Secret Admirer

Jam pulang kerja sudah di depan mata. Bella merapikan semua barangnya dan di muat ke dalam tas ransel.

“Gue duluan.” Pamit Bella pada Melisa dan Rini.

Dua wanita itu hanya mengangguk dan kembali berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan. Keluar dari ruangan ia mendapati seorang wanita yang tengah berusaha menelpon seseorang. Beberapa kali menaruh ponselnya di telinga lalu mendengus kesal.

Tunggu, Bella merasa wajah Wanita ini sedikit familiar.

“Lagi nyari siapa mba?” sapa Bella sambil berusaha mengingat.

“Ini gue nelponin Amara tapi gak di angkat. Padahal harus ketemu orang Casting.” Mukanya terlihat panik karena memang jam kerja sudah habis.

“Oh, manager-nya Amara ya?” akhirnya Bella ingat.

“Iya… Tunggu, rasanya gue tau lo deh.” pembawaan wanita bernama Lisa ini memang sangat tegas.

“Hehehehe… Bella… “ Bella mengulurkan tangannya.

“Pasti mba liat muka saya di dinding kamar Ara atau di laptopnya.” Tebak Bella.

“Hahahaha iyaaa… Akhirnya kita ketemu langsung.” Lisa membalas uluran tangan Bella.

Tentu saja, foto Bella terpajang di setiap sudut apartemen Amara. Mereka berteman sudah cukup lama dan ada banyak kenangan yang mereka abadikan lewat foto. Amara yang sangat suka berfoto pasti memajang atau mengunggahnya dimanapun.

“Tumben kesorean datengnya. Kayaknya sih orang casting udah pada pulang mba.” Bella melihat jam tangan yang melingkar, sudah lebih dari jam 5 sore.

“Iyaaa, rencana mau ketemu mas Ferdi bareng Amara, eh nih anak malah gak bisa di hubungi. Penting banget padahal.“ Keluh Lisa.

Ternyata benar yang diceritakan Amara, manager-nya yang sekarang sangat keibuan.

“Coba cek sosmednya, Amara selalu update kan?” ada Inka yang tiba-tiba bergabung.

“Inka.” Imbuhnya seraya mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

“Lisa. Eh iya juga yaa… Kenapa gak kepikiran tadi.” Sebentar saja mereka saling menjabat tangan sebelum akhirnya Lisa sibuk dengan ponselnya.

“Got you!” serunya.

“Nih anak emang gak bisa di bilangin. Udah di bilang jangan pergi, eh malah tetep pergi.” Keluh Lisa. Sepertinya manager baru ini mulai kewalahan dengan kelakuan Amara yang sering seenaknya.

“Kemana?” tanya Bella dan Inka bersamaan.

Lisa menunjukkan layar ponselnya. Sebuah foto tiket pesawat yang di unggah Amara serta sebuah koper menunjukkan kalau ia memang bepergian. Surabaya, nama kota yang di tuju Amara.

“Di private tapi manager-nya masih bisa liat. Lawak, kurang pro.” Ledek Inka saat melihat postingan Amara. Nada suaranya setengah meledek, membuat Bella menyikutnya.

Inka memang begitu, kalau sejak awal bertemu ia sudah tidak terlalu suka dengan seseorang, komentarnya akan selalu sinis.

“Hahahaha iyaa… Mau ngumpet malah ketauan.” Lisa jadi tertawa geli.

“Ya udah, gue permisi dulu yaaa… Makasih loh udah bantu. See you…” Pamit Lisa.

"Iya mba.. Sama-sama..." sahut Bella dan Inka bersamaan.

Terlihat Lisa mencoba menghubungi Amara lewat akun media sosialnya. Amara yang rajin update, pasti akan sangat mudah melacaknya karena tidak pernah jauh dari benda pipih itu.

Bella jadi penasaran sedang apa Amara di Surabaya. Ia ikut membuka story Amara, tapi postingan tadi malah tidak muncul di berandanya.

“Dih nih anak, malah gue yang di private.” Dengus Bella.

“Hahahaha… Salah nge-private dia.” Inka jadi terkekeh.

“Iya kali yaaa.. Mau nge-private Lisa, malah gue.” Bella mencoba menyimpulkan.

“Makanya nama akun lo jangan Lalalabella, jadi ketuker kan.”

“Iya iyaaa, bawel lo.” timpal Bella. Ucapan Inka memang benar. Namun bukan itu yang ada di benaknya saat ini.

Untuk beberapa saat ia berpikir, ada apa Amara ke Surabaya.

“Emmm rasanya gue tau kenapa Ara ke Surabaya.” Bella jadi senyum-senyum tidak jelas.

“Ngapain?” Inka mendekat pada sahabatnya, ia yakin Bella mau membisikinya.

“Mungkin mau nyusul mantannya, Niko. Hah, semoga aja mereka baikan. Soalnya Ara keliatan bahagia banget waktu sama Niko.” Ungkap Bella penuh harap.

“Eeuuhh… Mau siapapun yang datang, mantan tetap pemenangnya yaaa…”

“Salaaahh… cinta pertama tetap pemenangnya!” sahut Bella.

“Hahahaha… Baru kali ini moto kita beda.”

“Ya sekali-kali beda gak apa-apa kan. Bukti kalau memang ada yang namanya multi persepsi. Eh tunggu,” Tiba-tiba saja Bella membalik ranselnya.

“Ih anjirrrr ngagetin aja lo! Ada apaan sih?” Inka sampai terlonjak.

“Inspirasi. Gue ada insprasi.” Ucap Bella dengan tergesa-gesa. Ia menyalakan tabnya dan mencari file script yang ia tulis.

“Mau lanjut sekarang?” Inka mengernyitkan dahinya sendiri melihat tingkah Bella.

“Iyaaa… Emang kenapa?” Ia duduk di bangku yang ada di depan ruangannya.

“Jangan di sini, kita ke tempat lain.” Inka menarik tangan Bella agar urung duduk.

“Eeehhh Inkaaa. Lo kebiasaan deh main Tarik aja.” Protes Bella.

“Hahahahha… Udah ngikut aja! Bawel lo!” si calon kakak ipar memang susah di tolak.

Sebuah café menjadi tempat yang Inka tuju. Mereka masuk ke dalam dan ternyata tidak ada kursi tersisa.

“Anjiirrr antri banget!!” keluh Inka saat melihat panjangnya antrian pemesanan.

“Yaa lagiii, lo dateng ke café yang baru buka, pasti antri lah. Gini caranya sih, bisa keburu lupa gue sama,…” suara Bella jadi memelan saat ia melihat seseorang di café tersebut.

“Kita balik yuk!” Bella menarik tangan Inka untuk pergi.

“Dihh ogah akh!” Inka mengibaskannya. Biasanya Bella yang lebih sabar dengan antrian macam ini tapi kali ini malah meminta pulang.

“Katanya gelato di sini paling enak.”

Bella tidak memperhatikan Inka yang terus berceloteh. Ia masih bertatapan dengan laki-laki yang lebih muda darinya dan tengah tersenyum padanya.

“Noh bangku kosong, tunggu bentaran di sana. Nanti kita cari tempat yang nyaman buat makan gelatonya.” Inka mendorong Bella agar beranjak.

Gadis itu menurut saja dan segera memalingkan pandangannya dari laki-laki muda itu.

Terduduk di bangku dengan perasaan tidak menentu. Ia menyalakan tab nya, hendak menulis tapi seketika pikirannya kosong. Inpirasi yang tadi beterbangan di rongga kepalanya menghilang, berganti suara bising yang hanya bisa ia dengar sendiri. Gaduh sekali isi pikirannya.

“Pesanan atas nama kak Bella Andini Fauziah cantik.” Panggil seorang pelayan.

Bella langsung tercengang. Mendengar namanya yang di panggil membuat perasaannya semakin tidak menentu.

“Pesanan atas nama kak Bella Andini Fauziah cantik.” Lagi panggilan itu terdengar.

Bella menoleh ke arah suara dari anak lelaki muda lainnya yang memanggil namanya.

“Maksudnya buat atas nama Bella yang itu?” Inka bersuara di antara orang-orang yang mengantri. Orang-orang jadi menolehnya.

“Iya kak.” Sahut anak muda di samping pelayan itu.

“Hah, perasaan gue masih ngantri deh. Nih si Bella gimana cara pesannya sih?” gumam Inka dalam hati sambil menghampiri pelayan cafe, menghindari tatapan sinis pembeli lain. Dipandanginya dua gelato di tangan.

“Ini udah di bayar?” lagi Inka bertanya.

“Sudah kak. Kami ada kursi kosong di sebelah sana. Selamat menikmati.” Tunjuk pelayan itu.

“Ehh tunggu deh, kalian gimana ceritanya kenal sama Bella temen gue? Pake tau nama lengkapnya segala. Di tambahin cantik lagi. Perasaan dia belum pernah ke sini deh.” Inka jadi tersadar dengan kejanggalan saat ini.

“Anggap aja secret admirer kak.” Timpal lelaki muda yang kembali memandangi Bella.

“WWUUAAHHHH bestie gue punya secret admirer… Okeeyy yang mana secret admirer-nya Bella?” Inka menatap kedua lelaki muda itu bergantian. Exciting sekali wajahnya.

“Kan secret kak.” Timpal salah satu di antara keduanya.

“Eh iya juga yaaa… Hahaha… Makasih deh. Gue bakal sering-sering datang kemari. Apalagi ada brondong-brondong cakep kayak kalian. Makasih yaa…”

Inka pun segera pergi menghampiri Bella. Ia mengajak Bella duduk di kursi yang di tunjukkan pelayan tadi. Sementara laki-laki muda itu hanya tersenyum saat Bella kembali menolehnya.

“Habisin dulu, terus nulis, baru kita pulang.” Ulti Inka.

“Astagaaa Inkaaa, gue mau pulang sekarang…” rengek Bella dalam hatinya.

*****

Menulis dan berimajinasi adalah dua hal yang Bella lakukan saat ini. Sudah lewat tengah malam, namun Bella masih terduduk di bangku taman balkonnya di temani secangkir kopi yang membuatnya terus terjaga.

Sejak sore tadi, otaknya tidak berhenti berpikir. Jalinan cerita terus bergulir dari satu part ke part lainnya. Sudah ribuan bahkan jutaan kata yang ia tulis. Tidak ada rasa kantuk yang datang, selain karena ia meminum kopi juga karena pikirannya sedang sangat fokus.

Di ruang televisi ada Devan yang juga sedang memandangi layar laptopnya. Ia tengah membaca detail script yang di tulis Bella.

“Penulis script dan sutradara harus memiliki persepsi yang sama terhadap sebuah cerita yang akan di tampilkan agar pesannya masuk dan bisa di nikmati.” Kalimat itu yang menjadi pegangan Bella dan Devan saat ini.

Pada beberapa bagian, Devan tersenyum sendiri saat ada part kocak yang menurutnya cukup lucu. Ia membayangkan bagaimana ia memvisualkan adegan tersebut. Cara penulisan Bella yang runtut dan apik memang tidak salah kalau di banggakan oleh Eko. Mungkin ini yang membuat Eko selalu jatuh hati pada setiap synopsis yang Bella buat apalagi kalau sudah menjadi script seperti ini.

Devan jadi memperhatikan Bella dari kejauhan. Bias cahaya dari layar laptop membuat wajah Bella terlhat jelas. Gadis itu sedang tersenyum, mungkin ada part yang membuatnya terharu atau gemas sendiri. Devan jadi membayangkan, bagaimana jika seorang Bella yang expresif memerankan adegan yang di tulisnya.

“Akh ngawur!” rasionalnya ikut berbicara.

Tidak di pungkiri, dari tulisan Bella, Devan jadi mengetahui banyak hal tentang gadis ini. Pribadi Bella yang tidak ia duga awalnya ternyata sangat komplek.

“Pak sutradara, beberapa hari ke depan, gue izin ngerjain script di rumah atau di luar kantor yaa… Gue perlu penyegaran dan inspirasi.” Pintanya beberapa jam lalu.

“Hem,” hanya itu jawaban singkat dari Devan.

Harusnya ia bisa berbicara dengan lebih banyak saat kesempatan itu ada. Tapi sepertinya ia bukan orang yang opportunis, banyak kesempatan yang ia lewatkan begitu saja untuk berbicara lebih dengan Bella.

“Aarrgghh leher guee…” rasa pegal mulai sangat Bella rasakan.

Rasa jenuh akan melihat barisan huruf yang membuat penglihatannya seolah bergaris-garis saat memejamkan mata, membuatnya harus berhenti sejenak.

Ia memandangi langit malam yang tidak terlalu gelap menjelang dini hari. Seperti masih ada barisan huruf yang di ketiknya tergambar di langit.

“Mata gue mulai lelah.” Sedikit mengucek matanya yang terasa perih.

Ia menggeliat dan menguap cukup panjang. Haaahh, nikmat rasanya.

“Lo masuk dulu, udaranya dingin banget.” Ujar Devan yang berdiri di pintu seraya bersidekap.

“Lo kenapa gak tidur? Masih baca?” Bella membalasnya dengan pertanyaan.

Devan tidak menjawab. Ia beranjak menuju meja dan mengambil laptopnya.

“Duluan.” Suara bass-nya makin terdengar berat di malam seperti ini.

“Hem,..” berganti Bella yang menyahuti pendek.

Badannya sudah lelah dan ia memutuskan untuk masuk kamar.

Kasur, tempat ternyaman untuk ia tempati saat ini. Sambil membaringkan tubuhnya, Bella mengecek ponsel yang sedari tadi ia abaikan. Ada beberapa pesan masuk.

Inka, “Gue baru tau kalau lo punya secret admirer. Rangga tau gak?” miss kepo ini masih saja mengirimkan pesan tidak penting selarut ini.

“Kalau judulnya secret admirer, lo pikir gue bakal tau? Gue bukan cenayang Ka.” Pesan balasan itu Bella kirim. Belum di baca, kemungkinan Inka sudah masuk ke alam mimpinya.

Bang Romy, “Belskyyyy… Gue kangen lo!!! Gak ada yang ngirimin gue bandrek kalo kerja malem begini.” Teman satu tim di departemen artistic rupanya masih merindukannya. Harus Bella akui, ia pun merindukan orang-orang kocak itu.

“Selesai project ini, kita healing yuk bang. Bareng anak-anak trachea.” Balas Bella. Trachea adalah sebutan untuk tim kreatif mereka.

Sudah terkirim, namun belum di baca juga. Mungkin dia pun sudah tidur.

My R, “Pertama kali aku nyanyiin lagu yang aku tulis sendiri.” Caption pada video yang di kirimkan Rangga padanya.

Dengan antusias Bella memutar video itu. Terlihat suasana di panggung saat Rangga tampil. Suara riuh penonton menyambut suara Rangga yang syahdu. Ia memang selalu keren, tampilannya yang maskulin dengan keringat di wajah dan lehernya membuat kekasihnya itu terlihat semakin hot.

Beberapa kali Bella tersenyum riang dan menciumi layar ponselnya, membayangkan kalau yang ia kecup adalah wajah kekasihnya.

“Proud of you, Ga… Aaaaakkk Kamu yang terbaik. Gak salah aku jadi fans garis keras kamu. Lagunya bagus banget.” Balas Bella dengan emot hati sampai dua baris.

Sayangnya baru terkirim saja. Sepertinya ponsel Rangga mati karena kehabisan baterai.

“Kangen banget sama kamu yang…” gumam Bella sambil mendekap ponselnya di dada. Ia meringkuk sambil berguling seperti anak kecil yang kesenengan. Imajinasinya membayangkan Rangga ada di sampingnya dan menatapnya dengan lekat.

“I love you yang…” lirihnya lagi.

Beberapa saat Bella terhanyut dalam kerinduannya. Membayangkan Rangga ada di hadapannya saja ternyata tidaklah cukup. Rasanya ia ingin segera bertemu.

“Sabar Bell, besok dia pulang. Sabaaarrr…” Bella jadi mengelus dadanya sendiri.

Berniat menghapus imajinasinya tentang Rangga, ia kembali membaca pesan yang masuk.

Ibra, pengirim pesan terakhir yang belum di bacanya. Bella menghela nafas dalam saat melihat nama itu ada di dalam daftar pengirim pesan. Sambil menghembuskan nafasnya perlahan, Bella membuka pesan itu.

“Lo selalu tau dimana gue berada.” Itu baris pertama yang di baca Bella lengkap dengan emot senyum.

“Gue kerja paruh waktu di café tadi. Gue juga udah daftar kuliah. Gue harap gue bisa lulus arsitektur di UI. Lo gak keberatan kan?“ itu baris berikutnya yang di kirim Ibra.

Bella hanya termangu. Entah seperti apa ia harus membalas pesan yang di kirimkan Ibra. Aaarrgghhh lagi-lagi ia harus memikirkan remaja yang beranjak dewasa ini. Sungguh, ini cukup menyiksanya.

*****

Terpopuler

Comments

Ririn

Ririn

amara nyusul rangga.. dasar ulet keket

2023-04-08

1

Bunda dinna

Bunda dinna

Rangga sepertinya ada main sama Amara,kirim video.nya ke Bella cuma buat mengalihkan perhatian Bella saja
Story di hide ke Bella saja..kentara

2023-02-09

1

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

duh jadi curiga sama rangga dan amara

2023-02-06

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!