Tamu tak diundang

“Dek, subuh!!!” suara ketukan disambung suara Ozi terdengar jelas di balik pintu kamar Bella.

“Hem,” jawaban refleks Bella saat tidur nyenyaknya mulai terusik.

Ralat, semalam ia tidak tidur dengan nyenyak. Tunggu, memang kapan terakhir dia tidur nyenyak? entahlah. Terlebih setelah keributan semalam dengan sang kakak, mana bisa ia tidur nyenyak. Maka dari itu, begitu sulit rasanya untuk membuka mata.

Bella menurunkan selimut yang membungkus tubuhnya. Matanya beberapa kali mengerjap, berusaha terbuka dan menyesuaikan dengan cahaya remang dari lampu tidurnya. Dibangunkan sebelum tubuh cukup beristirahat memang membuat tubuh terasa pegal dan kepala sedikit pusing. Padahal rasanya Bella tidak sedang sakit.

“Dek, subuh!!!” lagi suara itu terdengar.

Jawaban “Hem,” memang tidak pernah cukup untuk Ozi. Ia bayangkan, saat adiknya hanya menjawab “Hem,” bisa di pastikan Bella masih memeluk guling dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan hanya memperlihatkan ujung kepalanya saja. Dan tentu saja matanya pun masih terpejam.

“Iya abaaaang!!! Gue udah bangun! Alhamdulillahil adzi ahyana ba'da ma amatana wa iliahin nusyur!!!!”

Kalau sudah ngegas begini, sudah pasti Bella sudah duduk dengan wajah malas dan bibirnya yang mengerucut karena kesal karena terus di bangunkan.

Di luar kamar, Ozi hanya tersenyum mendengar jawaban Bella. Tubuhnya yang semula bersandar pada dinding kamar sambil bersidekap akhirnya kembali tegak. Ia sudah lengkap dengan pakaian olah raganya dan bersiap untuk jogging pagi.

“Good girl!” ujarnya seraya berlalu dari depan kamar Bella. Tidak lupa ia memakai headphone yang ia lingkarkan di lehernya dan mulai menyetel music untuk menemaninya mencari keringat.

Di kamarnya, tangan Bella kelayapan mencari ponselnya. “Tring.” Notif kalau baterai ponselnya lemah langsung terdengar.

“5% lagi. Haish kenapa gue sampe lupa charge hp sih? Kebiasaan.” Dengusnya.

Dengan malas ia turun dari tempat tidur. Matanya yang belum terbuka seluruhnya tampak memincing, mencari keberadaan kabel charger. Di raihnya kabel charger yang sudah terhubung ke sumber listrik. Bateraipun mengisi.

Di depan meja riasnya ia berdiri. Terlihat Jerawat merah di dagu yang mulai meradang terasa nyeri dan nyut-nyutan. Beruntung sudah biasa. Di ambilnya ikat rambut lantas ia gulung rambutnya dan bersiap mandi pagi.

Hari baru di mulai lagi.

*****

“Bang! Lo di dalem?” teriak Bella saat sudah berada di depan kamar Ozi. Ia masih mengenakan piyama mandi lengkap dengan rambut yang di gulung di dalam handuk.

Tidak ada suara yang terdengar dari dalam.

“Gue masuk ya!” serunya seraya memutar handle pintu dan sedikit mendorongnya agar terbuka.

Melihat kamar kakaknya, dahi Bella sedikit mengernyit. “Tumben masih berantakan.” Gumamnya.

Biasanya jam segini kamar Ozi sudah rapi dan wangi disinfektan spray. Maklum tuan OCD satu ini sangat tidak menyukai kesemerawutan apalagi lingkungan yang kotor.

Dari dalam kamar mandi terdengar suara gemericik air. Mungkin Ozi sedang mandi.

Sedikit mendekat ke pintu kamar mandi, “Bang, gue pinjem hoodie lo yaaa…” teriaknya meminta izin.

Berganti hari, ia lupa dengan pertengkarannya semalam. Ya begitulah kakak adik, sering bertengkar tapi cepat berbaikan. Sering juga saling pinjam barang.

Bella akui ia memang sangat suka memakai jaket milik kakaknya yang berukuran besar. Tidak hanya jaket, kadang kemeja dan topi pun ia pinjam dari kakaknya.

Ngomong-ngomong, tidak ada jawaban dari Ozi, yang berarti boleh.

Dengan semangat Bella membuka lemari sang kakak yang di penuhi oleh bermacam jacket pria. Di ambilnya hoodie warna navy lalu ia ukurkan ke tubuhnya.

“Pas!” serunya dengan riang.

Tidak lama suara pintu kamar mandi terbuka. Namun langkahnya tidak mendekat.

“Gak usah bawel, tar gajian gue ganti jaketnya. Gue pinjem ini karena gue pulang malem hari ini. Ada syuting di bogor.” Cerocos Bella sebelum sang kakak mengomelinya.

Di lepasnya piyama mandi dan memperlihatkan tangtop serta hot pants yang membungkus tubuhnya.

“Umur lo berapa, maen buka baju depan cowok?” ujar suara berat di belakang Bella.

“Astaga!” Bella terhenyak. Ia tidak mengenali suara itu dan pasti bukan suara Ozi. Dengan cepat ia memakai kembali piyama mandinya. Takut-takut ia berbalik dan terlihat seorang laki-laki bertubuh basah dengan rambut gondrongnya berdiri tegak di hadapannya.

Hanya selembar handuk yang melingkar di pinggang menutupi bagian bawah tubuhnya.

“AAAAAARRGGHHHHH!!!!!!!” teriak Bella.

“Heh! Astaga!” laki-laki itu segera mendekat dan membekap mulut Bella.

“Lo gak gue apa-apain anjir!” gerutunya yang ikut kaget campur panik.

Mata Bella membulat melihat wajah asing di hadapannya. Ia benar-benar tidak mengenalinya. Tubuh yang tinggi, dada yang bidang di tumbuhi rambut halus di padu dengan wajah dingin dan mata tajam laki-laki itu seolah menguncinya. Ia masih berusaha berteriak namun rasanya pita suaranya menyempit hingga tidak mengeluarkan suara.

Tetesan air dari rambut laki-laki itu seperti menetes pelan, mode slow motion yang biasa Bella gambarkan pada script drama yang ia buat dan kali ini ia mengalaminya sendiri.

Matanya meredup, seperti meminta pengampunan agar ia tidak di sakiti. Bayangan menakutkan di benaknya tiba-tiba saja hinggap. Astaga siapa laki-laki ini?

*****

Suasana canggung sangat terasa di meja makan. Masing-masing sibuk dengan menu sarapan di hadapannya. Lebih tepatnya berusaha terlihat sibuk.

Ozi memperhatikan sang adik yang sejak tadi terus menunduk, seperti menghindari pandangan dari laki-laki yang duduk di sampingnya. Sementara laki-laki di sampingnya acuh saja, seperti tidak merasa berdosa telah membuat sang adik nyaris mati berdiri karena keterkejutannya.

“Dek,!” panggil Ozi pada sang adik yang terlihat tidak fokus. Bisa terlihat saat Bella menambahkan sauce pada roti bakar yang di penuhi selai blueberry kesukaannya.

“Hem!” hanya itu jawabannya, tanpa berani mengangkat wajahnya. Ia masih sangat malu saat mengingat bagaimana ia mempertunjukkan tubuhnya yang nyaris polos di hadapan laki-laki yang duduk di samping sang kakak. Dan saat ini pikirannya masih di penuhi wangi mint dari tubuh laki-laki itu serta bayangan dadanya yang bidang.

“Heh, liat gue kalau lagi ngomong!” gertak Ozi. Ia melempar ujung roti pada sang adik.

“Abaang…” Saras berusaha menengahi sambil mengusap punggung putrinya. Ia pun sama, masih sangat terkejut setelah mendengar teriakan Bella pagi ini.

Ozi menghela nafasnya dalam, ia mengerti Bella masih sangat kaget dengan kejadian pagi tadi. Tapi keadaan saat ini terasa sangat canggung. Seperti ada seorang penjahat yang duduk di tengah-tengah mereka.

“Devan gak sengaja. Lo tau itu kan?” suara Ozi mulai melemah.

Dua anggukan yang Bella berikan sebagai bentuk pengertian. Tapi sayangnya itu tidak lantas menghilangkan pikian-pikiran yang ada di benaknya.

"Kalau lo mau dia tanggung jawab, gue bakalan mintain tanggung jawab sama dia. Lo ngomong aja." imbuh Ozi, yang membuat Bella langsung menggelengkan kepala. Sementara laki-laki bernama Devan itu menoleh Ozi yang tersenyum iseng.

“Ya udah, kalau gitu abang sekalian izin sama mamah, Devan akan tinggal di sini selama beberapa bulan. Dia ada pekerjaan di sini.” Terang Ozi, berusaha menetralisir keadaan.

Sedikit mengintip dengan sudut matanya, Bella melihat laki-laki itu tersenyum pada ibunya.

“Iyaa, mamah gak apa-apa. Malah seneng, di rumah jadi rame. Gak sepi. Gak apa-apa kan dek?” Saras meminta persetujuan sang putri.

Bertahun-tahun tinggal bertiga, tentu akan sangat berbeda jika bertambah 1 orang yang dianggap asing oleh putrinya. Akan ada rasa canggung seperti sekarang.

Bella melihat wajah orang-orang yang tertuju padanya, kecuali laki-laki bernama Devan itu. Laki-laki itu masih sibuk dengan sarapannya seolah tidak peduli Bella setuju atau tidak ia tinggal di rumah itu.

Bella menghembuskan nafasnya kasar, tidak ada gunanya ia masih merasa malu toh laki-laki itu cuek saja.

“Lain kali, abang kalau  mau ngajak orang ke rumah, kasih kabar dulu. Jangan tiba-tiba ada di kamar. Kan lo tau kalau gue sering keluar masuk kamar lo.” protes Bella dengan kesal.

“Iya sorry, gue lupa bilang. Semalem lo ke buru masuk jadi gak sempet gue kenalin. Eh tapi gak perlu gue kenalin juga kali, kan lo udah pada saling kenal.” Terang Ozi santai. Sempat-sempatnya ia menepuk bahu Devan dan yang di tepuk tidak berekspresi apapun.

“Ya itu kan dulu, sebelum gue ngerti kalau orang bisa seenaknya pergi terus seenaknya balik lagi.” Cetus Bella. Kali ini ia menatap Devan dengan sinis lalu mendelik kesal. Kekesalannya yang dulu kembali terasa saat ini.

Devan tidak bergeming. Ia memilih menghabiskan suapan terakhir roti dari piringnya tanpa rasa bersalah. Selintas melirik Bella namun Bella segera membuang pandangannya.

“Lain kali, lo kalau mau ke kamar gue, bilang dulu yaaa…” ujar Ozi seraya mengusap kepala Bella dengan sayang.

Ia pun merasa bersalah karena membuat sang adik tidak nyaman.

“Udah gak niat gue masuk kamar lo!” timpal Bella seraya beranjak.

“Adek,, mau kemana. Itu susunya belum habis.” Saras segera menahan tangan Bella saat melihat Bella yang mengambil tasnya.

“Adek berangkat pagi mah, mau ke Bogor. Mungkin pulang malem.” Di raihnya tangan Saras lalu ia cium.

“Mau gue jemput pulangnya?” Ozi ikut beranjak. Mengambil jaket dan kunci motornya.

“Lo gak usah nganter, gue berangkat sendiri aja.” Tolak Bella saat melihat sarapan sang kakak yang belum habis. Tersisa pinggiran roti, bagian yang tidak Ozi sukai.

“Sejak kapan gue bolehin lo berangkat sendiri?” timpal Ozi acuh. Di teguknya susu sisa Bella untuk ia habiskan. Mubazir katanya. Mungkin ini yang membuat Ozi tumbuh ke atas dengan tegap dan Bella tumbuh ke samping agak bulat. Ups!

Bella hanya berdesis. Memang ia tidak pernah berangkat tanpa di antar Ozi. Sekalipun Ozi berhalangan, maka Ozi akan memesankan taksi online untuknya.

“Lo santai aja di rumah ya. Titip nyokap.” Tidak lupa ia berpesan pada Devan.

“Hem, hati-hati bro.” timpalnya singkat.

Bella mendelik kesal, selama makan baru sekarang suaranya terdengar. Bahkan tidak ada permintaan maaf karena telah melihat tubuhnya dengan pakaian minim. Seperti yang Ozi bilang, Devan tidak sengaja dan tidak salah. Hah, beneran tidak salah?

“Berangkat ya mah,” Ozi menyalimi tangan Saras.

“Iya hati-hati di jalan.” Dengan penuh do’a Saras berucap dalam hati untuk keselamatan kedua anaknya.

“Assalamu ‘alaikum…” ujar Ozi dan Bella bersamaan.

“Wa’alaikum salam…” walau sedang marah, mereka bisa tetap kompak, membuat Saras tersenyum tipis kali ini.

Di luar rumah, terlihat sebuah mobil jenis station wagon antic yang terparkir rapi. Dari tampilannya yang mulus, bisa di perkirakan mobil ini berharga fantastis dan biasanya hanya di miliki para collector saja.

Bella memperhatikan mobil itu. “Punya temen lo?” tanyanya sinis.

“Hem.” Sahut Ozi. Ia memberikan helm pada sang adik untuk di pakai.

Bisa Bella pahami, ternyata hobi Ozi dan Devan sama-sama di mobil antik. Mungkin hal ini yang membuat dua laki-laki ini tetap bersahabat, memiliki hobi yang sama dan kebiasaan yang tidak jauh berbeda.

Sebenarnya Ozi pun pernah memiliki sebuah mobil antik produksi Jerman, namun beberapa tahun lalu harus di jual karena kebutuhan lain yang lebih mendesak.

“Mobil lo masih di pake sama cowok lo?” pertanyaan itu di lontarkan Ozi saat mereka sudah ada di atas motor. Melaju santai keluar dari halaman rumah.

“Hem,” jawab Bella singkat. Entah mengapa akhir-akhir ini Ozi sering bertanya hal-hal yang berhubungan dengan Rangga. Entah itu sengaja atau tidak.

“Lo juga kan butuh bel, apalagi kayak sekarang, lo harus keluar kota. Gak mungkin kan ngandelin taksi atau ojek online?” di antara deru angin, suara Ozi masih terdengar jelas.

“Dia lebih butuh.” Bella segera memalingkan wajahnya dari pandangan Ozi di spion.

“Dia masih nge-band?” pertanyaan Ozi berlanjut. Bella hanya mengangguk mengiyakan. Mengeratkan pelukannya pada sang kakak saat laju motor semakin kencang.

“Kenapa gak nyari kerjaan lain sih? Mungkin aja peruntungan dia bukan di dunia musik. Bukannya dulu dia kuliah jurusan ekonomi ya? Lapangan kerja buat orang lulusan ekonomi kan banyak.” Ozi mulai serius membahas masalah Rangga.

Sejenak Bella terdiam. Bukan baru sekali dua kali Bella menyarankan hal yang sama pada Rangga, hanya saja Rangga selalu beralasan kalau jiwanya ada di musik. Dan saat Bella terlalu keras memintanya untuk beralih mencoba peruntungan lain, alasan tidak mendukung akan menjadi kalimat menyakitkan yang berujung pertengkaran di antara Bella dan Rangga.

Melihat Bella yang terpaku, membuat Ozi merasa khawatir. Sebenarnya ia tahu kalau Bella pasti sudah pernah membicarakan hal ini dengan Rangga. Yang tidak Ozi tahu, entah mengapa Bella tidak pernah menyerah dengan hubungannya padahal sering kali ia mendengar sang adik bertengkar hingga menangis.

“Gue gak maksud apa-apa.” Suara Ozi kembali menyadarkan Bella dari lamunannya.

“Gue cuma mikir, kalau cowok lo serius, harusnya dia punya alternatif solusi masa depan dia. Bukan terus-terusan ngusahain band-nya yang gak ada perkembangan.”

“Dia bakal bawa adek gue ke masa depannya, gue gak mau lo gak ada kepastian di masa depan.”

“Gue tau lo kerja, lo bisa ngehasilin duit sendiri dan lo juga mandiri. Tapi Bell, lo tetep seorang perempuan. Dan laki-laki kodratnya memastikan perempuan yang dia cintai terjamin di masa depan. Paling nggak, jangan bikin gue was-was karena keegoisannya ngurusin band.” Terang Ozi.

Bella hanya terangguk. Ia sangat mengerti kekhawatiran sang kakak. Apalagi jika sampai ibunya tahu kalau hubungan Bella sebenarnya tidak berkembang. 2 tahun lalu saat Bella bertengkar hebat dengan Rangga, Saras tahunya kalau Bella sudah putus dan tidak punya pacar. Untuk itu ia menyembunyikan hubungannya dari Saras hingga saat ini. Ia tidak mau Saras mencemaskannya karena Bella memiliki pacar dengan tempramen tidak terlalu baik.

Tapi bagaimana jika hatinya masih tidak ingin beralih?

******

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Ada sebagian orang yg biar pun di sakiti tetep bertahan..seperti Bella
Biar pun g di pukul atau di tinggal.selingkuh tapi makan hati punya pacar seperti Rangga

2023-02-07

1

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

haisshh... bella beneran bucin yaa...
kudu di rukiyah nih si bella...

2023-02-03

1

Wiyanti SE

Wiyanti SE

bahasa kalimat kekinian tp nyambung & gampang dimengerti, masuk dlm alur cerita yg seakan membawa pembaca larust di dlmnya.👍
semangat Thor 🙏

2022-11-03

1

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!