Memandangi

Hari pertama bekerja di departemen penyutradaraan, membuat Bella seperti dejavu. Meja yang sama dengan posisi duduk yang sama dan pemandangan yang sama. Gedung-gedung tinggi menjulang dengan awan yang tidak terlalu putih karena terkena polusi, seolah menjadi wallpaper yang melatari pemandangan di hadapannya.

Hari kamis 5 tahun lalu menjadi hari terakhir ia duduk di sini dan merapikan script yang ceritanya susah di lupakan oleh para penikmat mini series. Namun di hari itu juga ia berhenti menulis script dan memilih untuk pindah departemen tanpa bisa di tahan.

Di kamis yang berbeda, ia duduk di tempat yang sama dengan tugas lama yang sama dan bersiap untuk menghadapi kesulitan yang mungkin tidak jauh berbeda. Bella dan dunia keduanya yang kerap membuatnya tenggelam tanpa bisa di alihkan. Hanya saja, apa kali ini ia siap bertahan sampai akhir?

Sedikit beranjak dari tempatnya, untuk membuka jendela agar udara luar masuk ke ruangan. Walaupun di dalam ruangan ada AC, perlu sebenarnya membuka jendela untuk menukar udara ruangan dengan udara luar agar terasa ada kehidupan. Ya, paling tidak ada udara yang berhembus.

Tidak lama Bella berdiam di depan jendela. Setelah menghirup udara luar beberapa kali memandangi gedung-gedung di sekitarnya yang menjulang tinggi membuat kota Jakarta terasa penuh sesak.

Ia kembali ke mejanya dan membuka laptopnya.

“Udah sampe mana?” tanya sebuah suara yang kini berdiri di sampingnya.

Bella hanya tersenyum, lantas menoleh Rini yang berdiri di sampingnya. Miss kepo itu memperhatikan layar laptop Bella sambil menyeruput minuman di cangkirnya. Dari wanginya sih sepertinya kopi.

“Masih di sini aja.” Sahut Bella santai.

“Melisa juga lagi nulis script. Cuma kali ini bukan berdasarkan synopsis lo.” Rini memelankan suaranya di akhir kalimat.

“Bagus dong. Ada progress.” Sahut Bella tenang.

Ia jadi memperhatikan Melisa yang mejanya bersebrangan dengannya. Wanita itu memang tampak serius mengetik dan sesekali bergumam seperti sedang merangkai kata yang lewat di benaknya.

Bella jadi ingat, sejak pertama bertemu dengan Melisa, Wanita berusia 30an itu memang selalu bersikap dingin padanya. Beberapa kali ia di minta pak Eko untuk memakai synopsis Bella agar dijadikan Script, ia tidak menolak. Tapi Bella bisa merasakan perasaan tidak nyaman yang dirasakan Melisa saat mendapat tugas mengembangkan synopsis Bella tapi wanita itu selalu berusaha terlihat tenang. Tanpa beriak dan dingin. Benar-benar sulit di tebak.

“Dia mau bikin sinetron, gak mini seri kayak lo lagi. Dan mungkin cerita lo bisa kalah Bell, sama cerita dia.” Hasut Rini dengan senyum mengejek.

“Kalah?” Bella balik bertanya. Memandangi Rini dengan segaris senyum.

“Sejak kapan di PH ini ada perlombaan? Bukannya di sini kerja tim ya? Bukan persaingan antar individu?” lanjut Bella dengan tenang.

Rini memang penghasut yang ulung. Ia selalu memancing siapapun untuk di jadikan bahan adu domba.

“Dan gue gak ngerasa lagi bersaing kok, kan gue sama ica beda proyek. Bersaing buat apa? Cari muka?” kali ini Bella yang memelankan suaranya di ujung kalimat namun penuh dengan penekanan.

Rini tidak menjawab. Tapi dari raut wajahnya terlihat sekali kalau ia sangat kesal. Tanpa di minta, akhirnya Rini pun pergi. Mulutnya masih komat kamit seperti mengulang kalimat Bella untuk ia ejek. Akh sudahlah, orang seperti itu memang tidak perlu di tanggapi.

Pekerjaan penting di mulai. Bella mulai tenggelam dalam dunianya yang lain. Mengetik dengan cepat dan sesekali melambat saat ia mencoba mencari kata dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan isi script-nya. Sesekali pula ia bergumam dan mengangguk serta tersenyum sendiri saat berhasil menemukan frase yang sempat buntu di benaknya.

1, 2, 3, 4 dan jam-jam berikutnya berlalu. Bella benar-benar tenggelam dalam pikirannya. Bermain dengan imajinasinya, bersentuhan dengan emosinya dan tangannya tetap menari dengan indah di atas barisan alfabet.

Tanpa Bella sadari, seseorang memandanginya dari dalam ruangan sana. Ternyata menarik melihat Bella dengan wajah serius. Rambutnya yang tersanggul asal dengan beberapa helai anak rambut yang tidak terikat membuatnya terlihat sangat polos dan manis.

Devan, ya dia adalah Devan. Laki-laki yang sebelumnya asyik membaca synopsis milik Bella, tapi kini malah jadi memperhatikan sang penulis itu dengan laman.

“Isi kepala lo unik Bell.” Batinnya seraya tersenyum.

****

Sore itu, setelah semua pekerjaan selesai Inka memilih untuk mencari Bella. Sudah dua hari mereka tidak banyak berbincang. Biasanya sejak Bella tiba di kantor, Inka akan terus menempel dan menyerocos bercerita hal apapun dengan Bella. Tapi dua hari ini dunianya sepi.

Pergi ke ruangannya, namun hanya di sambut oleh keramahan ironis yang di tunjukkan oleh Rini dan Melisa. Melihat Bella tidak ada di mejanya, tentu bisa Inka tebak dimana keberadaan sahabatnya saat ini.

Kolam renang, tempat pilihan Bella yang biasa ia kunjungi. Kolam outdoor yang di tata aestetik ini, selalu menjadi tempat yang di tuju Bella setelah menulis cerita yang panjang dan melelahkan atau hanya sekedar untuk mengembalikan pikiran normalnya.

Transisi dari dunia halusinasi cerita ke dunia nyata terkadang memerlukan waktu. Tidak hanya secara pikiran tapi juga secara emosional dan mental.

Mencelupkan kaki ke kolam dan membiarkan rasa dingin menjalar di sepanjang urat nadi dan syarafnya, membuat Bella selalu merasa lebih baik. Inilah me time sederhana yang selalu Bella lakukan.

“Ketemu sama air bikin gue kayak berhenti berpikir buat beberapa saat. Jiwa gue kayak kembali ke cangkangnya dengan sempurna. Gak ada suara-suara bising di kepala yang bikin gue capek. Gue suka kayak gini Ka.” Itu yang sering kali Bella ungkapkan saat orang lain bertanya kenapa Bella suka berada di kolam renang ini.

Di belakang sana ada Inka yang memfotonya lalu mengirimkan foto itu pada seseorang. Mas B dengan tanda hati hitam yang ada di belakangnya menjadi nama yang ia sematkan di kotak tersebut. Hanya beberapa saat waktunya tersita sampai kemudian ia menghampiri Bellla.

“Nyebur aja sekalian.” Suara yang sangat familiar terdengar jelas bersamaan dengan suara langkah kaki yang mendekat.

“Gak usah ngeledek.” Saat di toleh, benar saja Inka sedang berjalan mendekat.

Wanita itu tersenyum kecil, lantas berlari dan duduk di samping Bella.

“Mau gue ajarin berenang?” tawarnya seraya memercikkan air kolam pada Bellla.

“NOPE!” refleks Bella menjauh.

“Kenapa? Lo masih belum berani?” Bella suka berada di dekat air tapi ia tidak bisa berenang. Dan saat di tawari belajar berenang, pasti selalu menolak.

“Bukan gak berani, gimana kalo orang ketuker liat gue sama paus? Repot kan?” kilahnya dengan santai.

“Ah elah, lo gak segede paus kok Bell. Lo itu seksi Bell. Montok.” Goda Inka seraya menyikut tangan Bella.

“Eemmm… Bilang aja lo mau ngeledek tapi sungkan. Asem lo!” timpal Bella.

“Hahahaha…” dengan nikmat Inka tertawa.

Mendengar Inka tertawa renyah, membuat Bella memperhatikan sahabatnya. Tawa ini yang ia rindukan setelah seharian hanya bercengkrama dengan barisan huruf dan simbol serta spasi.

“How’s your day Ka?” tanya Bella saat Inka terdiam.

Dua hari tidak bekerja bersama-sama, rasanya ada yang janggal. Biasanya Inka selalu marah-marah dan sensitif kalau ada pekerjaan tim lapangan yang tidak sesuai. Tidak pernah berhenti bekerja dan asyik berbicara banyak hal. Entah bagaimana 2 hari ini. Tapi dari wajahnya, terlihat sekali kalau ia lelah.

“Gue bisa apa tanpa lo Bell?” lirih Inka sendu. Kepindahan Bella seperti sebagain dari dirinya pergi. Walau hanya terhalang tembok ruangan namun bercengkrama dengan Bella lebih sulit di lakukan di banding sebelumnya.

Memperhatikan Inka, cepat sekali perubahan ekspresinya dari tertawa hingga murung seperti sekarang.

Bella hanya tersenyum. Melihat seseorang yang kita pedulikan dan langsung melihat responnya memang melegakan. Berbeda dengan bertanya melalui pesan yang hingga saat ini masih di abaikan.

Ya, pesan yang Bella kirim pada Rangga dengan bunyi, “Sayang, lagi ngapain? Gimana hari ini?” Sudah satu jam lalu dan belum juga di baca.

Beberapa tahun merasakan seperti ini, harusnya Bella sudah terbiasa tapi sepertinya sulit.

“Lo gimana hari ini, lancar?” bergantian Inka yang bertanya.

“Alhamdulillah…” Bella terangguk-angguk pelan. Mungkin saat ini memang ada baiknya memfokuskan diri pada Inka yang ada di hadapannya.

“Ada kabar dari bang Ozi?” ia jadi teringat kalau sampai sekarang belum bertanya soal kelanjutan cerita Inka soal hadiah yang ia berikan pada Ozi.

Inka hanya tersenyum, seraya memandangi Bella. Sejenak ia memandangi riak air. Ada yang mengganjal perasaannya kalau tidak ia ceritakan pada Bella.

“Gue udah ketemu mas Bima.” Ujarnya tanpa ragu.

“Hah, sumpah? Kok gue gak tau?” Bella sampai terperangah. Siapa sangka Inka yang pendiam, sudah berani melangkah sejauh itu.

“Heeeyy, kapan lo ketemu bang Ozi, kok gak cerita-cerita?” Bella mengguncang-guncangkan badan Inka yang pasrah saja mengikuti arah gerak Bella.

“Dih!  Malah senyum-senyum.” Menunjuk dengan gemas wajah Inka yang merona.

“Kapan sih kalian ketemu? Gak mau cerita nih sama gue?” paksa Bella.

Inka tidak segera menjawab. Ia melingkarkan tangannya di lengan Bella lantas menyandarkan kepalanya di bahu Bella. Terdengar helaan nafas dalam yang kemudian ia hembuskan dengan perlahan.

“Setelah gue ngasih hadiah itu, besoknya mas Bima ngehubungin gue.” Satu hal yang tidak di duga cukup mengejutkan buat Bella.

Ternyata Ozi merespon Inka. Padahal sudah pernah bertemu beberapa kali dan sikapnya selalu dingin. Ia pikir Ozi akan bersikap sama seperti pada wanita lain.

“Dia ngajak gue ketemu dan kami ngobrol cukup lama.” Inka tersenyum sendiri saat mengingat ia duduk berhadapan dengan Bima.

Sayangnya ia tidak berani untuk memandang wajah tampannya. Ia terlalu gugup dan hanya bisa memainkan sedotan yang ada di dalam gelasnya  sambil sesekali menyeruput minuman dengan tidak tenang.

Berbeda dengan Bella yang sering ia lihat tersenyum, Ozi tipe yang dingin dan cuek. Satu hal yang mirip dari kakak beradik ini adalah, keduanya observer. Suka memperhatikan dengan seksama lawan bicaranya. Dan itu membuat Inka semakin berdebar.

Menegakkan kepalanya lantas menoleh Bella seraya tersenyum.

“Ternyata, di dunia mas Bima cuma ada lo dan nyokap lo Bell. Lo beruntung banget punya abang yang sayang banget sama lo.” Tuturnya dengan penuh kesungguhan.

“Maksud lo, selama kalian berdua, cuma bahas gue sama nyokap gitu?” hal ini yang Bella simpulkan dari penuturan Inka.

Inka terangguk pelan. “Dia bilang, lo dan nyokap lo adalah segalanya. Dan dia gak pernah memikirkan hal lain selain itu.”

Untuk beberapa saat, Bella berusaha mencerna ekspresi wajah Inka yang tak biasa. Sepertinya ia kecewa tapi bibirnya masih tersenyum.

“Tapi dia gak minta lo ngejauh kan?” kalau sudah urusan dengan wanita, biasanya ini yang Ozi katakan.

Sejak Bella SMA, entah berapa Wanita yang menemuinya dan meminta bantuannya untuk bisa dekat dengan Ozi. Tapi Ozi tidak pernah memberi respon. Hal yang sama pun mungkin di alami Inka dan ini sungguh membuatnya ikut sedih.

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Ozi akan berpikir menikah mungkin kalau sudah melihat Bella menikah dengan orang yang tepat..

2023-02-08

1

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

aihh si abang pasti tuh...
jangan2 waktu itu inka kencannya sama abang ozi...

2023-02-05

1

mrs i

mrs i

baru baca, ceritanya bagus

2022-12-18

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!