Apa harus iya?

Keluar dari ruangan Eko wajah Bella masih terlihat tegang. Beberapa kali ia menghela nafasnya lebih dalam untuk menjernihkan pikiran namun perasaannya belum kunjung membaik.

“Belsky, lo kenapa?” Inka langsung mengajaknya duduk.

“Lo baik-baik aja kan?” di bawakannya botol minum milik Bella yang kemudian ia sodorkan.

Bella meneguk beberapa kali air minum yang terasa dingin membasahi tenggorokannya.

“Pak eko ngomong apa sama lo? Tentang film ya?” tebak Inka.

“Lo udah tau?” suara Bella terdengar parau.

Inka terangguk pelan. Tentu saja, Inka pasti tahu karena ia mengenal benar Eko.

“Jujur, beberapa hari lalu om eko main ke rumah. Dia minta tolong sama bokap buat ngasih bantuan dana ke PH ini karena kondisi keuangan PH yang gak stabil.”

“Bokap sih gak langsung mengiyakan, tapi dia nyuruh om Eko buat nemuin temen lamanya yang katanya lagi nyari rekanan, buat anaknya gitu. Ya akhirnya om eko ketemu dan sepertinya mereka bikin kesepakatan buat produksi film berdasarkan synopsis yang lo bikin Bell.”

“Sorry, gue emang nyaranin om eko buat ngajuin judul berdasarkan synopsis lo dan lo sendiri yang nulis script-nya. Karena gue pikir, cuma lo yang bisa. Lo inget kan berapa synopsis lo yang akhirnya berantakan karena di terusin orang lain? Sayang Bell, padahal ceritanya bagus-bagus.” Sebuah bujukan akhirnya Inka lakukan.

Di genggamnya tangan Bella untuk meyakinkan sahabatnya.

“Sorry juga karena gak ngomongin dulu ini sama lo. Tapi pernah gak sih lo mikir, ini tuh rugi banget. Lo yang punya cerita bagus, di kembangin sama orang lain. Kalau bagus, dia yang dapet pujian tapi giliran jelek, lo pun ikut di hakimi sama orang-orang yang tau itu synopsis lo.”

“Lo gak kangen apa nama lo muncul lagi credit title sebagai penulis?” Pertanyaan Inka membuat Bella kembali tercenung.

Inka, selain rekan satu timnya, ia merupakan keponakan dari Eko pemilik PH tempat Bella bekerja saat ini. Keluarga Inka adalah keluarga dari pemilik industry perfilm-an. Ayah Inka memiliki sebuah PH yang saat ini sedang diteruskan oleh kakaknya.

Maka, Inka yang sudah di anggap anak sendiri oleh Eko, akhirnya memutuskan untuk membantu sang paman di PH-nya.

Lalu, mendengar ucapan Inka, Bella jadi memandangi tangannya sendiri. Jemari yang sangat terbiasa menulis cerita, membuat synopsis, plot cerita, hingga sebuah skrip itu, kini mengepal. Jemarinya terlalu mengenal barisan alfabeth di keyboard komputernya yang terhubung dengan imajinasi di kepalanya. Namun, 4 tahun lalu ia memutuskan untuk berhenti menulis skrip.

“Lo masih takut?” Inka bisa membaca air muka Bella yang muram. Ada keinginan dan ketakutan yang beradu jelas terihat di wajahnya.

Anggukan kecil Bella membuat Inka yakin, Bella masih menyimpan ketakutannya.

“Gue gak mau lagi tenggelam di cerita yang gue bikin ka.” Ujarnya parau.

Rasa berdebar saat membayangkan ia kembali menulis, jelas terasa di rongga dadanya. Namun seperti ada sesuatu yang menahannya dan mengharuskan ia menghentikan imajinya saat menulis.

“I know.” Di usapnya bahu Bella yang terlihat tegang.

“Gue memang gak sepenuhnya memahami rasa takut lo Bell. Tapi, gue pun pernah merasakan rasa takut. Dan gue inget, lo yang selalu nyemangatin gue kalau gue lagi down atau merasa takut dan gak percaya diri. Ketakutan itu harus di hadapi bukan?”

“Lagi pula, Sinopsis lo kali ini bukan tentang drama keluarga Bell, tapi tentang romansa orang-orang di zaman kita. Gue rasa, kalau pun ada hal yang membuat lo tenggelam dalam skrip yang lo bikin, kelak lo tetap bisa menepi. Gue yakin.” Kali ini Inka menepuk lembut bahu Bella untuk menyemangatinya.

Terlihat senyum kecil di bibir Bella. Inka benar, ini hanya tentang cerita romansa, bukan script tentang sebuah keluarga. Bukan tentang alur yang bisa membuatnya kembali jatuh ke titik nadir kehidupannya.

“Gue harus pindah departemen lagi kalau gitu.” Lirih Bella.

“Hahahaha…. It’s okey Belsky.” Dipeluknya Bella dengan erat.

“Lo ada di departemen Artistik pun sebenernya jiwa lo sepenuhnya ada di departemen penyutradaraan, iya kan?” ledeknya

“Sialan lo!” dicubitnya lengan Inka yang membuat gadis berambut ikal itu melepaskan pelukannya.

“Hahahaha… Candaaa Bell…"

"Gue tau kok, lo selalu totalitas di bidang apapun. Mau itu temenan sama komputer atau pun sama bang Roni dan bang Romi, lo tetap Bella yang professional dan totalitas dalam pekerjaannya. So, don’t be scare okey?! Keep it up!” Lagi Inka berusaha menyemangati.

“Hem, thanks ka.”

“Sama-sama Bell..”

Keputusan akhirnya di buat Bella. Kedua sahabat itu saling berangkulan,

“Emmm…. Gue bakal kangen makan siang sama bos gue yang jutek ini….” Ungkap Inka sambil bergoyang-goyang seraya memeluk Bella.

“Hahahaha… Paling nggak, gue bisa makan dengan tenang karena bisa makan tanpa di liatin cowok-cowok di kantin.”

“Hahahahha Bell, mereka bukan cuma liatin gue kok. Liatin lo jugaaa…” Inka terbahak.

Ia jadi ingat keluhan Bella yang merasa tidak nyaman karena di tatap banyak mata laki-laki. Mereka adalah para fans Inka yang terkenal paling cantik di PH ini.

“Liatin apanya dari gue? Liatin ukuran tangan yang makin gede?” ia melepaskan pelukan Inka yang begitu erat.

“Hahahaha… Tapi jangan salah, lo tuh walaupun berisi, tapi tetep ada bentuknya. Enak di liat, hahaha….”

“Akh bilang aja lo mau ngeledek tapi gak tega.”

“Hahahahaha…”

Mereka asyik tertawa sampai akhirnya suara langkah kaki dari steleto terdengar mendekat. Melisa dan Rini rupanya. Rini senyum-senyum tidak jelas saat melewati Bella dan Inka.

Tunggu, rasanya Bella mengenal laki-laki yang berjalan di belakang dua wanita itu.

“Elo?!” tunjuk Bella, pada laki-laki gondrong yang tidak lain adalah Devan.

“Sok kenal lo Bell! Emang lo pikir dia siapa?!” sengit Rini langsung menghadang Bella.

“Lo kenal Bell?” Inka ikut penasaran, mendapati Bella begitu terkejut melihat laki-laki berekspresi datar itu.

“Hem, tau.” sahut Bella dengan yakin. Ia hanya tak yakin dengan alasan Devan masuk ke kantornya.

Diperhatikannya Devan yang menatapnya dengan segaris senyum samar.

“Tau dari mana lo Bell?” lagi, Rini seperti tidak terima Bella mengenal laki-laki tampan di belakangnya.

“Iya, lo tau dari mana?” Melisa ikut bersuara. Melihat Bella yang mengenal Devan seperti mengusiknya.

“Ladies, kok ribut di sini?” beruntung Eko datang untuk menengahi, membuat Melisa dan Rini langsung terdiam, terpaksa menahan rasa penasarannya beberapa saat.

“Bro Devan ya? Halo perkenalkan saya eko.” Dengan ramah Eko mengulurkan tangannya.

“Selamat pagi pak eko.” Suara bass milik Devan terdengar jelas, membuat Rini kontras terlihat mengeram gemas.

“Wah selamat datang di PH kami ini. Senang bro Devan mau bergabung. Ayo kenalkan dulu, ini bro Devan, dia sutradara muda yang akan bergabung di PH kita. Dan ini, Bella, dia akan masuk ke departemen penyutradaraan mulai hari ini, sebagai script writer project film kita. Ini inka di departemen Artistik dan mereka berdua, tentu bro Devan sudah berkenalan yaa…” terang Eko.

“Hah, Bella gabung di departemen kita lagi pak?” protes Rini yang terkejut.

“Iya, kenapa, apa ada masalah?” Eko menanggapinya dengan santai saja.

Posisi sutradara yang beberapa hari ini kosong, membuat Eko kesulitan memberitahukan beberapa perubahan personil di PH nya. Ia pun belum bisa memastikan apa Bella bersedia atau tidak pindah ke departemen Penyutradaraan.

Dua wanita itu kompak menggeleng, walau tatapannya kini beralih pada Bella yang masih terlihat terkejut.

Tentu saja, bagaimana bisa tiba-tiba laki-laki yang tadi pagi hanya berniat mengantarnya bekerja, sekarang jadi bosnya. Devan memang mengatakan akan bekerja, tapi tidak disangka kalau ia akan bekerja di tempat yang sama dengan Bella.

“Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kalian sudah saling mengenal?” pertanyaan Eko seketika membuyarkan daftar pertanyaan di kepala Bella.

Otaknya mendadak berhenti berputar.

“Em, kami..” Bella menatap Devan yang terlihat tenang saja. Padahal ia butuh bantuan jawaban.

Mana mungkin ia mengatakan kalau mereka tinggal serumah? Apa menceritakan kalau laki-laki ini teman dari kakaknya akan di percaya oleh Rini dan Melisa yang menatapnya tajam?

Bella kehabisan akal.

“Ya sudahlah… Tidak penting kalian saling kenal dari mana. Yang terpenting, kalian bisa bekerja sama ya… Ayo kita ngobrol di ruangan saya.” di tepuknya bahu Bella oleh Eko.

“I iya pak.”

Fiuh, syukurlah… Akhirnya Eko sendiri yang mengakhiri kecanggungan ini.

****

Sudah waktunya pulang, namun tidak terlihat tanda-tanda Bella keluar dari kantor. Devan sudah lebih dulu duduk di dalam mobil dan menunggu Bella pulang.

Walau sudah satu departemen, tapi seharian ini mereka jarang bertemu. Bella lebih banyak menghindar dengan alasan ingin menyelesaikan dulu pekerjaannya dengan tim yang sebelumnya.

“Maaf pak Devan, saya izin menyelesaikan dulu pekerjaan saya dengan departemen Artistik.” Itu pamitnya tadi pagi dan hingga sore, belum kembali ke mejanya. Ia tahu, itu hanya alasan Bella saja.

“Nunggu siapa mas Devan ?” tanya petugas keamanan yang sedari tadi memperhatikannya dari pos penjagaan.

Ia melihat sudah lebih dari setengah jam Devan berada di dalam mobil seperti menunggu seseorang.

“Bapak liat Bella?” ia beranikan diri untuk bertanya.

“Oh mba Bella udah keluar dari tadi sama temen-temennya. Katanya mau makan-makan di luar. Saya juga di ajak tapi masih jaga. Katanya ya sudah nanti di bungkusin.” Penjelasan petugas keamanan satu ini memang selalu detail.

“Bapak tau tempatnya?”

Laki-laki itu tampak berpikir. “Hyung cafe. Café korea gitu mas Devan . Ada Kimchi, Bibimbap, Bulgogi, Kimbap, Jjangmyeon pokoknya banyak dan enak-enak deh. Saya pernah ke sana waktu anak saya yang SMP ulang tahun. Katanya itu tempat favorit anak-anak sekarang. Bisa karokean juga mas di sana. Makanan yang menurut saya paling enak,”

“Sorry, tempatnya sebelah mana?” Devan mulai bosan dengan penjelasan petugas keamanan yang selalu panjang lebar.

“Oh, di perempatan lampu merah sana nanti mas Devan ke kanan, nah ada bunderan di situ tapi belok dulu ke kiri, jangan ikut ngelilingin bunderan. Ada lampu merah lagi nanti mas Devan ke kanan lagi. Sebenarnya bisa sih dari sini ngambil jalur ke arah kampus tapi,”

“Baik terima kasih informasinya.” Devan sudah tidak bisa lagi bersabar. Ia segera menginjak pedal gasnya dan mobil pun melaju ke jalanan yang ramai.

“Yaaahhh… mas Devan main pergi aja. Padahal saya mau ngasih tau, kalau pakai jalur yang lurus nanti takut kena macet.” Keluh laki-laki paruh baya itu tanpa rasa bersalah.

Hari sudah mulai malam saat Devan tiba di depan café yang dicarinya. Setelah mengikuti arahan petugas keamanan ternyata hanya perlu berjalan lurus sejauh 4 kilo dan belok kanan ia sudah sampai di tempat tersebut.

Penjelasan ngalor ngidul dan tidak jelas itu membuat Devan harus berkeliling sekitaran kantornya untuk mencari café tersebut.

Dari tempatnya berada ia melihat keberadaan Bella di dalam cafe yang di tata artistic dengan jendela kaca besar-besar di hiasi berbagai ornamen ala Korea. Ia sedang berkumpul dengan rekan-rekan satu timnya. Sepertiya benar kalau mereka sedang mengadakan farewell party untuk perpisahan dengan Bella. Mereka tampak berbincang dengan seru, tertawa bersama dan sesekali terlihat sedih lalu berangkulan.

Devan jadi ikut terbawa suasana hati mereka. Melihat Bella yang tertawa lepas ia jadi ikut tersenyum. Bisa ia bayangkan suara tawanya yang renyah seperti dulu. Hah, kadang ia rindu suasana saat mereka masih kecil. Sayangnya semua hanya bisa di kenang tanpa bisa di ulang.

Jika di perhatikan, dalam tim Bella memang di dominasi oleh kaum adam. Hanya ada 4 orang Wanita dan sisanya laki-laki. Mungkin ini alasan kenapa Eko mengatakan kalau Bella adalah ratunya di departemen Artistik. Dia benar-benar di jaga oleh banyak laki-laki.

“Tring” suara pesan masuk mengalihkan perhatian Devan. Sebuah pesan dengan pengirim Ozi langsung ia buka.

“Van , lo masih nunggu Bella?”

“Katanya dia ada farewell party sama temen-temennya, lo balik aja duluan takut dia lama. Nanti biar gue kirim taksi online buat anter dia pulang.”

Begitu isi pesan yang di kirim Ozi.

Devan hanya tersenyum. Ozi memang sangat menjaga adiknya. Entah apapun alasan hingga seolah ia tidak yakin kalau Bella sendirian. Yang jelas kata-kata Ozi tempo hari akan selalu Devan ingat.

“Selain nyokap, Bella satu-satunya yang gue punya. Dan gue gak mau ada yang nyakitin dia. Maka, gue harus jaga dia dengan taruhan apapun.” Begitu penuturannya dengan penuh kesungguhan.

“Okey, gue balik.” Satu balasan pesan ia kirimkan pada Ozi.

Saat baru akan menyalakan mesin mobil, tiba-tiba saja dua orang wanita memandanginya. Salah satu terlihat sedikit terhuyung. Dari pakaiannya yang glamour, sepertinya mereka bukan orang biasa.

“Mana coba mana, cowok yang sekarang jadi guardian angel lo.” Ucap salah satu wanita, menantang rekannya. Dari suaranya terdengar sedikit mabuk.

“Hahahahha… Tuh di sana.” tunjuk Wanita satunya, menunjuk Devan.

“Waaaww cakep jugaa…” mereka berlari kecil menghampiri Devan.

“Hay,..” ucap wanita berambut panjang yang kini membungkukkan tubuhnya pada Devan.

“Lo Satya kan? Kenalin gue Feby, temennya Jihan.”

Wanita itu langsung mengulurkan tangannya tidak peduli pada ekspresi kaget Devan.

Devan melihat wanita di belakangnya. Seperti memberi kode-kode agar ia mengiyakan ucapan wanita itu.

Bukan Devan namanya kalau main mengiyakan saja

“Sorry, lo salah orang. Tolong permisi.” Jawabnya dengan tegas, seraya menunjuk lengan wanita Bernama Febby itu agar tidak bertumpu pada pintu mobilnya.

Wanita itu menatap Devan dan wanita Bernama Jihan dengan bingung.

“Lo salah orang? Apa ngaku-ngaku? Hahahaha…” Febby tertawa terbahak mendengar ucapan Devan.

“Dih ya nggak lah.” Jihan segera mendekat pada Devan. Menarik Feby sedikit menjauh agar bisa berbicara dengan leluasa.

“Yang, aku pasti keliatan beda karena rambut baru sama pake baju ini kan? Ini aku, jihan.” Jihan bersikukuh seolah mengenal Devan.

Bibirnya komat-kamit meminta tolong, “Please iya in dulu, supaya dia pergi.” Pekiknya penuh harap.

Devan hanya menggeleng.

“Permisi, tangan anda.” Kali ini ia menunjuk tangan Jihan yang memegang tangan Devan.

“Oh sorry, tapi…”

Saat Jihan sedikit menjauh, dengan segera Devan memindahkan tuas persneling dan dalam hitungan detik saja, ia pergi meninggalkan dua wanita itu.

“Satya!!!!” teriakan Jihan yang terdengar namun ia abaikan.

“Gila! Dasar wanita pemabuk!!” dengusnya kesal. Ia mengusap tangannya yang tadi di pegang wanita bernama Jihan tersebut dengan tissue.

Tidak ada yang boleh menyentuhnya sembarangan.

******

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Bella malah jadi bawahan Devan..mau menghindar ke mana lagi Bell?

2023-02-08

2

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

jadi penasaran dulu mereka pisahnya pas umur brpa

2023-02-05

1

dear no one

dear no one

eh Devan sutradara ternyata

2022-08-27

4

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!