Berbeda dengan Eliana dan Kenan yang begitu murka atas sikap putra mereka, Friska justru melangkah mendekati Zahra yang juga berada di sana dan berniat menampar gadis yang sudah merusak kebahagiaan putrinya itu. Namun, Eliana segera menarik Zahra kebelakang tubuhnya, sehingga tamparan Friska justru mendarat di wajahnya membuat semua orang yang berada di sana terkejut.
Kenan yang begitu khawatir karena wanita yang ia cintai di sakiti oleh orang lain segera bangkit dari atas tempat duduknya, dan membawa Eliana ke dalam pelukan.
"Apa yang kamu lakukan! Beraninya kamu menyentuh istriku!" Teriakan Kenan kembali menggema di Koridor itu.
"Nggak, Bang. Kak Friska berhak melakukan itu. Kesalahan Riyan adalah kesalahan kita. Kita yang tidak bisa mendidiknya dengan baik." Cegah Eliana sebelum suaminya itu mengamuk di sana. "Asal jangan sakiti Zahra. Dia ga salah apa-apa, Kak. Semua ini kesalahan kami yang tidak becus mendidik Riyan. Jika mencari orang yang patut di salahkan atas semua unu, itu adalah kami, bukan Zahra." Sambung Eliana. Kali ia menatap Friska dengan hati yang sama hancurnya dengan wanita itu.
"Putri ku terluka, El. Dan semua itu karena perselingkuhan mereka." Tunjuk Friska ke arah Zahra.
Eliana menggeleng tegas.
"Zahra baru mengetahui pernikahan diam-diam antara Riyan dah Meisya, setelah pernikahan mereka, Kak. Dia pun sama terlukanya dengan Meisya. Belum lagi hari ini, Orang-orang di rumah sakit menghinanya habis-habisan." Ujar Eliana menjelaskan. "Jika Kak Friska dan Kak Erland mencari orang yang paling di salahkan dalam hal ini, maka itu adalah aku. Aku Ibu yang gagal mendidik putranya. Bukan Zahra!" Imbuhnya.
Kenan menarik tubuh mungil Eliana, lalu memeluknya dengan sangat erat. Sungguh, ini pertama kalinya ia melihat istrinya se terluka ini selama beberapa puluh tahun pernikahan mereka. Sikap jail dan konyol istrinya yang sering kali ia dapati setiap hari, kini menghilang. Berganti wajah menyedihkan dan itu karena ulah putra yang ia bangga-banggakan.
"Maafkan Riyan, Bu." Riyan sudah bersimpuh di atas lantai. Memohon maaf atas kebodohan yang telah di lakukan olehnya. Seharusnya, dengan alasan apapun ia menolak dengan tegas ketika Meisya mengajaknya menikah diam-diam. Pada akhirnya, hasil dari kebodohan itu tidak hanya dirinya yang menanggung, tetapi kedua orang tuanya juga ikut terhina atas nya.
"Om, Tante, maafkan Riyan." Ucapnya lagi.
Kean yang tidak tega melihat keadaan Riyan, melangkah perlahan mendekat. Membantu keponakannya itu unik kembali berdiri dari atas lantai.
Tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan menyalahkan siapa atas semua yang terjadi, Friska hanya bisa melangkah pergi dari ruangan itu. Ini kedua kalinya ia terlihat masalah dengan keluarga Hermawan, dan ia tidak ingin kembali membenci keluarga ini karena sesuatu yang belum tahu siapa yang patut di salahkan.
"Jika kamu benar merasa bersalah, maka Om menyerah kan Meisya padamu. Dia tanggung jawab mu sekarang." Erland menepuk bahu Riyan, kemudian ikut melangkah pergi dari sana. "Aku titip putri ku pada kalian." Erland menatap Kean, kemudian menepuk bahu sahabatnya itu.
Setelah kepergian Friska dan Erland, Kenan membawa Eliana duduk di kursi yahh tersedia di sana. Tidak lupa pula, ia meminta Zahra untuk ikut duduk dan di angguki oleh gadis itu.
Beberapa saat kemudian, tim medis yang sejak tadi berada di dalam ruang operasi, terlihat melangkah keluar dari ruangan itu. Riyan segera mendekat, dan menanyakan tentang Meisya.
Jawaban dari dokter pun sedikit memberikan kelegaan.
"Itu hanya sementara. Akan tetapi, tetap membutuhkan penanganan yang tepat agar bisa pulih kembali." Ucap Dokter itu.
Riyan mengangguk mengerti. Ia tahu, ini adalah anugerah baginya. Mendengar Meisya masih bisa di selamatkan, baginya sudah lebih dari cukup.
"Sekarang adalah tugas mu. Kali ini lakukan tanggung jawab mu dengan baik, karena kamu sendiri yang memutuskan ini. Soal Zahra, biar Ayah dan Ibu yang akan bertanggung jawab padanya." Ujar Eliana setelah mengajak suami dan menantunya pulang.
"Bu, maafkan Riyan." Ucap Riyan lirih.
Eliana tidak menjawab. Ia begitu mencintai putranya ini, akan tetapi rada kecewa karena di bohongi, sama besarnya dengan cinta yang ia miliki.
Tanpa menjawab pertanyaan dari putranya, Eliana segara menarik tangan Zahra dan keluar dari sana.
"Bu, Zahra mau berbicara sebentar dengan Mas Riyan. Boleh?" Izin Zahra.
"Nanti aja. Nanti setelah dia sudah menyelesaikan masalahnya. Jangan terlihat lagi dengan masalah yang mereka berdua buat sendiri." Ujar Kenan.
Dia begitu tahu bagaimana perilaku dari Friska yang begitu terobsesi dengan adiknya dulu. Dan kini, ia pun yakin hal yang sama sedang terjadi pada putranya. Bedanya, Riyan tidak setegas Kean.
Zahra memilih patuh. Memberikan waktu yang banyak untuk Riyan, mungkin adalah pilihan yang baik untuk saat ini. Ia laku ikut melangkah meninggal akan rumah sakit, sambil sesekali menoleh kebelakang untuk melihat laki-laki yang juga terus menatapnya penuh permohonan.
***
Mobil yang di kendarai Kenan, mulai melaju di jalanan. Laki-laki itu masih terus menutup mulutnya rapat-rapat, sambil sesekali melirik gadis muda yang sedang terdiam menatap keluar jendela mobilnya.
"Sejak kapan kamu mengetahui pernikahan merek?" Tanyanya.
Zahra mengalihkan tatapannya dari pemandangan jalanan yang mereka lewati, lalu menatap ke arah wanita yang kini sudah menoleh ke arahnya.
"Kamu tahu?" Tanya Eliana.
Zahra mengangguk.
"Lalu mengapa kamu tetap mau menikah?" Tanya Eliana lagi.
"Zahra baru mengetahui hal itu sesudah pernikahan, Bu." Jawab Zahra. "Tepat di malam pengantin kami." Sambungnya pelan.
"Dan kamu masih bisa terlihat baik-baik saja?" Tanya Eliana memastikan.
"Bu, bukan pernikahan namanya jika tidak memiliki ujian. Zahra yakin apa yang sedang terjadi, hanyalah cara Allah untuk mendewasakan kami." Jawab Zahra.
Eliana menggeleng.
"Di awal pernikahan dia sudah membohongi mu, bagaimana kamu masih memberinya kesempatan sampai seminggu?" Tanya Eliana tidak percaya dengan sikap yang di ambil menantunya ini.
"Mas Riyan sudah bersusah untuk jujur, Bu. Dan Zahra menghargai itu. Mengertilah, mereka saling mencintai dan tiba-tiba Mas Riyan ingin tetap bertanggung jawab melanjutkan janji untuk menjaga Zahra. Itu adalah sesuatu yang sebagian orang tidak bisa melakukannya." Jawab Zahra.
"Kamu terlalu positif terhadap Riyan." Kesal Eliana.
"Bu, jika sesuatu yang begitu menyakiti kita lihat dari sisi positif nya, maka kesakitan itu tidak akan begitu terasa perihnya. Akan tetapi, jika semua hal hanya akan kita lihat negatif, maka sebaik apapun hal itu, pasti akan menghasilkan kesakitan. Zahra sudah ikhlas atas semuanya, jika memang ini takdir yahh sudah Allah garis kan untuk Zahra." Jawab gadis itu lagi, membuat sepasang suami-istri di hadapannya terdiam tanpa kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Jumadin Adin
meista sama dg friska....pergilah zahra buar riyan tau sakitnya hati
2022-12-23
0
Yenny Vennyca DL
meisya mirip sm friska 🙄
2022-09-20
0
Septiyani Hasanah
dulu kean tegas karena jean ga ada rasa ma msknya meysa lha ini riyan ada rasa,walau saat nikah dia masih belum nyentuh meysa.meysa sama kyak mak nya klo cinta terlalu obsesi.jadibya ambisi harus memiliki padahal jodoh mah Tuhan yg atur.
2022-08-23
0