Bella - Rangga

Sebuah café menjadi tempat yang di tuju Bella dan Rangga saat ini. Selama perjalanan menuju café, tidak ada perbincangan berarti. Mereka asyik dengan pikiran masing-masing yang pointnya adalah memikirkan kalimat security tadi.

Berpacaran hampir 8 tahun sudah memberi sangat banyak hal yang mereka lewati bersama. Melewati masa-masa yang membuat mereka semakin mengenal satu sama lain melalui pertengkaran karena masalah kecil, perbedaan persepsi dan kebiasaan hingga mimpi yang ingin mereka capai di masa depan.

Namun hingga hampir 8 tahun ini pula, belum terlihat jelas seperti apa arah hubungan mereka kelak. Bella yang akhirnya membiarkan semuanya mengalir begitu saja, memilih mengalihkan fokusnya pada pekerjaan dan begitu pun Rangga, segala usaha ia lakukan untuk mencapai cita-cita yang ia impikan sejak dulu yaitu menjadi band terkenal.

Bella tidak terlahir dari keluarga sultan dengan kekayaan yang melimpah sehingga tidak memiliki standar calon pasangan yang tinggi. Baginya, karena ia mencintai laki-laki itu maka ia akan bertahan sampai kapanpun dengan lelaki pilihannya.

Sementara bagi Rangga, saat ini yang terpenting adalah mewujudkan mimpinya terlebih dahulu agar kelak ia bisa di pandang pantas untuk menjadi calon pasangan yang ideal bagi wanita yang akan menjadi istrinya.

Hingga sampai di café, keheningan mereka baru pecah saat seorang waitress memberikan buku menu dan bertanya makanan apa yang akan mereka pesan.

“Saya mau Spaghetti aglio e olio aja mba sama jus strawberry. Kamu pesen apa yang?” perhatiannya beralih pada Rangga yang masih membolak-balik halaman buku menu tanpa menunjukkan ketertarikan lebih.

“Iga bakar sama jus jeruk.” Timpal Rangga, sekali lalu menutup buku menu.

“Baik, di tunggu ya kak.” Waitress itu pun pergi setelah mencatat menu pesanan Bella dan Rangga.

“Kamu belum makan yang?” Bella memandangi wajah Rangga yang terlihat lesu. Pesanan yang ia minta pun bukan lagi menu ringan. Padahal di jam seperti ini, Rangga jarang makan nasi karena harus menjaga bentuk tubuhnya agar tidak merusak barisan roti sobek yang susah payah ia bentuk di bagian perut dan dadanya.

“Belum. Tadi seharian aku jagain toko. Kebetulan mamah sama papah harus ngunjungin saudara yang sakit di Bekasi. Mau latihan band juga malah keburu kesorean.” Terang Rangga dengan malas.

Rangga berusaha meraih tangan Bella di hadapannya.

“Adek kemana yang? Tumben kamu yang jaga toko.” Berusaha menghindar saat ujung jemari Rangga berusaha menyentuh jemarinya.

“Apalagi selain mabar sama temennya.” Sahutnya semakin malas. Terdengar hembusan nafas kasar dari mulut Rangga yang menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi café. Ia menatap Bella dengan laman.

“Kamu kepikiran omongan security tadi bell?” tatapannya semakin tajam.

“Em, sedikit.” Bella tersenyum hambar. Tentu saja ia memikirkannya, karena ucapan yang serupa tidak hanya sekali ia dengar dari security tadi tapi sudah sangat sering dan dari banyak orang.

Rangga mengangguk paham. Ia pun memikirkan hal yang sama tapi tidak menyangka kalau yang Bella lakukan tidak hanya memikirkannya melainkan merubah sikap.

“Okey. Sekarang aku mau nanya,” Rangga mencondongkan tubuhnya mendekat pada Bella lantas menopang dagunya dengan kedua tangan.

“Selama kita pacaran, apa aku pernah terlihat berniat merusak kamu? Atau kamu merasa terancam karena ada di dekat aku?” pertanyaan itu yang kemudian di lontarkan Rangga tanpa mengalihkan tatapannya. Seperti mengunci Bella.

“Em, enggak. Nggak gitu yang.” Bella mulai salah tingkah.

“Aku ngerasa nyaman sama kamu. Aku juga seneng kamu selalu ada di samping dan di dekat aku. Kamu seperti obat pengar sekaligus minuman yang bisa membuat aku mabuk. Kadang aku yang takut sama diri aku sendiri.”

“Mungkin memang ada baiknya kalau kita mengurangi kontak fisik yang. Kamu inget kan kata pak sanusi tadi, semakin lama kita pacaran, setannya semakin hebat ngegoda kita.” Suara Bella terdengar pelan. Ia memperhatikan lingkungan sekitar dan tentu saja perubahan ekspresi wajah Rangga yang tersenyum tipis.

Rangga kembali menegakkan tubuhnya lalu bersandar.

“Okey, kalau  itu mau kamu.” Suaranya terdengar kecewa.

“Yang, bukan gitu maksud aku.” Berganti Bella yang mencondongkan tubuhnya, ia tahu, mungkin Rangga tidak sepaham dengannya saat ini.

“Ya lalu?” sela Rangga, dengan tatapan dingin.

“Aku cinta banget sama kamu. Sering kali aku gak bisa mengontrol perasaan aku. Dan aku juga takut kalau aku gak bisa mengontrol apa yang aku lakukan. Itu maksud aku.” Bella tertunduk lesu dengan suara yang parau di ujung kalimatnya.

Terlalu cinta, membuat Bella mungkin akan memberikan apa saja pada Rangga tapi kesadarannya masih penuh, ia tidak bisa mendorong dirinya dalam hubungan yang lebih dari sekedar pacaran. Sedekat apapun hubungan mereka saat ini, prinsipnya masih terlalu kuat kalau ia hanya akan memberikan dirinya seutuhnya pada suaminya kelak.

“Kamu masih sama Bell, kamu masih belum bisa percaya sama aku.” Rangga menarik tubuhnya menjauh dari Bella lalu menyilangkan tangannya di depan dada.

“No, bukan gitu.” Bella menggeleng lesu.

Rangga hanya mengendikan bahunya acuh. Beruntung pelayan datang membawakan makanan pesanan mereka sehingga perhatian mereka sedikit teralih.

Pasta dan iga bakar sudah tersaji di depan mata. Tampilannya yang cantik dan mengundang selera harusnya membuat keduanya menyantap makanan itu dengan segera. Tapi sepertinya, selera makan keduanya mulai memudar.

“Makan dulu yang,“ Bella memberikan sendok dan garpu pada Rangga.

Tanpa sepatah katapun Rangga mengambil besi couple itu dan mulai menyantap makanannya. Mereka makan dalam suasana hening. Rangga yang makan dengan tergesa-gesa entah karena lapar atau marah, dan Bella yang makan dengan perlahan sambil memandangi wajah kekasihnya yang tampak kecewa.

“Maafin aku yang,..” lirih Bella seraya memainkan pasta yang ia gulung dengan garpunya. Harusnya makan malam ini menjadi moment yang menyenangkan untuknya. Tapi sepertinya kali ini tidak.

*****

“Apa kamu pernah kepikiran kalau kita nanti nikah yang?” pertanyaan itu tiba-tiba di lontarkan Bella.

Beberapa saat lalu, mereka tiba di depan rumah Bella. Namun keduanya masih enggan beranjak. Antara tidak ingin berpisah dan saling membutuhkan, atau ada sesuatu yang belum selesai dan harus mereka bicarakan.

Bella menoleh Rangga yang duduk di balik kemudi dan tengah menatap ke depan sana. Lampu mobil ia matikan dan terlihat tangannya mencengkram stir kuat-kuat. Dahinya yang sedikit berkerut, seolah menegaskan kalau ia sedang memikirkan pertanyaan Bella.

Hampir 8 tahun pacaran, baru kali ini kalimat itu keluar dari mulut Bella. Pembicaraan tentang pernikahan selama ini baru di jadikan candaan dan bumbu romantisme. Tapi kali ini, sepertinya Bella benar-benar memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Rangga.

“Iya tentu.” Sahut Rangga yang membuat senyum Bella langsung terbit. Laki-laki itu menoleh Bella lantas menatapnya laman.

Di raihnya tangan Bella untuk ia genggam lalu ia cium. “Tapi jangan sekarang-sekarang ya Bell.” Lirihnya penuh sesal.

“Kenapa?” wajah Bella berubah bingung.

“Aku cinta sama kamu, kamu juga cinta sama aku. Bukannya ujung dari setiap perasaan cinta itu adalah dikukuhkan dalam sebuah pernikahan?” Bella menatap lekat laki-laki di hadapannya yang masih asyik mengecupi tangannya tanpa menjawab pertanyaannya.

“Yang,,, Jawab dong! Kamu serius kan cinta sama aku?” Bella mulai merengek.

“Ya tentu aku cinta sama kamu. Hanya saja,” Rangga menjeda kalimatnya dengan hembusan nafas gusar. Suaranya terdengar melemah. Ia melepaskan genggaman tangan Bella dan beralih mengusap wajahnya kasar.

“Aku belum siap Bell. Aku belum siap.” Tegasnya dengan wajah frustasi.

Bella ikut menghembuskan nafasnya kasar. Ia menjatuhkan tubuhnya bersandar pada jok mobil. Matanya yang sendu menatap jauh ke depan sana, gelap dan tidak ada bayangan seperti halnya hubungan mereka.

“Belum siap karena apa? Apa waktu 8 tahun belum cukup buat kita mengenal satu sama lain?” lirih Bella dengan putus asa.

“Bell,..” Rangga kembali meraih tangan Bella, membuat gadis itu menoleh dengan wajah sedihnya.

“8 tahun memang cukup untuk kita mengenal satu sama lain. Tapi kamu tau kan, 8 tahun kebersamaan kita belum bisa membuktikan apa-apa?”

“Aku ngerasa, masih banyak hal yang harus aku raih dulu sebelum memikirkan pernikahan. Sampai sekarang aja aku gak tau aku harus menghidupi kamu darimana kalau nanti kita menikah. Dengan kondisi kayak gini, mana bisa aku nemuin keluarga kamu buat meminta kamu nikah sama aku. Aku bisa di anggap gila Bell,” ujar Rangga dengan frustasi.

“Kenapa sih patokan kamu itu selalu tentang material?” berganti Bella yang bertanya dengan kesal.

“Kamu anggap keluarga aku seperti apa sih? Mereka matre? Nggak Rangga!” imbuh Bella.

“Iya aku tau mereka gak matre tapi, mereka gak mungkin kan mempercayakan anak mereka sama pengangguran kayak aku?! Lagian pernikahan itu sulit Bell. Gak seindah di cerita-cerita dongeng. Inget, kita ngeliat mereka bahagia itu saat di resepsi, kita gak pernah tau setelah itu apa kesulitan mereka. Dan mungkin kita ngalamin hal yang lebih sulit dari mereka.” Rangga balas meninggikan suaranya.

Dengan mata berkaca-kaca Bella mengatupkan mulutnya. Hal tersulit dalam hubungan mereka adalah karena Rangga merasa tidak berada pada level yang cukup pantas untuk menjadi pasangannya.

“Kamu kok pesimis gitu sih? Ga, kamu percaya kan rejeki setelah menikah?” Bella mulai memelankan suaranya. “Ayo kita jemput itu sama-sama. Aku tau kamu udah berusaha keras untuk meraih mimpi kamu dan aku akan selalu ada di samping kamu. Bukankah saling menguatkan setelah menikah akan lebih melegakan?” bujuk Bella.

Melihat mata Bella yang berkaca-kaca membuat hati Rangga terrenyuh. Di usapnya wajah Bella dengan perlahan dan lembut.

“Bisakah kamu nunggu aku sebentar lagi? Paling tidak sampai aku mendapatkan hasil dari band aku. Aku butuh bekal buat terlihat layak di mata keluarga kamu. Aku tau, kamu sangat berharga buat keluarga kamu, maka aku pun ingin menunjukkan hal yang sama. Bisa kan Bell? Please….” Lirih Rangga seraya menggenggam kedua tangan Bella.

Melihat netra pekat milik Rangga yang di penuhi banyak kesungguhan, membuat Bella akhirnya luluh. Sebuah anggukan kecil dari Bella di sambut dengan sebuah pelukan dari Rangga.

“Makasih Bell, makasih untuk selalu ngertiin aku. Aku janji, aku akan berusaha lebih keras lagi. Aku mohon, tunggu aku sebentar lagi. Hem?” bisikan surga itu diucapkan Rangga tepat di telinga Bella. Seperti sebuah harapan baru bagi hubungan mereka kalau cinta keduanya kelak akan berlabuh dengan indah.

“Iyaa, aku akan nunggu kamu. Aku juga akan berusaha memperbaiki banyak hal yang kurang dari aku. Supaya gak cuma kamu yang merasa layak buat aku tapi akupun layak untuk kamu. Hem?” Bella mengecup bahu Rangga yang menopang dagunya.

“Tentu. I Love you Bell… With all I have.”

“I love you too, more and more.” Balas Bella. Untuk beberapa saat mereka saling berpelukan, melepaskan rasa rindu yang setiap saat selalu ada.

Merasa suasana sudah lebih baik, Rangga iseng menggoda Bella. Di kecupnya telinga Bella yang membuat gadis itu terkekeh geli.

“Yang, iseng ah kamu!” Bella memukul pelan lengan Rangga.

“Sorry kalau  aku suka nyosor, habis kamu gemesin. Lagian kamu juga tau, bahasa cintaku adalah physical touch, sulit untuk menahan diri tidak memeluk atau memegang tangan kamu.” Terang Rangga tanpa melepaskan pelukannya.

“I know. But, walaupun bahasa cinta aku Acts of Service, tapi maaf buat saat ini aku tidak bisa memberikan apa yang belum seharusnya aku berikan.” Tegas Bella.

“Hem, yaaa okeeyy.. aku menghormati itu.” Rangga mengeratkan pelukannya sekali lalu mengusap punggung Bella dengan lembut.

“I really love you Bell,” lagi Rangga berucap dengan penuh kesungguhannya.

Bella melepaskan pelukannya. Ia lebih suka mendengar kalimat itu seraya menatap mata Rangga.

“Say it again,..” pintanya dengan segaris senyum malu-malu.

Rangga terlihat berusaha lebih tegas. Di tatapnya Bella dengan laman, membuat jantung Bella kembali berdesir.

“If I say it, can I get a kiss?” godanya seraya mencolek hidung bangir Bella.

Bella hanya tersenyum dan terangguk pelan.

“I love you.” Tegas Rangga seraya menatap mata Bella dengan hangat. Kalimat yang sangat cukup untuk Bella dengar.

Tanpa menimpali, Bella lebih memilih mengambil tasnya. “I’ll call you later. See you,.. Muach!” di kecupnya pipi Rangga sebelum ia menarik tuas pintu mobil. Wajahnya sudah memerah seperti tomat matang. Ia harus segera turun dan masuk ke kamarnya sebelum Rangga melihat kebodohan-kebodohan Bella karena salah tingkah.

“See you in my dream, Bell.” Timpal Rangga.

Bella tersenyum senang. Ia turun dari mobil. Berjalan di depan mobil dan Rangga langsung nyalakan lampunya untuk menerangi langkah Bella. Ia membalas lambaian tangan Bella dengan senyum terkembang. Matanya tidak berhenti memandangi Bella, hingga gadis itu berlalu pergi dan menghilang di balik pintu gerbang rumahnya.

*******

Terpopuler

Comments

Ririn

Ririn

pernah punya cowok model Rangga, gak bisa ngasih kepastian dan akhirnya kita bubar

2023-04-07

1

Bunda dinna

Bunda dinna

Pacaran 8thn Bella Rangga masih belum bisa menemukan titik temu dari perbedaan prinsipnya..

2023-02-07

1

nengkirana

nengkirana

pacaran 8 tahun blom tentu jodohh...kita liat apakah bella rangga berjodoh

2022-09-09

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!