Apakah cukup?

Suara riuh yang terdengar dari halaman kantor membuat Inka segera beranjak untuk melihatnya.

“Ada apaan sih berisik banget? Ganggu aja orang lagi kerja!” Dia memang paling tidak bisa di destraksi saat sibuk dengan pekerjaannya.

Bella hanya tersenyum, sambil merapihkan sinopsis cerita dan point-point penting part cerita sebelum ia serahkan pada Eko.

“Oh pantesan, ada cewek cantik.” Gerutunya sambil kembali terduduk dan menggerak-gerakan mouse-nya melanjutkan pekerjaan.

“Udah gak aneh juga ada cewek cantik ke sini, masih aja tuh para pejantan riweuh. Norak!!!” gerutuannya berlanjut.

“Itu artinya para pejantan di tempat kita masih normal bestie.” Sahut Bella enteng.

Suara printer mulai terdengar membuat gerutuan lanjutan Inka tidak terdengar jelas.

“Outline ceritanya udah selesai Bell?” Inka yang penasaran langsung berdiri di samping Bella. Menatap penuh atensi pada layar komputer Bella.

“Iya, mau gue serahin dulu ke pak eko.” Langsung ia masukkan beberapa lembar kertas ke dalam map berwarna biru kesukaanya. Katanya warna ini sangat mencerminkan kepribadiannya.

“Enak banget si Melisa, tinggal ngelebay-lebayin cerita terus cuan dia lebih banyak berikut nama dia yang di pampang di credit title padahal lo yang punya ide.” Lihat, Inka selalu menggebu-gebu kalau urusannya sudah dengan Melisa.

“Kenapa gak lo aja sih yang nyelesein cerita sampe detail dialog sama setting latar? Gue yakin bakal lebih bagus. Karena dimanapun, originality is the best.” Kali ini ia mengacungkan jempolnya.

Bella hanya tersenyum lantas beranjak dari tempat duduknya.

“Ke ruangan pak eko dulu.” sambil berlalu Ia menepuk bahu Inka. Ia tidak ingin mendengar protesan Inka lebih lanjut.

“Haisshh!! Ngalah mulu sih lo Bell?!” Inka jadi kesal sendiri. Seperti itulah Bella. Tidak bisa menolak saat rasa tidak nyaman ada di sekitarnya.

“Bell!!!” baru beberapa langkah di ambil Bella, sebuah suara lantang dan familiar memanggilnya.

“Amaraa!!!” kejutan yang menyenangkan saat ia berbalik dan ternyata yang di lihatnya adalah sahabatnya, Amara.

“Heeyyyy… Miss you Bell!!!!” dengan serta merta si manja Amara memeluk Bella.

“Miss you too!!!” timpal Bella. Mereka saling berpelukan untuk beberapa saat.

Beberapa saat Bella memperhatikan sahabatnya yang semakin cantik saja. Rambutnya di beri gradasi warna, membuatnya terlihat lebih segar, mirip artis-artis Korea. Mungkin karena kiblat fashion sekarang mengarah ke sana.

“Tumben lo mampir sini? Bukannya baru pulang dari Bali besok?” jadwal aktris cantik ini sangatlah padat dan Bella tahu itu.

“Hahahaha… Gue emang sengaja mampir ke sini buat teken kontrak.” Suaranya setengah berbisik di akhir kalimat.

“Hah, sumpah lo?! Lo jadi pindah manajemen ke sini?!” seru Bella tidak terkontrol membuat banyak pasang mata tertuju pada mereka.

“Eh sorry, sorry… Silakan lanjutin kerjaannya.” Imbuhnya, saat sadar ia menjadi biang kericuhan di dalam kantor.

Perhatian Inka pun ikut tertuju padanya.

“Sini Ka, kenalin ini Amara temen gue.” Akhirnya Bella mengajak Inka mendekat.

“Oh hay, gue Amara.” Wanita cantik itu mengulurkan tangannya.

“Hehehe… Gue tau lo tapi baru liat aslinya sekarang. Cakep banget. Inka.” Puji Inka seraya menjabat tangan Amara beberapa saat.

"Thank's!"

Amara menyahuti sambil merapikan posisi rambut barunya yang sedikit ia kibaskan. Ia sudah sangat terbiasa dengan pujian semacam itu.

“Pipi lo tambah tebel Bell. Jajan mulu lo ya?!” protes miss good looking and personal grooming ini.

“Hahaha, Iyaa, gue banyak kerjaan jadi sering ngemil.” Sahut Bella sejujurnya. Sepertinya memiliki bentuk badan ideal hanya akan menjadi mimpi untuknya.

“Ya udah, kan gue udah kerja di sini nih, tar kita diet bareng ya. Biar lo langsingan dikit gitu.” Mata Amara miss perpect langsung menscan bentuk tubuh Bella yang memang berisi.

“Gak usah, gue gak kuat diet-diet gitu. Lagian gue lebih takut sakit di banding gemuk.” Tegas Bella.

“Setuju!” cetus Inka menyela.

Amara tersenyum samar, sepertinya ia tidak suka dengan cara Inka berbicara. Dan begitupun sebaliknya, mendengar Amara yang body shaming, membuat Inka malas untuk meladeni.

Bella bisa membaca ketidaknyamanan kedua temannya ini.

“Ya udah lo duduk dulu, gue ke ruangan pak eko sebentar.”

“Pak eko pimpinan PH kan? Gue juga mau ketemu beliau.” Timpal Amara dengan cepat.

Singkatnya, ia tidak mau duduk sendirian di ruangan Bella dan di temani Inka.

“Ya udah, yukkk. Bentar ya Ka.” Pamit Bella.

Inka hanya terangguk melihat Amara yang langsung menggandeng tangan Bella.

“Sahabat kok body shaming.” Gerutunya.

Jujur, kesan pertama yang ia tangkap setelah berbicara dengan Amara, tidak lah terlalu baik. Ekspktasinya yang tinggi tentang sang artis, runtuh begitu saja.

Sekali lalu ia menyalakan ponsel dan mengetik pesan setelah sebelumnya menarik nafas untuk menenangkan dirinya sendiri. Hah, kedatangan Amara membuatnya merasa tidak nyaman.

*****

Matahari sudah tenggelam seluruhnya dan waktunya Bella pulang. Inka sudah pulang lebih dulu karena katanya ada janji.

Keluar dari pintu kantor, sudah terlihat sebuah mobil terparkir di dekat pos satpam. Bella mengenal benar mobil tersebut, yang tidak lain adalah milik Devan.

“Lo mau kan temenin gue ke studio?” lagi ia bertanya pada Amara yang sedang asyik membalas pesan.

“Iya gue temenin.” Timpalnya.

“Okey, lo tunggu sebentar, gue ke sana dulu.”

“Okey.” Tanpa mengangkat kepalanya Amara membiarkan Bella pergi.

Di tempat parkir sudah ada Devan yang menunggunya. Bella mengetuk kaca mobil dan tidak lama kaca pun turun.

“Gue gak pulang bareng lo. Gue pulang bareng Amara, temen gue. Lo duluan aja, gue mau makan dulu.” ujarnya sambil menunjuk Amara.

“Abang lo yang minta gue ke sini.” Hanya sejenak Devan mengikuti arah telunjuk Bella saat menunjuk Amara lantas kembali meihat ke depan sana.

“Iyaaaa gue tau. Makanya lo pulang lagi aja, kalau abang gue nanya, lo bilang aja gue pulang bareng Amara. Dia kenal kok sama Amara. Atau gue perlu telpon abang gue supaya lo percaya?” cerocos Bella sambil mengeluarkan ponselnya.

Devan tidak menjawab, ia memilih menyalakan kembali mesin mobilnya.

“Dia nyuruh lo sampe di rumah paling telat jam 10.” Ujarnya tanpa menoleh Bella.

“Iyaaa, gue tau! Lamaan gue kali kenal sama abang gue di banding lo!” dengus Bella.

Tanpa berkata-kata lagi, Devan pun menginjak pedal gasnya dan meninggalkan Bella di tempat parkir.

“Silakaaaannn. Terima kasih sudah berusaha menjemput saya. Hati-hati di jalan…” Bella berbicara sendiri setelah Devan berlalu.

Ia berdecik kesal, bisa-bisanya mahluk dari antartika itu pergi tanpa pamit.

“Siapa?” tanya Amara saat Bella kembali di dekatnya.

“Taksi online, yuk cabut!!!” cetus Bella asal.

“Taksi online sekarang pake mobil antik ya?” sambil membuka pintu mobil Amara masih penasaran.

“Ada yang mobil mewah juga kan? Gak ada standar ini kayaknya. Ojek online aja gue pernah dapet driver-nya bawa motor sport. Udah berasa jadi artis India aja, tinggal kibas-kibas selendang. Lagian yang penting kan aman nyaman dan penumpangnya mau.” cerocosan Bella lebih panjang.

Ia duduk di kursi kemudi mobil Amara yang selalu malas bawa mobil sendiri.

“Manager lo kenapa gak ikut?”

“Nggak, dia lagi beresin kontrak sama PH sebelumnya. Paling nanti dia ke apartemen.” Ucapnya acuh.

“Ngomong-ngomong, gimana hubungan lo sama Rangga?” tiba-tiba saja Amara membuka perbincangan tentang hubungan Bella dan Rangga.

Bella menghela nafasnya dalam lantas menurunkan sedikit kaca mobil agar udara segar bisa ia hirup. Seharian kerja di bawa AC membuat hidungnya terasa kering.

“Kalian berantem?” lagi Amara dengan rasa penasarannya saat Bella terlalu lama menjawab.

Bella menggeleng lemah.

“Masih penyakit lama, gue sama dia gak berantem tapi tiba-tiba dia susah di hubungin. Chat gue juga gak di bales.” Suara Bella terdengar lemah.

“Hem… Cowok emang sering gitu, apalagi kalau udah asyik sama hobinya. Maklumin aja, kalau lo emang masih kuat. Terus abang lo gimana?” pertanyaan kedua Amara masih sekitaran hubungan perasaan yang tertaut ragu ini.

“Masih sama juga. Dia nyuruh gue jauh-jauh dari Rangga kalau memang Rangga gak serius sama gue. Kadang gue capek harus nyeimbangin sana sini tapi, ya gue milih bertahan.” Keluh Bella yang tetap fokus menatap jalanan.

Amara menatap lekat Bella yang tampak tenang duduk di sampingnya. Air mukanya yang tidak berubah jika membahas Rangga yang sering mengesalkan dengan sikapnya, selalu membuat ia penasaran. Melihat kebersamaan Bella dan Rangga sejak SMA hingga saat ini, mendengar kabar beberapa kali Bella bertengkar dengan Rangga, namun wanita ini masih begitu kuat mempertahankan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya.

“8 tahun Bel lo sama dia. Do you still feel in love with him?” Amara dengan wajah penasarannya.

Terlihat tarikan senyum di bibir berisi Bella. Sejenak ia menghela nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan lantas terangguk pelan.

“Ya 8 tahun ra.” Tangannya mengerat menggenggam stir.

“8 tahun itu bukan waktu yang singkat.” Sedikit menoleh Amara yang tengah menatapnya seraya tersenyum. Hanya beberapa saat sebelum kembali menatap jalanan di depannya.

“Banyak yang udah gue lalui sama Rangga. Seneng, sedih, ketawa, nangis.” Ia menjeda kalimatnya seraya menarik nafas pelan.

“Ya perasaan gue emang gak menggebu kayak awal gue jatuh cinta sama Rangga. But, I feel warm kalau gue inget ada Rangga di samping gue. I feel blessed kalau mikirin saat tersulit yang bisa gue lewati berkat keberadaan Rangga di samping gue.”

“So, is it enough to say that I still love him?” sedikit melirik Amara dari spion tengah dan gadis itu tengah menatapnya laman.

“Ya, ya, yaa… I can see it.” Balas Amara seraya tersenyum samar. Ia menopang dagunya dengan tangan kanan tanpa mengalihkan pandangan dari sahabatnya.

“Rangga udah mau nemuin abang sama nyokap lo?” pertanyaan ini yang selalu ingin ia tanyakan dari beberapa waktu lalu. Saat Bella bilang kalau ia sempat bertengkar dengan Ozi karena Rangga masih menghindar.

“Rangga bilang, dia belum siap.” Bella berusaha tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri.

“Dia masih khawatir kalau abang sama nyokap gue tiba-tiba nyuruh kami nikah. Secara financial dia insecure. Dia kukuh masih mau terus berjuang sama band-nya.” Bella menghela nafas berat.

Hal ini yang selalu membuatnya lelah. Memberi pemahaman pada dua kubu yang sama-sama ingin ia perjuangankan namun dengan pemikiran dan idealisme yang berbeda.

“Lo gak capek Bell?” suara Amara terdengar pelan.

Bella menoleh Amara dengan wajah sendunya.

“Sorry, bukan maksud apa-apa. Cuma gue pikir, ya mungkin lo bukan prioritas Rangga lagi dan sementara keluarga lo terus nuntut hubungan yang lebih dari sekedar sekarang. Ya itu wajar sih menurut gue. Abang sama nyokap lo pasti worry sama lo dan Rangga. Udah kelamaan.”

Ya inilah kalimat dari kubu orang kepercayaan Ozi, sudah pasti terdengar sama maksudnya. Mungkin ini yang membuat Ozi hanya percaya Amara untuk menjadi sahabatnya. Sebagai seseorang yang bisa mengingatkannya dan menjadi corong suara sang kakak.

“Bisa gue bayangin gimana capeknya lo, karena pernah gue rasain waktu hubungan gue sama Niko pun jalan di tempat.”

“Gue sayang  sama lo Bell, abang sama nyokap lo juga sama pasti sayang banget sama lo. Kita semua cemas sama lo. Lo paham kan?” tegas Amara seraya mengusap pundak Bella.

Bella terangguk lemah.

“Ngeliat gue sebahagia ini ngejalanin hubungan sama Rangga, apa sih yang kalian cemasin?” Bella balik bertanya membuat Amara bungkam seketika.

“Ra, gue cinta sama Rangga Ra, gue gak bisa hidup tanpa dia. Lo tau, dia yang bikin gue punya keinginan buat hidup. Jadi, apa salahnya gue nunggu dia sebentar lagi?”

“Gue percaya, apa yang dia lakuin sekarang itu buat gue sama dia di masa depan. Dan yakin, gue perlu berusaha sedikit lagi buat dia yakin kalau gue patut di pertahanin.” Tegas Bella.

Amara hanya tersenyum lantas menurunkan tangannya dari pundak Bella. Kali ini, ia pun menurunkan kaca jendela dan memilih melihat keluar sana seraya menghirup udara dari luar jendela. Bella memang teguh dengan prinsipnya dan pikirannya Amara sendiri perlu di jernihkan.

Ya seperti ini lah prinsip Bella tentang hubungannya dengan Rangga. Sulit di debat.

*****

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Bukan soal finansial atau yg nama.nya insecure..Rangga g pernah serius sama Bella.
Takut di minta nikah harusnya berani menemui Ozi dan ibunya Bella..meminta waktu sampai sukses.
G berani bertemu keluarga pacar tapi berani pinjam mobil..g logis

2023-02-08

1

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

ish beneran bucin parah nih bella
definisi cinta itu buta kali yak...

2023-02-04

1

Chybie Abi MoetZiy

Chybie Abi MoetZiy

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

2022-08-24

3

lihat semua
Episodes
1 Berharap pada dua kaki
2 1 bulan lalu
3 Bella - Rangga
4 Abang Over protective
5 Tamu tak diundang
6 Para pejantan tangguh
7 Bocah belajar ngomong
8 Sahabat emang sahabat
9 Demi PH
10 Apakah cukup?
11 I'll try my best
12 Susu vanila VS susu coklat
13 Permintaan Bos
14 Apa harus iya?
15 Perpisahan itu menyedihkan
16 Memandangi
17 Memandangi 2
18 Uniknya Bella
19 Saling mengenal
20 Secret Admirer
21 Tragedi Surabaya
22 Buka mata
23 Menjaga jarak
24 Semakin mirip Bella
25 Kejutan tidak menyenangkan
26 Terima kasih sudah peduli
27 Devan VS Rangga
28 Bujukan Bella
29 Oow...
30 Pop Corn Caramel
31 Permintaan Ozi
32 Ketika keputusan di buat
33 Survey yang cantik
34 Apakah ia benar-benar Rangga?
35 Menjaga diri lebih baik lagi
36 Memilih Pergi
37 Puzzle
38 Rasa berdebar
39 Kenyataannya...
40 Luka Bella
41 Masa lalu kita
42 Pagi yang asing
43 Gossip yang beredar
44 Si paling cantik
45 Tidak bisa begini
46 Ketika semuanya hingar
47 Kecemasan itu
48 Usaha untuk Bella
49 Feel blue
50 Bersama dia,
51 Titik putih
52 Kesemerawutan
53 Lompatan besar
54 Keputusan bulat
55 Konfrensi pers
56 Bukan perkara waktu
57 Yang menjadi milikmu akan kembali
58 Penyesalan Ozi
59 Syuting Hari pertama
60 Permintaan Bella
61 Gue memang ganteng
62 Gara-gara nasi goreng
63 Sarapan buatan Bella
64 Pempek
65 Saat Kita Bertemu
66 Pilih siapa?
67 Bell,...
68 Apa ini cemburu?
69 Memilih untuk terus bersama
70 Kegalauan Devan
71 Amara dan Amara lagi
72 Sedekat ini
73 Berbuat banyak untuk orang lain
74 Setiap sesal
75 Nonton sama siapa?
76 Tenderloin steak
77 Berlomba
78 Tedy bear
79 Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80 He need me
81 Tim pendukung
82 Pilihan
83 Di taman
84 Mengsalting
85 Bertemu dia
86 Keputusan bersama
87 Gadis keras kepala
88 Pria Eropa
89 Kesesakan
90 Jl Akasia Nomor 18
91 Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92 Hanya angin lalu
93 Pengakuan
94 Menarilah dan terus tertawa
95 Honey moon?
96 Kesalahan
97 Apa yang terjadi, Bell?
98 Jangan berbicara masa lalu
99 Bis Cinta
100 Apa yang mereka bicarakan?
101 Dia yang sakit
102 Menyerah saja kah?
103 Sisa kehancuran
104 Lebih dari 3 kata kecil
105 Keterpaksaan
106 Keluarga
107 Tentang pilihan
108 Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109 Endorse?
110 Jutaan bunga
111 Mana yang lebih cepat?
112 Tidak karuan
113 Gue takut
114 Suntikan semangat
115 ARA!!!
116 Ra, buka pintunya...
117 Profesionalitas
118 Pancingan emosi
119 Ada yang berakhir
120 Boomerang
121 Apa aku katakan saja?
122 sang lelaki
123 Perjanjian
124 Rasa sakit
125 HEH!
126 Sidang
127 Bayi gondrong
128 Viral
129 Siapa penyebarnya?
130 Kebingungan di hari yang sama
131 Keputusan Final
132 Keputusan Final
133 Tipu muslihat
134 Tamu untuk Bella
135 Berpikir ulang
136 Cemburu?
137 Mas Kawin
138 Saksi pernikahan
139 Menghadapi rasa takut
140 Kangeenn Ayaaang 1
141 Kangeenn Ayang 2
142 Bella's Script
143 eS A Ha, SAH!!
144 Foto keluarga
145 Lampu merah
146 Kelegaan
147 NgeFans
148 Oase
149 Teror
150 Rumah Singgah
151 Handuk dan selimut
152 Release
153 Keluarga dan kecemasan
154 Harapan mamah dan adek
155 Perdebatan
156 Harus tau,
157 Aku ikut!
158 Mengingat kebaikan
159 Pelaku
160 Cukup kau di sampingku
161 Menghentikan langkah
162 Menagih janji
163 Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164 Terbangun
165 Didekatkan
166 Mas, pulang
167 Cerita masa lalu
168 Kapankah kembali
169 Kejutan Untuk Amara
170 Bungkus!!!
171 Kesepakatan
172 Usaha Rangga
173 Kotak Pandora milik Amara
174 Terpuruk bukan pilihan
175 Kecemasan untuk Inka
176 Memanjakan Istri
177 Pagi yang Indah
178 Berpisah dengan masa lalu
179 Berpisah dengan masa lalu 2
180 Perlawanan
181 Plester pembalut luka
182 Di mabuk Cinta
183 Menyembunyikan Amara
184 Rencana Devan
185 Resep obat Devan
186 Call him, dady
187 Kulit ayam Ibra
188 Rencana masing-masing
189 Sambutan Jihan
190 Siasat Jihan
191 Sedang apa kamu di sini?
192 Kesengajaan Inka
193 Coming up gais!!!
194 Penjelasan Devan
195 Menunggu keputusan Rangga
196 Tamparan
197 Klarifikasi 1
198 Klarifikasi 2
199 Klarifikasi
200 Keinginan Amara
201 Ketegasan Rangga
202 Tempat terbaik adalah rumah
203 Memohon
204 Langit abu dan cerah
205 Keluarga baru
206 Kunjungan pagi
207 Tendangan bertubi-tubi
208 Pilihan sulit
209 Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210 Bayi Eropa
211 Kronologis
212 Perpisahan dengan sahabat
213 Teamwork
214 Menyemangati sang pemeran utama
215 Kecemasan seorang anak
216 Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217 Dua orang yang saling menyayangi
218 Makan malam romantis
219 Perbincangan malam
220 Tawaran
221 Fans
222 Badak api dan badak air
223 Apa bisa?
224 Kunjungan seorang ayah
225 Keputusan tiba-tiba
226 Menyusul
227 Pertemuannya yang menyakitkan
228 Penjelasan
229 Penuntasan kemarahan
230 Cerita masa lalu sahabat
231 Video baru
232 Bebek penyemangat
233 Di depan mata,...
234 Rahasia Amara
235 Keputusan bersama
236 Lo gue, End!
237 Kekecewaan seorang ayah
238 Pembelaan calon suami
239 Putus asa
240 Gangguan malam-malam
241 Sup Lao hua tang
242 Akupun tidak punya pilihan
243 Gala Premier
244 Antusiasme
245 Mata yang sama
246 Maria
247 Kejutan dari papah mertua
248 Membuka lembaran baru
249 Pagiku cerah
250 Real Bella's Script
251 Bungkus?
252 Menjadi Dia
253 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Berharap pada dua kaki
2
1 bulan lalu
3
Bella - Rangga
4
Abang Over protective
5
Tamu tak diundang
6
Para pejantan tangguh
7
Bocah belajar ngomong
8
Sahabat emang sahabat
9
Demi PH
10
Apakah cukup?
11
I'll try my best
12
Susu vanila VS susu coklat
13
Permintaan Bos
14
Apa harus iya?
15
Perpisahan itu menyedihkan
16
Memandangi
17
Memandangi 2
18
Uniknya Bella
19
Saling mengenal
20
Secret Admirer
21
Tragedi Surabaya
22
Buka mata
23
Menjaga jarak
24
Semakin mirip Bella
25
Kejutan tidak menyenangkan
26
Terima kasih sudah peduli
27
Devan VS Rangga
28
Bujukan Bella
29
Oow...
30
Pop Corn Caramel
31
Permintaan Ozi
32
Ketika keputusan di buat
33
Survey yang cantik
34
Apakah ia benar-benar Rangga?
35
Menjaga diri lebih baik lagi
36
Memilih Pergi
37
Puzzle
38
Rasa berdebar
39
Kenyataannya...
40
Luka Bella
41
Masa lalu kita
42
Pagi yang asing
43
Gossip yang beredar
44
Si paling cantik
45
Tidak bisa begini
46
Ketika semuanya hingar
47
Kecemasan itu
48
Usaha untuk Bella
49
Feel blue
50
Bersama dia,
51
Titik putih
52
Kesemerawutan
53
Lompatan besar
54
Keputusan bulat
55
Konfrensi pers
56
Bukan perkara waktu
57
Yang menjadi milikmu akan kembali
58
Penyesalan Ozi
59
Syuting Hari pertama
60
Permintaan Bella
61
Gue memang ganteng
62
Gara-gara nasi goreng
63
Sarapan buatan Bella
64
Pempek
65
Saat Kita Bertemu
66
Pilih siapa?
67
Bell,...
68
Apa ini cemburu?
69
Memilih untuk terus bersama
70
Kegalauan Devan
71
Amara dan Amara lagi
72
Sedekat ini
73
Berbuat banyak untuk orang lain
74
Setiap sesal
75
Nonton sama siapa?
76
Tenderloin steak
77
Berlomba
78
Tedy bear
79
Sebanyak apa yang gak gue tau tentang lo?
80
He need me
81
Tim pendukung
82
Pilihan
83
Di taman
84
Mengsalting
85
Bertemu dia
86
Keputusan bersama
87
Gadis keras kepala
88
Pria Eropa
89
Kesesakan
90
Jl Akasia Nomor 18
91
Apa sudah menunjukkan yang terbaik?
92
Hanya angin lalu
93
Pengakuan
94
Menarilah dan terus tertawa
95
Honey moon?
96
Kesalahan
97
Apa yang terjadi, Bell?
98
Jangan berbicara masa lalu
99
Bis Cinta
100
Apa yang mereka bicarakan?
101
Dia yang sakit
102
Menyerah saja kah?
103
Sisa kehancuran
104
Lebih dari 3 kata kecil
105
Keterpaksaan
106
Keluarga
107
Tentang pilihan
108
Belskyy, jangan bikin gue bingung!
109
Endorse?
110
Jutaan bunga
111
Mana yang lebih cepat?
112
Tidak karuan
113
Gue takut
114
Suntikan semangat
115
ARA!!!
116
Ra, buka pintunya...
117
Profesionalitas
118
Pancingan emosi
119
Ada yang berakhir
120
Boomerang
121
Apa aku katakan saja?
122
sang lelaki
123
Perjanjian
124
Rasa sakit
125
HEH!
126
Sidang
127
Bayi gondrong
128
Viral
129
Siapa penyebarnya?
130
Kebingungan di hari yang sama
131
Keputusan Final
132
Keputusan Final
133
Tipu muslihat
134
Tamu untuk Bella
135
Berpikir ulang
136
Cemburu?
137
Mas Kawin
138
Saksi pernikahan
139
Menghadapi rasa takut
140
Kangeenn Ayaaang 1
141
Kangeenn Ayang 2
142
Bella's Script
143
eS A Ha, SAH!!
144
Foto keluarga
145
Lampu merah
146
Kelegaan
147
NgeFans
148
Oase
149
Teror
150
Rumah Singgah
151
Handuk dan selimut
152
Release
153
Keluarga dan kecemasan
154
Harapan mamah dan adek
155
Perdebatan
156
Harus tau,
157
Aku ikut!
158
Mengingat kebaikan
159
Pelaku
160
Cukup kau di sampingku
161
Menghentikan langkah
162
Menagih janji
163
Kaki tangan yang meminta jadi kepala
164
Terbangun
165
Didekatkan
166
Mas, pulang
167
Cerita masa lalu
168
Kapankah kembali
169
Kejutan Untuk Amara
170
Bungkus!!!
171
Kesepakatan
172
Usaha Rangga
173
Kotak Pandora milik Amara
174
Terpuruk bukan pilihan
175
Kecemasan untuk Inka
176
Memanjakan Istri
177
Pagi yang Indah
178
Berpisah dengan masa lalu
179
Berpisah dengan masa lalu 2
180
Perlawanan
181
Plester pembalut luka
182
Di mabuk Cinta
183
Menyembunyikan Amara
184
Rencana Devan
185
Resep obat Devan
186
Call him, dady
187
Kulit ayam Ibra
188
Rencana masing-masing
189
Sambutan Jihan
190
Siasat Jihan
191
Sedang apa kamu di sini?
192
Kesengajaan Inka
193
Coming up gais!!!
194
Penjelasan Devan
195
Menunggu keputusan Rangga
196
Tamparan
197
Klarifikasi 1
198
Klarifikasi 2
199
Klarifikasi
200
Keinginan Amara
201
Ketegasan Rangga
202
Tempat terbaik adalah rumah
203
Memohon
204
Langit abu dan cerah
205
Keluarga baru
206
Kunjungan pagi
207
Tendangan bertubi-tubi
208
Pilihan sulit
209
Sedekat urat nadi, sejauh langit dan bumi
210
Bayi Eropa
211
Kronologis
212
Perpisahan dengan sahabat
213
Teamwork
214
Menyemangati sang pemeran utama
215
Kecemasan seorang anak
216
Berpisah dan bertemu dengan rasa sakit
217
Dua orang yang saling menyayangi
218
Makan malam romantis
219
Perbincangan malam
220
Tawaran
221
Fans
222
Badak api dan badak air
223
Apa bisa?
224
Kunjungan seorang ayah
225
Keputusan tiba-tiba
226
Menyusul
227
Pertemuannya yang menyakitkan
228
Penjelasan
229
Penuntasan kemarahan
230
Cerita masa lalu sahabat
231
Video baru
232
Bebek penyemangat
233
Di depan mata,...
234
Rahasia Amara
235
Keputusan bersama
236
Lo gue, End!
237
Kekecewaan seorang ayah
238
Pembelaan calon suami
239
Putus asa
240
Gangguan malam-malam
241
Sup Lao hua tang
242
Akupun tidak punya pilihan
243
Gala Premier
244
Antusiasme
245
Mata yang sama
246
Maria
247
Kejutan dari papah mertua
248
Membuka lembaran baru
249
Pagiku cerah
250
Real Bella's Script
251
Bungkus?
252
Menjadi Dia
253
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!