Suara riuh yang terdengar dari halaman kantor membuat Inka segera beranjak untuk melihatnya.
“Ada apaan sih berisik banget? Ganggu aja orang lagi kerja!” Dia memang paling tidak bisa di destraksi saat sibuk dengan pekerjaannya.
Bella hanya tersenyum, sambil merapihkan sinopsis cerita dan point-point penting part cerita sebelum ia serahkan pada Eko.
“Oh pantesan, ada cewek cantik.” Gerutunya sambil kembali terduduk dan menggerak-gerakan mouse-nya melanjutkan pekerjaan.
“Udah gak aneh juga ada cewek cantik ke sini, masih aja tuh para pejantan riweuh. Norak!!!” gerutuannya berlanjut.
“Itu artinya para pejantan di tempat kita masih normal bestie.” Sahut Bella enteng.
Suara printer mulai terdengar membuat gerutuan lanjutan Inka tidak terdengar jelas.
“Outline ceritanya udah selesai Bell?” Inka yang penasaran langsung berdiri di samping Bella. Menatap penuh atensi pada layar komputer Bella.
“Iya, mau gue serahin dulu ke pak eko.” Langsung ia masukkan beberapa lembar kertas ke dalam map berwarna biru kesukaanya. Katanya warna ini sangat mencerminkan kepribadiannya.
“Enak banget si Melisa, tinggal ngelebay-lebayin cerita terus cuan dia lebih banyak berikut nama dia yang di pampang di credit title padahal lo yang punya ide.” Lihat, Inka selalu menggebu-gebu kalau urusannya sudah dengan Melisa.
“Kenapa gak lo aja sih yang nyelesein cerita sampe detail dialog sama setting latar? Gue yakin bakal lebih bagus. Karena dimanapun, originality is the best.” Kali ini ia mengacungkan jempolnya.
Bella hanya tersenyum lantas beranjak dari tempat duduknya.
“Ke ruangan pak eko dulu.” sambil berlalu Ia menepuk bahu Inka. Ia tidak ingin mendengar protesan Inka lebih lanjut.
“Haisshh!! Ngalah mulu sih lo Bell?!” Inka jadi kesal sendiri. Seperti itulah Bella. Tidak bisa menolak saat rasa tidak nyaman ada di sekitarnya.
“Bell!!!” baru beberapa langkah di ambil Bella, sebuah suara lantang dan familiar memanggilnya.
“Amaraa!!!” kejutan yang menyenangkan saat ia berbalik dan ternyata yang di lihatnya adalah sahabatnya, Amara.
“Heeyyyy… Miss you Bell!!!!” dengan serta merta si manja Amara memeluk Bella.
“Miss you too!!!” timpal Bella. Mereka saling berpelukan untuk beberapa saat.
Beberapa saat Bella memperhatikan sahabatnya yang semakin cantik saja. Rambutnya di beri gradasi warna, membuatnya terlihat lebih segar, mirip artis-artis Korea. Mungkin karena kiblat fashion sekarang mengarah ke sana.
“Tumben lo mampir sini? Bukannya baru pulang dari Bali besok?” jadwal aktris cantik ini sangatlah padat dan Bella tahu itu.
“Hahahaha… Gue emang sengaja mampir ke sini buat teken kontrak.” Suaranya setengah berbisik di akhir kalimat.
“Hah, sumpah lo?! Lo jadi pindah manajemen ke sini?!” seru Bella tidak terkontrol membuat banyak pasang mata tertuju pada mereka.
“Eh sorry, sorry… Silakan lanjutin kerjaannya.” Imbuhnya, saat sadar ia menjadi biang kericuhan di dalam kantor.
Perhatian Inka pun ikut tertuju padanya.
“Sini Ka, kenalin ini Amara temen gue.” Akhirnya Bella mengajak Inka mendekat.
“Oh hay, gue Amara.” Wanita cantik itu mengulurkan tangannya.
“Hehehe… Gue tau lo tapi baru liat aslinya sekarang. Cakep banget. Inka.” Puji Inka seraya menjabat tangan Amara beberapa saat.
"Thank's!"
Amara menyahuti sambil merapikan posisi rambut barunya yang sedikit ia kibaskan. Ia sudah sangat terbiasa dengan pujian semacam itu.
“Pipi lo tambah tebel Bell. Jajan mulu lo ya?!” protes miss good looking and personal grooming ini.
“Hahaha, Iyaa, gue banyak kerjaan jadi sering ngemil.” Sahut Bella sejujurnya. Sepertinya memiliki bentuk badan ideal hanya akan menjadi mimpi untuknya.
“Ya udah, kan gue udah kerja di sini nih, tar kita diet bareng ya. Biar lo langsingan dikit gitu.” Mata Amara miss perpect langsung menscan bentuk tubuh Bella yang memang berisi.
“Gak usah, gue gak kuat diet-diet gitu. Lagian gue lebih takut sakit di banding gemuk.” Tegas Bella.
“Setuju!” cetus Inka menyela.
Amara tersenyum samar, sepertinya ia tidak suka dengan cara Inka berbicara. Dan begitupun sebaliknya, mendengar Amara yang body shaming, membuat Inka malas untuk meladeni.
Bella bisa membaca ketidaknyamanan kedua temannya ini.
“Ya udah lo duduk dulu, gue ke ruangan pak eko sebentar.”
“Pak eko pimpinan PH kan? Gue juga mau ketemu beliau.” Timpal Amara dengan cepat.
Singkatnya, ia tidak mau duduk sendirian di ruangan Bella dan di temani Inka.
“Ya udah, yukkk. Bentar ya Ka.” Pamit Bella.
Inka hanya terangguk melihat Amara yang langsung menggandeng tangan Bella.
“Sahabat kok body shaming.” Gerutunya.
Jujur, kesan pertama yang ia tangkap setelah berbicara dengan Amara, tidak lah terlalu baik. Ekspktasinya yang tinggi tentang sang artis, runtuh begitu saja.
Sekali lalu ia menyalakan ponsel dan mengetik pesan setelah sebelumnya menarik nafas untuk menenangkan dirinya sendiri. Hah, kedatangan Amara membuatnya merasa tidak nyaman.
*****
Matahari sudah tenggelam seluruhnya dan waktunya Bella pulang. Inka sudah pulang lebih dulu karena katanya ada janji.
Keluar dari pintu kantor, sudah terlihat sebuah mobil terparkir di dekat pos satpam. Bella mengenal benar mobil tersebut, yang tidak lain adalah milik Devan.
“Lo mau kan temenin gue ke studio?” lagi ia bertanya pada Amara yang sedang asyik membalas pesan.
“Iya gue temenin.” Timpalnya.
“Okey, lo tunggu sebentar, gue ke sana dulu.”
“Okey.” Tanpa mengangkat kepalanya Amara membiarkan Bella pergi.
Di tempat parkir sudah ada Devan yang menunggunya. Bella mengetuk kaca mobil dan tidak lama kaca pun turun.
“Gue gak pulang bareng lo. Gue pulang bareng Amara, temen gue. Lo duluan aja, gue mau makan dulu.” ujarnya sambil menunjuk Amara.
“Abang lo yang minta gue ke sini.” Hanya sejenak Devan mengikuti arah telunjuk Bella saat menunjuk Amara lantas kembali meihat ke depan sana.
“Iyaaaa gue tau. Makanya lo pulang lagi aja, kalau abang gue nanya, lo bilang aja gue pulang bareng Amara. Dia kenal kok sama Amara. Atau gue perlu telpon abang gue supaya lo percaya?” cerocos Bella sambil mengeluarkan ponselnya.
Devan tidak menjawab, ia memilih menyalakan kembali mesin mobilnya.
“Dia nyuruh lo sampe di rumah paling telat jam 10.” Ujarnya tanpa menoleh Bella.
“Iyaaa, gue tau! Lamaan gue kali kenal sama abang gue di banding lo!” dengus Bella.
Tanpa berkata-kata lagi, Devan pun menginjak pedal gasnya dan meninggalkan Bella di tempat parkir.
“Silakaaaannn. Terima kasih sudah berusaha menjemput saya. Hati-hati di jalan…” Bella berbicara sendiri setelah Devan berlalu.
Ia berdecik kesal, bisa-bisanya mahluk dari antartika itu pergi tanpa pamit.
“Siapa?” tanya Amara saat Bella kembali di dekatnya.
“Taksi online, yuk cabut!!!” cetus Bella asal.
“Taksi online sekarang pake mobil antik ya?” sambil membuka pintu mobil Amara masih penasaran.
“Ada yang mobil mewah juga kan? Gak ada standar ini kayaknya. Ojek online aja gue pernah dapet driver-nya bawa motor sport. Udah berasa jadi artis India aja, tinggal kibas-kibas selendang. Lagian yang penting kan aman nyaman dan penumpangnya mau.” cerocosan Bella lebih panjang.
Ia duduk di kursi kemudi mobil Amara yang selalu malas bawa mobil sendiri.
“Manager lo kenapa gak ikut?”
“Nggak, dia lagi beresin kontrak sama PH sebelumnya. Paling nanti dia ke apartemen.” Ucapnya acuh.
“Ngomong-ngomong, gimana hubungan lo sama Rangga?” tiba-tiba saja Amara membuka perbincangan tentang hubungan Bella dan Rangga.
Bella menghela nafasnya dalam lantas menurunkan sedikit kaca mobil agar udara segar bisa ia hirup. Seharian kerja di bawa AC membuat hidungnya terasa kering.
“Kalian berantem?” lagi Amara dengan rasa penasarannya saat Bella terlalu lama menjawab.
Bella menggeleng lemah.
“Masih penyakit lama, gue sama dia gak berantem tapi tiba-tiba dia susah di hubungin. Chat gue juga gak di bales.” Suara Bella terdengar lemah.
“Hem… Cowok emang sering gitu, apalagi kalau udah asyik sama hobinya. Maklumin aja, kalau lo emang masih kuat. Terus abang lo gimana?” pertanyaan kedua Amara masih sekitaran hubungan perasaan yang tertaut ragu ini.
“Masih sama juga. Dia nyuruh gue jauh-jauh dari Rangga kalau memang Rangga gak serius sama gue. Kadang gue capek harus nyeimbangin sana sini tapi, ya gue milih bertahan.” Keluh Bella yang tetap fokus menatap jalanan.
Amara menatap lekat Bella yang tampak tenang duduk di sampingnya. Air mukanya yang tidak berubah jika membahas Rangga yang sering mengesalkan dengan sikapnya, selalu membuat ia penasaran. Melihat kebersamaan Bella dan Rangga sejak SMA hingga saat ini, mendengar kabar beberapa kali Bella bertengkar dengan Rangga, namun wanita ini masih begitu kuat mempertahankan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya.
“8 tahun Bel lo sama dia. Do you still feel in love with him?” Amara dengan wajah penasarannya.
Terlihat tarikan senyum di bibir berisi Bella. Sejenak ia menghela nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan lantas terangguk pelan.
“Ya 8 tahun ra.” Tangannya mengerat menggenggam stir.
“8 tahun itu bukan waktu yang singkat.” Sedikit menoleh Amara yang tengah menatapnya seraya tersenyum. Hanya beberapa saat sebelum kembali menatap jalanan di depannya.
“Banyak yang udah gue lalui sama Rangga. Seneng, sedih, ketawa, nangis.” Ia menjeda kalimatnya seraya menarik nafas pelan.
“Ya perasaan gue emang gak menggebu kayak awal gue jatuh cinta sama Rangga. But, I feel warm kalau gue inget ada Rangga di samping gue. I feel blessed kalau mikirin saat tersulit yang bisa gue lewati berkat keberadaan Rangga di samping gue.”
“So, is it enough to say that I still love him?” sedikit melirik Amara dari spion tengah dan gadis itu tengah menatapnya laman.
“Ya, ya, yaa… I can see it.” Balas Amara seraya tersenyum samar. Ia menopang dagunya dengan tangan kanan tanpa mengalihkan pandangan dari sahabatnya.
“Rangga udah mau nemuin abang sama nyokap lo?” pertanyaan ini yang selalu ingin ia tanyakan dari beberapa waktu lalu. Saat Bella bilang kalau ia sempat bertengkar dengan Ozi karena Rangga masih menghindar.
“Rangga bilang, dia belum siap.” Bella berusaha tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri.
“Dia masih khawatir kalau abang sama nyokap gue tiba-tiba nyuruh kami nikah. Secara financial dia insecure. Dia kukuh masih mau terus berjuang sama band-nya.” Bella menghela nafas berat.
Hal ini yang selalu membuatnya lelah. Memberi pemahaman pada dua kubu yang sama-sama ingin ia perjuangankan namun dengan pemikiran dan idealisme yang berbeda.
“Lo gak capek Bell?” suara Amara terdengar pelan.
Bella menoleh Amara dengan wajah sendunya.
“Sorry, bukan maksud apa-apa. Cuma gue pikir, ya mungkin lo bukan prioritas Rangga lagi dan sementara keluarga lo terus nuntut hubungan yang lebih dari sekedar sekarang. Ya itu wajar sih menurut gue. Abang sama nyokap lo pasti worry sama lo dan Rangga. Udah kelamaan.”
Ya inilah kalimat dari kubu orang kepercayaan Ozi, sudah pasti terdengar sama maksudnya. Mungkin ini yang membuat Ozi hanya percaya Amara untuk menjadi sahabatnya. Sebagai seseorang yang bisa mengingatkannya dan menjadi corong suara sang kakak.
“Bisa gue bayangin gimana capeknya lo, karena pernah gue rasain waktu hubungan gue sama Niko pun jalan di tempat.”
“Gue sayang sama lo Bell, abang sama nyokap lo juga sama pasti sayang banget sama lo. Kita semua cemas sama lo. Lo paham kan?” tegas Amara seraya mengusap pundak Bella.
Bella terangguk lemah.
“Ngeliat gue sebahagia ini ngejalanin hubungan sama Rangga, apa sih yang kalian cemasin?” Bella balik bertanya membuat Amara bungkam seketika.
“Ra, gue cinta sama Rangga Ra, gue gak bisa hidup tanpa dia. Lo tau, dia yang bikin gue punya keinginan buat hidup. Jadi, apa salahnya gue nunggu dia sebentar lagi?”
“Gue percaya, apa yang dia lakuin sekarang itu buat gue sama dia di masa depan. Dan yakin, gue perlu berusaha sedikit lagi buat dia yakin kalau gue patut di pertahanin.” Tegas Bella.
Amara hanya tersenyum lantas menurunkan tangannya dari pundak Bella. Kali ini, ia pun menurunkan kaca jendela dan memilih melihat keluar sana seraya menghirup udara dari luar jendela. Bella memang teguh dengan prinsipnya dan pikirannya Amara sendiri perlu di jernihkan.
Ya seperti ini lah prinsip Bella tentang hubungannya dengan Rangga. Sulit di debat.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Bunda dinna
Bukan soal finansial atau yg nama.nya insecure..Rangga g pernah serius sama Bella.
Takut di minta nikah harusnya berani menemui Ozi dan ibunya Bella..meminta waktu sampai sukses.
G berani bertemu keluarga pacar tapi berani pinjam mobil..g logis
2023-02-08
1
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
ish beneran bucin parah nih bella
definisi cinta itu buta kali yak...
2023-02-04
1
Chybie Abi MoetZiy
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
2022-08-24
3