Susu vanila VS susu coklat

“Di sini kak?” tanya pengemudi taksi online yang mengantar Bella pulang.

Laki-laki itu menghentikan laju kendaraannya saat tiba di titik antar sesuai aplikasi di layar ponselnya. Memperhatikan keadaan sekitarnya, karena ini merupakan pintu masuk sebuah perumahan yang terlihat sepi di tengah malam seperti ini.

“Iya. Ini,” Bella menyodorkan beberapa lembar uang cash untuk membayar.

“Makasih kak.”

“Rumah kakak sebelah mana, kalau masih jauh saya antar.” Rupanya driver taksi online mencemaskan Bella yang turun di tempat sepi semalam ini. Terlebih ia seorang perempuan.

“Gue emang turun di sini, jalan dikit juga sampe.” Ujarnya tersenyum simpul seraya memasangkan headphone ke lubang telinganya. Tidak lama suara dentuman musik terdengar. Ini sangat cukup untuk menemaninya berjalan.

Bella memang sengaja turun di pintu masuk perumahan. Ia ingin pulang mengendap-endap agar tidak membangunkan pengisi rumah. Ia sedang malas berdebat dengan Ozi soal dia pulang sendiri dan selarut ini.

Berjalan perlahan di trotoar di temani suara Taylor Swift yang melantunkan lagu Ready for it, rasa sepi dan hening Bella sedikit terobati.

Isi kepalanya kembali mengulang romansa saat tadi ia bertemu dengan Rangga. Rangga yang belakangan sedikit cuek karena sibuk dengan pekerjaan dan permasalahan hidupnya, membuat Bella harus menghela nafas dalam dan bersabar karena Rangga mungkin hanya sibuk dan lelah dengan kondisinya. Tidak benar-benar berubah.

Ia jadi teringat saat dulu Rangga yang begitu manis dan kerap bersikap romantis. Mungkin karena di bangku sekolah masalah mereka hanya tentang tugas yang menumpuk dan guru killer. Tapi sekarang, masalah tidak se-simple itu. Terlalu banyak masalah hidup yang seringkali membuat kita lelah. Dan Bella mencoba memahami itu.

“Tett tettt!” suara klakson mobil membuyarkan lamunan manis Bella. Senyum yang sebelumnya mengembang kini hilang.

Sedikit menoleh dan rasanya Bella mengenal mobil yang kini berhenti di sampingnya.

Kaca mobil turun dan tampaklah wajah Devan di bawah cahaya redup.

“Naik.” Titahnya tanpa menoleh pada Bella.

Bella cukup terhenyak. Entah dari mana asalnya laki-laki ini. Ia pikir saat tadi ia meminta Devan untuk pulang, mungkin dia sudah pulang dan tidur nyenyak. Tapi ternyata, laki-laki gondrong ini kini ada di hadapannya.

“Ngapain lo di sini? Bukannya tadi udah gue suruh balik duluan?” Bella menatap wajah laki-laki itu penuh selidik.

“Gue males denger lo berantem sama abang lo selarut ini.” timpal Devan dengan tenang.

Bella termenung berpikir. Dalam hatinya untung juga Devan masih berada di luar dan bisa membawanya pulang. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut.

Duduk di samping Devan sambil sesekali memperhatikan laki-laki yang dingin itu.

“Gue ikut karena kepaksa ya.” “BRUG!” ujarnya yang di susul suara pintu mobil di tutup keras.

“Seat belt.” Dua kata itu yang jadi timpalan Devan.

"Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 106 ayat 6. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan." Cerocos Bella memotong kalimat Devan.

“Tapi pak devan, kita deket banget. Paling empat kilo doang.” Malas sekali ia memakai sabuk pengaman yang membuatnya merasa kesempitan.

Tanpa berkata-kata, Devan langsung menarik sabuk pengaman melintasi tubuh Bella dan menguncikannya di sisi kanan kursi Bella kemudian kembali duduk dengan tenang.

“ASTAGA!!!!” Bella sampai terperanjat.

“Lo seenaknya banget sih!!”

“Gak bisa gitu bilang permisi dulu!”

“Pelan-pelan nariknya. Lo lewatin badan gue. Kalau tangan lo,” kalimatnya terhenti dengan kedua tangan menutupi dadanya. Entah ia harus melanjutkannya atau tidak.

Nafasnya menderu karena kesal bercampur kaget. Ia memperhatikan reaksi Devan, tapi wajahnya tetap saja datar.

“Intinya lo jangan suka seenaknya! Gue bukan anak kecil yang lo kenal belasan tahun lalu.” tandasnya dengan hembusan nafas kasar membuat anak rambutnya ikut terbang. Di palingkannya wajahnya ke luar jendela dan berusaha mengatur ritme nafasnya agar melambat.

Dari pantulan kaca, ia melihat wajah Devan yang tenang dan tidak menjawab protesannya. Laki-laki itu memilih melajukan mobilnya di jalanan lurus lalu berbelok menuju sebuah halaman rumah yang gerbangnya masih terbuka.

Di depan rumah, sudah ada Ozi yang menunggunya. Saat laju mobil terhenti, laki-laki itu beranjak menghampiri dengan senyum leganya.

“Malem banget dek pulangnya.” Sapanya seraya mengusap pucuk kepala Bella.

“Hem, ada kerjaan.” Terpaksa ia sedikit berbohong pada sang kakak.

“Masuk gih. Kalian udah makan?” tumben tidak marah.

Bella hanya mengangguk pelan. Tentu saja ia sudah makan. Tapi Devan, ia tidak yakin.

Bella masuk lebih dulu, di susul Ozi dan Devan di belakangnya. Sayup-sayup ia mendengar percakapan kedua laki-laki itu.

“Thanks bro udah jemput bella. Pasti pegel banget nunggu dia lama ya?”

Tidak terdengar jawaban Devan , Bella yakini laki-laki itu paling hanya tersenyum. Tunggu, senyum? Seperti apa sekarang senyumnya?

Langkah Bella terhenti. Saat ia berbalik, ternyata sang kakak dan Devan sudah naik lebih dulu. namun suara mereka masih terdengar.

“Itu yang gue cemasin. Bella suka tiba-tiba pulang malem. Sekarang kantor gue gak searah, kalau gue mau jemput, mungkin dia yang bakalan nungguin gue. Gak tega juga.”

Suara kecemasan Ozi yang kembali ia dengar dan membuatnya tersenyum. Ozi selalu mencemaskannya padahal ia sudah dewasa dan bisa menjaga diri.

Suara kedua laki-laki itu pun tidak lagi terdengar. Berganti suara televisi yang berisi suara komentator bola.

Masuk ke dalam kamarnya lantas Bella membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Bibirnya tersenyum saat bayangan wajah Rangga begitu dekat di pelupuk matanya. Ia menyentuh bibirnya sendiri saat teringat kecupan hangat yang di berikan Rangga padanya.

Lagi, Ia luluh. Ia merasa sebenarnya Rangga tidak berubah. Hanya keadaan yang terkadang membuat mereka saling berprasangka.

“Woooooo…. Goaaalll!!!” suara komentator di televisi kembali menghapus bayangan Rangga dari jendela mata Bella.

Ia beranjak untuk berganti baju dan mencuci muka. Malas sekali rasanya mandi di tengah malam begini.

Akhirnya ia memutuskan keluar dari kamar untuk membuat minuman hangat. Tidak hanya satu yang ia buat, melainkan dua gelas susu hangat. Satu coklat dan satu lagi vanilla. Ya, susu vanilla ini akan ia berikan pada Devan, sebagai bentuk terima kasih karena laki-laki itu datang di waktu yang tepat, hingga ia tidak perlu berdebat dengan sang kakak.

Dan ia pun harus berterima kasih karena Devan tidak mengatakan hal yang tidak-tidak soal ia pergi ke tempat lain.

Mungkin ini salah satu keuntungan dari Devan yang tidak banyak bicara.

Seusai menapaki anak tangga yang membawa Bella ke lantai 2 rumahnya, tampak Devan yang terduduk sendirian di sofa sedang menonton tayangan bola. Tidak ada ekspresi yang berarti bahkan saat salah satu pemain berhasil menyarangkan bola di gawang lawannya. Entah itu tim yang di dukung Devan atau justru musuhnya. Yang jelas, ekspresinya datar saja. Tidak terlihat kecewa ataupun senang.

“Tuk.” Bella menaruh segelas susu di hadapan Devan.

“Buat lo.” Ujarnya.

Ia duduk di kursi samping Devan, lantas meneguk susu coklat miliknya sambil memperhatikan ekspresi Devan.

Devan tidak bergeming, melirikpun tidak. Bella melihat ke sekeliling setelah menaruh gelasnya. Tidak ada tanda-tanda kalau sang kakak masih terbangun. Lampu kamarnya sudah mati yang berarti Ozi sudah tertidur.

“Ehm!” Bella berdehem untuk menarik perhatian Devan . Laki-laki itu hanya melirik, menyandarkan tubuhnya yang semula duduk lebih tegak.

Seperti ia siap menyimak pembicaraan Bella.

“Gue dateng bukan mau ngajak ngobrol.” Mendekatkan gelas susu itu pada Devan.

“Cuma mau bilang makasih lo gak ngomong apa-apa sama abang.” Ia melanjutkan kalimatnya dengan tenang.

“Emm, bagus juga sih lo gak banyak omong. Terlepas itu karena lo emang orangnya acuh, gak peduli sama sekeliling lo atau karena gak mau ikut campur urusan gue. Gue tetep menghargai apa yang lo lakuin.”

“Gue jadi yakin kalau terkadang sedikit bicara itu emang lebih baik. Tapi,”

Bella menjeda kalimatnya dengan menghela nafas dalam, membuat Devan menoleh padanya.

“Besok-besok gak usah ngerepotin diri lo sendiri dengan nurutin semua maunya abang. Gue wanita dewasa dan bisa jaga diri gue sendiri. Gue akan selalu baik-baik aja. Hem?” tegasnya.

Devan tidak menanggapi. Ia memilih memalingkan wajahnya dan kembali melihat tayangan pertandingan bola sambil otaknya mulai berpikir.

“Gue harap lo paham. Makasih buat hari ini.” Imbuh Bella seraya berlalu pergi. Ia tidak menunggu sahutan Devan karena laki-laki itu sudah pasti akan diam saja.

Beberapa saat setelah Bella pergi, perhatian Devan berpindah pada segelas susu yang ada dihadapannya. Susu vanila kesukaannya yang sudah sangat lama tidak ia kecap rasanya.

Ia tersenyum kecil. Rupanya Bella masih mengingat rasa susu kesukaannya.

“Sama-sama…” lirihnya seraya memainkan gelas di hadapannya lalu meneguknya perlahan.

Rasa manis dan hangat mengisi tenggorokannya. Rongga perut yang semula dingin, kini menghangat. Satu, dua hingga tiga tegukan dan susu di gelas pun tandas.

Rasanya nikmat. Seperti bertemu kembali cinta pertama yang sempat hilang. Yang tersisa hanya rasa nyaman dan hangat.

Perlahan ia membaringkan tubuhnya. Menaruh lengannya di atas dahi dan mulai memejamkan matanya. Suara televisi tidak bisa mencegah pikirannya berpindah ke masa lalu. Masa di saat seorang gadis kecil menghampirinya dan mengulurkan tangannya,

“Bella,” ujar gadis itu. Gadis itu tersenyum, menunjukkan barisan giginya yang belum rapi karena sebagian baru tumbuh.

“Kamu temen abang kan? Aku adiknya bang Ozi. Kata mamah, selama mamah ke pasar aku main sama kamu.” Cerocos gadis itu sambil terus mengulurkan tangannya.

Berbeda dari hari ini, saat itu Devan tengah berada di taman belakang sedang memainkan bola sepak di tangannya.

“Mau temenan sama aku? Aku gak cengeng kok. Bisa makan sendiri, pergi ke toilet sendiri. Kalau mati lampu juga aku gak nangis. Cukup sembunyi di bawah selimut. Hehehe…” dia tersenyum ceria.

Devan hanya memandanginya saja saat itu. Terlalu mengagetkan ada anak SD yang mengajaknya berbincang dengan sangat santai.

Dan sampai hari ini senyumnya masih sama.

Saat di ruang makan, saat di tempat kerja dan berbincang dengan teman-temannya juga sesaat sebelum ia pergi meninggalkan kekasihnya. Semuanya masih sama. Ya, senyum itu sama dan masih selalu di kenang oleh Devan.

******

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Mungkinkah Devan Bella pernah ada rasa?
Dan Devan terus mengikuti Bella ke tempat Rangga

2023-02-08

2

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

berarti tadi devan yg ngeliat bella sama rangga ya

2023-02-05

1

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

Devan cinta monyetan ama Bella yaa...

2022-12-19

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!