Uniknya Bella

POV Devan

“Bella udah banyak berubah.” Kalimat itu masih jelas terngiang di telingaku saat aku sampai di rumah ini.

Dan aku memang jelas melihatnya, kalau Bella banyak berubah.

Bella kecil yang dulu aku kenal sebagai gadis yang pendiam, tenang, selalu tersenyum dan suaranya yang lembut dengan kata-kata yang tertata saat dia bicara, sangat jarang dimiliki anak kecil seusianya dulu.

Saat ini Bella yang aku lihat adalah, seorang gadis yang sensitive, selalu memikirkan orang-orang yang dianggapnya penting dalam hidupnya dan kadang terjebak dalam pemikirannya sendiri. Dia selalu terlalu fokus dalam suatu hal hingga melupakan sekelilingnya.

Dan yang tidak aku duga adalah, Bella tumbuh menjadi wanita yang terlalu mandiri. Sulit untuk mengimbanginya. Benar yang Ozi katakan, Bella sulit di atur karena dia punya pemikiran sendiri.

Entah apa yang merubahnya. Mungkin waktu atau mungkin banyaknya pengalaman yang dia lewati saat aku berada jauh darinya.

Hingga saat ini, Bella masih terlihat kesal saat melihatku. Mungkin karena dulu aku pergi tanpa pamit. Aku yang tidak pernah membalas surat-suratnya atau aku yang tidak pernah memberinya kabar apapun.

Dia masih marah, ya pasti sangat marah. Sayangnya, dia masih belum menemukan alasan untuk melarangku datang ke rumah ini hingga akhirnya ia hanya membuat batas.

Aku jadi teringat saat-saat dulu aku meninggalkan Bella tanpa memberinya alasan. Dia mengejarku ke bandara tepat disaat ia harusnya merayakan ulang tahun dengan teman-teman sekolahnya.

"Kak Devan, jaga diri baik-baik yaaa... Aku akan selalu ngabarin kakak, kakak jangan lupa kirim kabar sama aku. Nanti libur sekolah aku nyusul kak Devan ke Singapore. Dadaaaaahhhh..." Itu kalimat terakhir yang dia ucapkan saat menemuiku di Bandara.

Aku Devan kecil, saat itu memang sangat Egois. Aku berangkat keluar negeri tepat di hari ia berulang tahun.

Kata Ozi, dia sudah menata rumah dengan cantik, menempatkan dua kursi di depan kue ulang tahun karena kami berulang tahun dengan dua lilin angka di tanggal yang sama dengan jumlah usia yang berbeda.

Aku memutuskan pergi tanpa pamit. Jika aku pikirkan sekarang, itu kesalahan terbesarku. Aku sangat pengecut.

Tapi Sungguh aku terpaksa saat itu. Aku benar-benar terpaksa pergi dengan cepat meninggalkan Indonesia. Aku tidak menjelaskan apa-apa karena aku tidak tahu harus menjelaskan dengan cara apa kondisiku saat itu. Sementara Bella masih terlalu kecil untuk mengerti masalahku.

Kesalahan kedua terbesarku adalah, aku tidak pernah mengabarinya apapun. Atau mungkin sengaja tidak mengabarinya. Aku hanya diam-diam mencari kabar tentangnya dari Ozi. Ozi seperti paham kalau aku harus sedikit menjaga jarakku dengan Bella.

Dan Bella benar, hingga hari ini aku malah belum meminta maaf untuk semua kesalahanku.

Apakah sekarang semuanya sudah terlambat? Ataukah masih ada kesempatan?

“Sekarang, lo cuma partner gue di tempat kerja. Gak perlu ngerasa ada kedekatan lebih apalagi hubungan yang khusus. Lo juga gak perlu bilang sama orang lain kalau kita saling mengenal lebih dari itu apalagi bilang kalau kita tinggal serumah.”

Dia langsung mengultiku saat dia memutuskan bersedia berada di departemen yang sama denganku. Mungkin aku memang pantas di perlakukan seperti itu.

Namun, ada satu hal yang tidak berubah darinya, imajinasinya. Aku sampai terkagum-kagum melihat synopsis yang dibuatnya untuk film yang akan kami garap. Setelah membaca sinopsisnya, aku jadi memperhatikan, apa benar Bella yang aku lihat adalah Bella yang menulis synopsis ini?

Synopsis yang dia buat benar-benar di luar dugaanku. Aku seperti masuk ke dalam cerita yang sebenarnya baru menggambarkan 40% dari proyek yang kami buat. Aku jadi membayangkan, Bella yang berperan sebagai tokoh di cerita yang dia buat. Jauh berbeda 180 derajat.

Ya, itu lah Bella. Gadis yang selalu membuatku berdecak kagum baik sejak dulu ataupun sekarang. Dia tumbuh menjadi wanita yang hebat dan tengah meraih mimpinya yang sejak dulu selalu ia ceritakan.

Dan Bell, kenapa bisa aku begitu bodoh membiarkan banyak moment berlalu hingga aku nyaris tidak mengenali kamu?

“You ok bro?” tanyaku, saat masuk ke dalam kamar dan melihat Ozi masih terbaring di atas tempat tidur.

Matanya menerawang seperti memikirkan apa yang di katakan Bella tadi. Ozi benar, Bella jagonya berdebat.

“Better..” dia berusaha bangun dan aku segera membantunya.

“Gue bisa sendiri. Lo istirahat aja, pasti lo juga capek kan?” Nafasnya sedikit terengah.

“Sorry udah bikin lo ngeliat hal yang gak seharusnya lo liat.” Ujarnya dengan bibir pucat pasi.

Aku hanya tersenyum lantas berbaring di samping Ozi.

“Lo harusnya bener-bener berobat sebelum Bella dan nyokap lo tau kondisi lo. Lo juga belum ngasih tau kondisi lo kayak gimana.” aku sedikit memberi saran pada sahabatku. Jangan sampai dia menyesal karena melakukan hal yang sama sepertiku, tidak memberikan penjelasan.

“Hem.. Gua bakal bilang tapi bukan sekarang.” Ujarnya pelan. Matanya terpejam dengan wajah yang meringis seperti menahan sakit.

“Perlu sesuatu?” tanyaku.

“Gak usah. Lo cerita aja gimana Bella di kantor. Dia pasti tenggelam dalam script yang dia buat kan? Apa dia nemuin lagi cowoknya?” Masih Bella yang di bahasnya.

“Zii, lo gak denger omongan Bella tadi? Dia mau lo percaya. Dia perempuan dewasa dan gue liat dia mandiri kok. Gak bergantung sama cowoknya.” Aku mencoba mengingatkan Ozi.

“Gue emang percaya sama Bella tapi gue gak bisa percaya cowoknya.” Dengan mata terpejam Ozi menjawabku.

“Apa yang bikin lo gak percaya? Bukannya semuanya butuh proses? Termasuk hubungan Bella sama cowoknya.”

Mata Ozi lalu terbuka. Ia menghela nafas dalam dan menghembuskannya. Seperti banyak kemarahan yang ditahannya.

“Bella memang berproses tapi cowok itu enggak. Bella selalu berusaha ngeyakinin gue dan nyokap tapi cowok itu nggak. Bella bertahan sendirian tapi dia gak sadar. Gue ngerasa, cowok itu lagi mainin Bella, cuma belum ada aja buktinya. Makanya gue butuh bantuan lo. Dia ada di hubungan yang toxic. Gue gak mau adek gue di rusak.” Kali ini Ozi menatapku penuh harap.

“Lo mungkin gak percaya atau gak paham. Tapi, gue yakin sama perasaan gue. Sekarang Bella sembunyi-sembunyi dari gue sama nyokap. Dia bilang gue gak perlu lagi mikirin hubungan dia sama cowoknya. Tapi, bukan berarti mereka gak sama-sama lagi kan?” Ozi sampai memegang tanganku untuk meyakinkanku.

“Bukannya lo minta gue pulang memang buat ini kan?” tanyaku tanpa tendensi.

“Makasih bro. Cuma lo yang bisa gue percaya.” Beberapa tepukan di berikan Ozi di bahuku. Dia terlihat sedikit lega.

Aku hanya tersenyum tipis untuk menenangkannya.

Ozi kembali membaringkan tubuhnya dengan tenang. Aku pun begitu. Kami sama-sama memandangi langit-langit kamar berwarna putih dengan nyala lampu yang kekuningan. Pikiran kami sama-sama menerawang dan entah apakah bertemu di satu titik yang sama atau tidak.

Belll, lo mandiri pun masih di cemasin sama abang lo.

*****

Suara sendok beradu dengan piring mendominasi pagi hari ini. Bella dengan nasi gorengnya dan Devan dengan roti bakarnya. Kebiasaan sarapannya memang jauh berbeda dengan Bella.

“Nanti bawa buah yaaa buat cemilan. Adek satu, bang Devan satu.” Ujar Saras seraya memasukkan dua kotak makanan ke dalam satu goodie bag.

“Iya mah.” Sahut Bella seraya melirik Devan yang duduk di hadapannya. Nikmat sekali laki-laki itu makan.

“Makasih tan.” Devan ikut menimpali.

“Sama-sama sayang.”

Bella komat kamit sendiri meledek Devan yang sok-sokan tersenyum mendengar ucapan mamahnya. Rasanya ia ingin bilang kalau itu ibunya, miliknya.

Komat kamitnya terhenti saat tiba-tiba seseorang mendekat lalu duduk di sampingnya. Tidak hanya itu, ia pun menempelkan sebuah sticky note di samping Bella lengkap dengan satu bar coklat.

“Sorry..” begitu isi tulisan yang ada di kertas tersebut.

Bella menoleh sang kakak yang tengah tersenyum padanya.

“Gue pertimbangin dulu.” ujarnya seraya menggigit sendok menahan senyum. Kalau merasa salah, Ozi memang selalu bisa bersikap manis untuk membujuk Bella.

“Es krimnya ada di kulkas.” Timpal Ozi.

Hah, abangnya yang satu ini memang selalu tahu cara meluluhkan hati Bella.

“Banyak gak?” Bella tidak bisa menahan senyumnya, membuat bibirnya merekah sempurna.

“8, tapi jangan lo abisin sekligus, buat stock.” goda Ozi.

“Okey, gue maafin.” Timpal Bella akhirnya.

“Nah gitu dong anak mamah, yang akur. Jangan main marah-marahan terus. Jantung mamah sampe mau copot kalau liat kalian berantem apalagi ngomong keras kayak semalem.” Saras menghampiri keduanya lalu bergantian mengecup pucuk kepala Bella dan Ozi.

“Dia doang yang ambekan mah, aku sih lebih sabar. Buktinya aku yang selalu ngalah.” Ozi menjulurkan lidahnya untuk meledek sang adik.

“Dih, mulai lagi yaaa…” Bella langsung melotot namun bibirnya tetap tersenyum. Ozi memang suka cari perkara. Menggoda Bella seperti hal wajib yang membuat harinya tidak berjalan menyenangkan kalau ia tidak melakukannya.

“Aduuhh udah udah,,, Jantung mamah deg degan kencang lagi kan ini….” Saras mengusap dadanya untuk menenangkan perasaannya sendiri.

“Abang sih, suka banget cari ribut sama aku.”

“Hahahaha… Habis seru mah kalau godain Adek.” Ozi mode kalem memang sangat manis.

Digigitnya tangan Bella dengan gemas membuat gadis itu menggeram dengan bibir mengerucut kesal. Namun Ozi hanya tertawa terbahak. Devan yang duduk di sebrang Bella pun ikut menahan senyum melihat tingkah kakak beradik ini.

Dalam perjalanan menuju kantor Bella masih tersenyum sendiri memandangi batangan coklat yang kini ada di tangannya. Senyumnya terhenti saat rasa penasarannya sudah tidak bisa di bendung lagi.

“Lo, tau gak abang gue sakit apa?” pertanyaan itu yang akhirnya di sampaikan Bella pada Devan.

Laki-laki itu tampak mengeratkan genggamannya pada stir yang tengah ia kemudikan.

Penuh harap ia menatap Devan . Semoga kali ini mendapat jawaban.

Jujur, yang membuat marahnya lebih cepat mereda adalah karena melihat Ozi yang lemah terkulai di kasurnya. Ada perasaan bersalah karena ia bertengkar di waktu yang tidak tepat namun emosinya sudah tidak tertahan semalam.

“Kenapa gak lo tanya langsung sama Ozi?” Devan memilih balik bertanya.

“Rupanya lo tau.” Bella tersenyum kelu mendengar jawaban Devan, membuat laki-laki itu menolehnya sejenak sebelum kemudian kembali menatap jalanan di depannya.

“Lo pikir gue bakal nanya lo kalau abang gue mau ngasih tau?” sedikit sinis kalimat Bella kali ini.

“Gue lagi nyetir. Kalau lo mau ngobrol, nanti aja di kantor.” Devan sudah bisa menduga kalau obrolan mereka akan berbuntut panjang.

“Repot banget sih lo. Di kantor itu gak ada privasi. Gue ngomong sama satu orang sejam kemudian satu kantor tau. Terlalu banyak kuping yang kepo. Gak bisa gitu lo jawab gue sambil lo nyetir. Toh gak bakalan ganggu lo banget juga.”

Benar bukan, satu kalimat tolakan Devan setara dengan satu paragraph kekesalan Bella.

Devan tidak merespon. Ia memilih menepikan mobilnya dan lajunyapun terhenti.

“Gue tau cowok itu emang gak multitasking tapi cuma lo yang paling ribet. Ngobrol aja harus ke pinggir dulu. orang nelpon aja gak boleh di jawab kalau lagi nyetir. Ribet!” dengusnya.

“Apa yang bikin lo mikir kalau ozi sakit?” Devan memilih tidak menimpali kalimat Bella.

“Ckk!” Bella berdecik sebelum memulai kalimatnya. Devan ini memang orang yang tidak bisa di ajak berdebat.

“Gue sering liat dia minum obat yang katanya paracetamol tapi dia gak demam. Dia sering keliatan capek, pucet tapi besoknya udah seger lagi. Gue juga pernah nemu hasil pemeriksaan lab di dalem lemarinya waktu gue mau minjem hoodie-nya tapi malah ada lo nongol dari dalem kamar mandi.” Kali ini Bella mendelik kesal.

Devan hanya memalingkan wajahnya saat otaknya memutar kembali kejadian pertama kali ia bertemu Bella.

“Gak usah di inget-inget!” di usapkannya tangan Bella di wajah Devan. Tercium wangi dan sangat lembut.

Hah bertambah saja yang harus Devan ingat.

“Nggak!” sahut Devan cepat.

“Terus sekarang abang pindah tempat kerja. Dia lebih sering pake mobil padahal dulu suka banget pake motor. Tapi yang lebih aneh, kenapa dia gak pernah bawa kameranya. Padahal itu cangkulnya dia kalau mau gali rejeki. Photographer gak bawa kamera mau ngerjain apa coba?” lagi, Bella menatap Devan penuh tanya, membuat laki-laki itu segera memalingkan wajahnya.

“Lo kenapa sih? Ada tahi mata di mata gue?  Apa ada upil di hidung gue? Kayaknya males banget liat muka gue!” protes Bella saat Devan malah melengos.

Devan hanya menggeleng. Bella segera menyalakan kamera ponselnya dan melihat wajahnya sendiri. Ia pun menyeringai khawatir ada bawang daun yang menempel di sela giginya. Tidak ada yang aneh.

“Lo takut gue suka sama lo kalau kita pandang-pandangan?” sergap Bella. Devan hanya terdiam tidak menjawab.

“Tenang aja, gue udah punya cowok yang ganteng dan keren. Lo sih, bukan tipe gue. Gue gak suka tampilan mafia kayak lo. Gondrong dan ada brewoknya. Tipe kayak lo, cocoknya buat cewek yang kalau nyapu gak bersih. Itu kata nyokap gue.” Cerocos Bella.

Devan hanya tersenyum kecil mendengar ocehan Bella. Paginya jadi lebih berwarna.

“Senyum-senyum lagi lo, jadi lo tau gak abang gue sakit apa?” satu sikutan mendarat di lengan Devan.

“Nggak.” Dan jawabannya selalu sama.

“Huft! Sama aja.” Bella mendengus putus asa.

“Masa gue harus minta bantuan Inka buat balik mata-matain abang gue? Mana Inka polos banget lagi. Kalau dia tau gue curiga abang gue sakit, bisa-bisa malah dia sedih. Gagal lagi gue.” Gumam Bella. Entah berbicara pada dirinya sendiri atau pada Devan.

“AWH!!!” tiba-tiba saja Bella mengaduh. Dia pun mencengkram lengan Devan untuk ia remas.

“AWH!!” rasanya Devan ingin ikut mengaduh dalam hati karena kuatnya cengkraman Bella.

“Ada yang sakit?” tanyanya saat melihat Bella memegangi perutnya.

“Gak pa pa, perut gue kontraksi doang. Ayo buruan ke kantor sekarang, gue mesti ke toilet.” Pintanya sambil menepuk-nepuk tangan Devan dengan lumayan keras.

“Iyaa!” Devan segera menarik seatbelt Bella dan memasangkannya. Ia pun menyalakan kembali mesin mobil dan melajukan kendaraan roda empat itu dengan cepat berbaur di jalanan.

Bella sampai terperangah melihat Devan yang begitu sat set sat set.

*****

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Ozi kenapa harus menyembunyikan sakitnya? Dan hanya Devan yg tau..ayolah Ozi g semua harus di rasakan sendiri

2023-02-09

1

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

abang sakit apa? aku udah curiga pas dimobil bella nemuin obat nya dan abang jadi panik... bener kan abang lagi sakit dan menyembunyikan penyakitnya...

2023-02-05

1

Nana

Nana

aku baca marathon.... dan kereeeen banget cerita ini😍... tapi yang like kenapa sedikit😱😭

2022-09-27

2

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!