Bab 17. Kecelakaan Meisya

Riyan ikut masuk ke dalam ambulance yang sedang melaju menuju tempat kecelakaan. Ada perasaan tidak enak mulai hinggap di dalam hatinya, namun, ia berusaha menepis ketakutan itu. Ia mengenal Meisya sejak lama, dan wanita itu sering kali hilang kendali jika berada dalam keadaan yang tidak baik.

Tempat kejadian kecelakaan begitu ramai dengan kerumunan orang-orang. Bahkan petugas medis sedikit sulit menerobos kerumunan itu. Hingga akhirnya, Riyan dan beberapa perawat lain berhasil masuk dan memeriksa isi mobil yang terlibat v dalam kecelakaan itu.

Dua mobil mewah, juga satu sepeda motor terlihat begitu mengenaskan. Ada dua korban yang sudah di nyatakan meninggal, dan beberapa yang lain terluka parah.

"Tolong istri saya.." Riyan tertegun melihat pemandangan di depannya. Sepasang laki-laki dan perempuan yang masih mengenakan baju pengantin sudah terlihat bersimbah darah di dalam mobil mereka. Bahkan setelah mengutarakan permintaan itu, lelaki yang juga masih mengenakan stelan jas lengkap khas pengantin itu, tidak lagi sadarkan diri.

"Dokter tolong ke sini.. " Teriak salah satu perawat yang sedang memeriksa mobil lain.

Riyan tidak mengindahkan teriakan itu. Ia hanya terus melanjutkan pekerjaannya. Memeriksa denyut jadi wanita yang masih lengkap dengan baju pengantin itu dengan hati-hati. Hembusan nafas berat keluar dari bibirnya. Ia lalu meminta perawat yang sedang bersama nya untuk mengeluarkan wanita yang sudah tidak bernyawa itu keluar dari dalam mobil, dan kini dia beralih pada laki-laki yang terluka cukup parah di hadapannya.

"Istrinya sudah meninggal." Ujar Riyan sambil melakukan pertolongan pertama pada laki-laki di hadapannya.

Setelah selesai, Riyan meminta perawat untuk membawa pasien dan jenazah itu ke rumah sakit. Ia lantas melangkah menuju mobil lain yang tergelincir cukup jauh. Langkah nya terhenti, ia menatap lamat-lamat mobil yang tidak asing itu dengan netra nya. Setelah sadar, ia melangkah cepat menuju mobil itu untuk memastikan seseorang yang sedang ia khawatirkan tidak berada di sana.

Tapi sayang, dugaannya memang benar. Kini wanita yang masih mengenakan snelly yang sama saat mereka bertengkar tadi, sudah tidak sadarkan diri dan sedang di tangani oleh dokter lain.

Riyan limbung dan terjatuh ke atas aspal. Kakinya tidak lagi bisa menahan berat tubuh nya.

"Mei.... " Tangannya bergetar hebat. Snelly berwarna putih milik istri pertamanya, sudah berubah warna. Ini pertama kalinya ia merasa pening saat melihat darah manusia. Yah, darah wanita yang terluka karena dirinya, kini berceceran di atas aspal.

"Dokter Meisya selamat, Dok." Ujar perawat yang sejak tadi menemani dokter lain yang sedang kenangani Meisya.

"Mei.. " Ucap Riyan lagi. Ia beranjak dari atas aspal, lalu melangkah menuju tempat di mana Meisya berada.

"Ya Allah, Mei.. Maafkan aku.. " Ucap Riyan berulang kali. Menyesal atas apa yang terjadi hari ini, namun, semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Maafkan aki." Riyan membungkuk memeluk tubuh Meisya yang sedang terbaring di atas ranjang pasien yang sedang di siapkan memasuki ambulance.

"Dokter kita harus segera membawanya ke rumah sakit agar bisa secepatnya di tabgani." Ujar seorang perawat, sambil menarik tubu Riyan menjauh dari Meisya.

Riyan pun menurut, tapi ia tetap ikut masuk ke dalam mobil ambulance yang akan membawa Meisya ke rumah sakit.

Dalam perjalanan menju rumah sakit, Riyan tak henti-hentinya menangis sambil memohon maaf pada istri pertamanya itu. Rasa sesak mulai menggerogoti, nyaris membuat nya sesak.

"Om Erland, Mei kecelakaan, Om." Ucap Riyan terbata pada ponsel yang sedang melekat di telinganya.

Tanpa menunggu jawaban dari ujung ponselnya, benda pipih itu terjatuh begitu saja di dalam mobil ambulance itu.

Beberapa saat kemudian, panggilan masuk ke dalam ponselnya. Riyan sama sekali tidak berniat menerima panggilan itu. Otaknya benar-benar kalut. Ingin sekali ia memaki dirinya sendiri karena sudah membuat Meisya seperti ini.

Tidak lama kemudian, ambulance yang sedang membawa mereka ke rumah sakit, telah tiba di pelataran gedung mewah itu. Riyan yang sudah di penuhi banyak darah milik Meisya, segera turun dari ambulance itu untuk membawa istrinya ke ruangan operasi.

Karena itu bukan lah profesi nya, ia terpaksa harus menunggu di depan ruang operasi. Membiarkan dokter ahli yang memalukan tugas itu.

"Duduk sini, Nak." Ajak Kean saat tiba di depan ruangan dan menadapati keponakannya sedang mondar mandir di depan pintu ruangan.

"Semua ini salah Riyan, Om." Lirih Riyan.

Kean segera menggeleng.

"Sesuatu yang terjadi karena kehendak Nya, tidak ada hubungannya dengan kamu." Jawab nya.

Riyan masih terus berdiri di depan pintu ruangan. Kalimat yang baru saja di ucapkan paman nya itu, sama sekali tidak mampu mengurangi kegundahan hatinya saat ini.

Hingga beberapa saat kemudian, sepasang suami istri yang dulu pernah bekerja di rumah sakit ini, melangkah cepat menuju ke arah nya.

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Erland pada laki-laki yang ia tahu masih di cintai oleh putrinya itu.

Kean yang sedang berada di sana, segera bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati Erland dan Friska.

"Meisya kecelakaan dan sedang di tangani oleh ahlinya." Jawab Kean berusaha menenangkan kedua sahabat nya itu.

"Iya, tapi bagaimana bisa dia kecelakaan, Kean? Yang aku tahu dia sedang bekerja di rumah sakit kamu. Bagaimana bisa ini terjadi." Kali ini Friska yang sudah menodong Kean dengan pertanyaan.

"Ris..

"Semua ini salah Riyan, Tante." Ucap Riyan menyela.

Friska kembali menatap mantan kekasih putrinya itu.

"Maksud kamu apa?" Tanya Friska.

Riyan menatap pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat, kemudian kembali menatap wanita seumuran ibunya itu dengan lekat.

"Riyan dan Mei sudah menikah, dan hari ini kami bertengkar hebat." Jawab Riyan laku tertunduk dalam.

Friska terkejut dengan kenyataan yang baru saja ia terima. Bahkan saking terkejutnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa pada Riyan.

Berbeda dengan seseorang yang juga baru tiba di sana. Tamoaran keras kangusng dia daratkan di pipi putranya itu, tanpa ampun.

"Siapa yang mengajari mu menjadi manusia seperti ini, ha?" Teriak Kenan di sana.

Kean yang terkejut dengan kedatangan Kenan yang begitu tiba-tiba, segera menarik Abang nya itu agar tidak sampai melukai keponakannya.

"Riyan!!" Kenan masih membentak dengan keras, hingga membuat orang-orang yang ada di sana tekejut.

"Bang ini rumah sakit. Kita bicarakan nanti di rumah, ya." Bujuk Kean, dan itu berhasil. Kenan menghembuskan nafasnya kasar karena menahan amarah. Tatapan tajam menusuk, masih terus ia tujukan kepada putranya itu.

"Ibu kecewa padamu." Ucap Eliana sedih.

Bagaimana bisa, anak yang begitu ia percaya tega melakukan pernikahan tanpa sepengetahuan nya.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

riyan gk teges

2022-12-23

0

Yenny Vennyca DL

Yenny Vennyca DL

ribet bener dahhh 😑😑😑

2022-09-20

0

IKa Mariana

IKa Mariana

Mampoos kau Riyan...itu akibat kl membohongi orang tua..udh tau kl restu orang tua penting dlm pernikahan ini malah nikah diem2

2022-08-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!