Belsky!” di peluknya Bella dengan erat sebelum berlalu pergi sambil berlari kecil. Riang sekali langkahnya.

“Yok! Jangan pulang malem-malem!” timpal Bella yang balas melambaikan tangan.

“Paling pagi, hahaha…” timpal Inka sambil tertawa girang.

Melihat tingkah sahabatnya, Bella hanya menggeleng. Padahal baru pagi ini ia menjadi penyambung tali kasih Inka dan sang kakak yang sangat di pujanya, tapi sepertinya ada laki-laki lain yang lebih memikat bagi gadis bertubuh mungil tersebut.

Katanya, kalau sekedar memuja, hati bisa cepat lelah kalau ternyata tidak berbalas. Mungkin itu yang dirasakan Inka saat ini. Mencairkan hati dan sikap Ozi bukan hal yang mudah. Kakaknya tidak akan terrenyuh hanya dengan seringnya mendapat hadiah dari seorang gadis.

Bella sudah sangat terbiasa menjadi penghubung para gadis yang ingin dekat dengan sang kakak tapi hingga saat ini belum ada satu pun gadis yang dekat dengan Ozi. Terkadang ia takut, apakah sang kakak masih normal atau tidak?

Memikirkan Ozi dan Inka tanpa sadar cukup mengisi waktunya. Hingga mejanya rapi dan semua kerjaan hari ini beres, barulah sadar kalau sudah hampir jam 9 malam. Pikirnya, tumben Ozi belum ada menelponnya padahal sudah selarut ini. Tapi sepertinya sang kakak memang sangat sibuk belakangan ini, hingga prioritas mengabsen Bella sudah di rumah atau belum mulai tergeser.

“Okey, saatnya pulang.” Bella mulai mematikan komputernya yang sudah sering hang ini.

“Makasih buat hari ini yang kompi. Gue janji, besok gue gak lupa bawa harddisk eksteral biar beban otak lo gak keberatan. Jadi jangan hang heng hong mulu okey!” ia mengusap-usap layar komputer yang selama ini menemaninya bekerja.

“See you mba Ralinesyah.” Ia pun tersenyum sejenak pada baligo bintang iklan cantik ini, yang terlihat jelas dari  tempat ia duduk. Sudah sekitar 8 bulan baligo artis cantik itu menjadi pemandangannya setiap hari. Rupanya kontrak iklannya cukup lama.

Langkah kecil bersusulan di ambil Bella keluar dari kantornya. Jemarinya yang lentik mencoba menekan-nekan keypad di layar ponselnya untuk menghubungi seseorang. Tersambung, tapi sudah berulang kali tidak di jawab.

“Yang, kamu lagi ngapain?”

“Jadi ke sini gak?”

Dua baris pesan itu di kirim Bella pada Rangga. Seharian ini Rangga tidak ada menghubunginya. Pesan yang ia kirim siang hari tadi untuk menanyakan sudah makan atau belum pun hanya di bacanya, tanpa di jawab.

“Yaang, Lagi sibuk banget ya? Nggak sampe lupa makan kan?” tulis Bella lagi.

Tapi kali ini malah hanya ceklist 1 yang berarti pesannya tidak terkirim.

Bella menghembuskan nafasnya kasar. 8 tahun perjalanan hubungannya dengan Rangga, tentu hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Sayangnya, ia tidak pernah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Ia selalu khawatir setiap kali Rangga tidak menghubunginya seharian atau tidak membalas pesannya. Tapi bagi Rangga, sikap Bella yang seperti ini selalu di anggap berlebihan.

“Kamu pikir aku seharian ngeliatin hp? Aku juga kerja Bell kayak kamu. Kamu pikir kamu doang yang sibuk?!”

Perkataan seperti itu yang akhirnya menjadi kalimat yang sudah sangat sering di dengar Bella dan menjadi awal pertengkaran mereka. Bagi Bella, apa sulitnya sekali saja mengabarinya dalam sehari, tidak akan memakan waktu berjam-jam bukan? Tapi bagi Rangga, itu bukan kunci dalam hubungan. Baginya, saling memahami itu sudah lebih dari cukup.

“Aku seperti ini tuh buat masa depan kita Bell. Kamu gak mau kan kita stuck terus kayak gini?”

Ya, ya, yaa... Kalimat berikutnya ini yang kemudian membuat Bella harus meminta maaf atas kecemasan yang di rasakannya. Dalam kondisi seperti ini, Bella lah yang sudah pasti merasa bersalah.

“Sayang, are you okey? Kabari aku kalau  kamu udah baca pesan ini yaa… Miss you..” pungkas Bella, seraya menelan salivanya kasar-kasar. Seperti ini mungkin memang lebih baik, belajar memahami lagi dan lagi.

“Mba Bella!” suara familiar itu membuyarkan lamunan Bella.

“I-Iya pak Min.” Bella segera memasukkan ponselnya ke dalam saku. Suara tegasnya cukup mengagetkan.

“Mba Bella ada yang jemput di depan. Nungguin dari tadi.” Ujarnya, menunjuk sebuah mobil yang terparkir dekat pos satpam.

Bella sedikit memincingkan matanya. Mobilnya tidak asing namun tidak yakin dengan orang yang menjemputnya.

“Abang saya?” tanya Bella sambil berjalan mendekat pada mobil yang terparkir.

“Bukan mba. Saya baru pertama kali liat. Tapi ganteng banget, rambutnya gondrong. Keren pokoknya.” Terang Min dengan penuh rasa terpukau.

"Oh okey. Makasih pak Min." pamitnya, melambaikan tangan pada petugas keamanan.

Di hampirinya mobil yang terparkir rapi. Namun langkah Bella langsung terhenti saat cahaya temarang samar-samar memperjelas penglihatannya.

“Ngapain lo?!” ketus Bella.

Rupanya Devan yang datang untung menjemputnya.

Devan tidak menjawab, hanya suara kunci pintu yang ia buka sebagai jawabannya.

Bella tersenyum sinis, “Gak salah lo jemput gue?” kedua tangannya tersilang di depan dada. Sungguh suatu hal yang luar biasa orang asing ini menjemputnya tanpa rasa canggung setelah kejadian pagi tadi.

“Gue gak pernah membiarkan sembarangan orang masuk ke mobil gue.” Sahutnya dingin.

“Oh ya?!” ledek Bella seraya mencondongkan tubuhnya pada Devan.

“Waaww,,, I'm so lucky, hem?!” imbuhnya seraya bertepuk tangan lantas mengerlingkan mata. Sindiran yang sangat telak menurutnya.

Devan tidak menyahuti. Ia memilih memalingkan wajahnya ke arah lain dan melihat sekitaran kantor.

Tidak lama ponsel Bella berdering. Ia segera mengeceknya dan dengan malas ia menjawab.

“Apaan?!” sengitnya.

“Dek, Devan udah ada jemput lo?!” suara tergesa-gesa Ozi yang terdengar.

“Oh elo yang nyuruh ni orang jemput gue?” sinisnya seraya melirik Devan.

“Iya, abang gak bisa jemput, masih ada kerjaan. Lo pulang sama Devan ya. Awas, jangan malem-malem. Langsung pulang ke rumah.” Cerocos Ozi tanpa jeda.

Yaa beginilah Bima “Over protective“ Andika Fauzi.

“Lo gak percaya sama gue apa sama nih orang sih?!” Bella masih tidak terima karena Ozi memaksanya pulang dengan seseorang yang membuatnya berpikir yang tidak-tidak seharian ini.

“Gue percaya kalau lo pulang sama Devan. Tapi jangan minta di turunin di mana aja, apalagi kalau nyuruh Devan nganterin lo ke tempat cowok lo.”

Bella menghembuskan nafasnya kasar. Rupanya hal ini yang Ozi khawatirkan.

“Resek lo!” dengusnya seraya menutup panggilan telepon. Titah Ozi tentu saja tidak bisa di bantah.

Untuk beberapa saat Bella menatap Devan. Ada rasa kesal yang sangat saat ia melihat wajah dingin ini.

Akhirnya ia mengalah dan mendekat ke pintu penumpang samping pengemudi.

“Pewanginya bukan jeruk kan?” ledek Bella.

Devan hanya mengernyitkan dahinya, tidak berniat menjawab.

Bella duduk dengan malas di kursi penumpang samping Devan. Sudah 2 menit di dalam mobil, tapi Devan belum juga menginjak pedal gas padahal mesin sudah menyala.

“Nungguin apaan?!” tanya Bella lagi.

Devan hanya menunjuk ke arah seat belt dan Bella langsung paham.

“Astagaaa,,, Rupanya lo harus dapet penghargaan duta keselamatan berkendara.” Ledeknya sambil memasangkan seat belt dengan kasar lalu memalingkan wajahnya keluar jendela.

Devan hanya tersenyum dalam hati. Benar yang dikatakan Ozi. Bella akan terus mengomel saat salah tingkah. Tapi benarkah gadis ini salah tingkah?

“Gak usah salting, lupain yang tadi pagi.” Cetus Devan seraya menginjak pedal gas, membawa mobilnya melaju pelan keluar dari parkiran.

“Gue?” Bella menunjuk hidungnya sendiri. Bayangan apa yang ia lihat tadi pagi sontak memenuhi pikirannya.

“Salting?”

“Sama lo gitu?”

“ AAAA, HA HA HA”

“Ngarep lo!” ujarnya sambil tertawa geli.

“Seksi tapi agak kurus, apanya yang bikin salting. Di majalah gue sering liat yang lebih hot dari lo. Lo sih,”

“Seksi. Itu yang gue denger.” Sela Devan, memotong kalimat Bella dengan ringan.

Mulut Bella langsung terkatup seraya mengepalkan tangannya geram, ia sadar kalau ia salah bicara.

“Lo gak usah kepedean ya. Maksud gue gak kayak gitu.” Kilahnya kehabisan kata-kata.

“Ozi tau, lo sering ngeliat majalah begituan?” Devan seperti dapat kesempatan untuk membalas Bella. Ia tahu benar kalau sahabatnya sangat over protective pada adiknya.

“Bukan urusan lo!” dengus Bella dengan kesal.

"Versi model apa versi 18+ yang lo liat?" Devan belum menyerah.

"Versi mangatoon, puas?" Bella mendelik.

"Janji gak hen,-"

"DIEM LO!!!" Bella langsung mengultimatum Devan.

"Lama-lama lo berisik juga ya kayak bocah baru belajar ngomong," gerutu Bella sambil memperhatikan Devan. Laki-laki itu memalingkan wajahnya ke luar jendela, sambil menurunkan jendela agar bisa merasakan hembusan angin malam yang segar.

Bella yang sudah malas berdebat memilih mengakhiri perbincangan dan mengecek ponselnya, mungkin saja Rangga sudah membalas pesannya.

Melihat Bella yang terdiam, Devan sedikit menoleh. Ia bisa melihat wajah Bella dengan jelas di sinari cahaya dari layar ponselnya. Wajahnya terlihat cemas.

Ia pun memilih diam. Membiarkan Bella dengan pikirannya yang seperti tidak pernah selesai.

****

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Kok bisa betah Bella pacaran dengan cara Rangga..mending jomblo Bell

2023-02-07

1

nengkirana

nengkirana

tboort bundir tu apa? bnyak yg komen bella bundir. emak2 ini bingung 😅😅😅😅😅
curcol dikit. dulu gw pacaran ma misua 5 tahun. dia yg lebih mendominasi gw. gw krja kesini gak boleh disana gak boleh. baru kerja 2 minggu dah suruh keluar. dia gak suka begni gak suka begtu. pas mau krja dipabrik MFc...dia ngasih juga bilangnya kjauhan. ada alasan dia yg bikin aku nurut, dia gak mau aku capek tpi gaji kecil dannn dia takut aku kecantol cwoo lain 😂😂😂😂

2022-09-09

1

Chybie Abi MoetZiy

Chybie Abi MoetZiy

bab awal nya ituloh bikin otak terus menerka..... ok. kesampingkan dulu alasan bella bundir... kita nikmati alur yg ada.,
semangat..!!!!!
ad hub apa ya bella sm devan dulu nya. kek yg udh deket gtu meski gx akur...???

2022-08-20

3

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!