Bab 20. Dari Zahra Untuk Meisya

"Jangan menggenggam pasir terlalu erat. Karena semakin Mbak menggenggam pasir itu dengan erat, akan semakin banyak pula yang keluar dan akhirnya habis tak tersisa." Ujar Zahra membuat Meisya menoleh.

"Maksud mu?" Tanya Meisya, namun, Zahra segera menggeleng.

"Mbak, jangan terlalu mencintai sesuatu, melebihi cinta kita pada Nya. Allah akan cemburu nanti." Ucap Zahra lagi semakin membuat Meisya bingung.

"Allah Maha segalanya. Dia bahkan bisa menjadi kan sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Aku lebih percaya pada Nya, dari pada percaya pada diriku sendiri." Ujar Zahra lagi.

"Bicara langsung ke intinya, Zahra. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan." Ujar Meisya.

Zahra mengangkat tangannya, lalu menggenggam tangan Meisya yang sedang memegang sebuah buku.

"Mbak bertanya apakah aku mencintainya? Yah, aku jatuh cinta padanya. Begitu besar kuasa yang Allah turunkan padaku, bahkan hanya dalam waktu sebulan, Dia mampu merubah hatiku sampai seperti ini. Aku sangat mencintainya sama seperti dirimu. Kita bisa menjadi teman dan saudara yang baik, dan aku bersedia akan hal itu. Namun, jika Mbak tidak berkenan, maka aku pun tidak akan memaksakan nya. Aku akan kembali memohon pada pemilik hati, untuk mengambil rasa yang Dia titipkan selama hampir dua bulan ini di hatiku. Aku ikhlas merelakan Mas Riyan, karena mungkin dia memang bukanlah takdir ku." Ujar Zahra panjang lebar. Meisya semakin tertegun mendengar penjelasan panjang itu.

Zahra melirik jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu kembali menatap Meisya.

"Ngga terasa ya, Mbak. Waktu yang kita habiskan untuk bercerita begitu panjang. Mbak mau aku bantu makan siang dulu atau gimana? Sebentar lagi aku mau shalat dzuhur di musholah rumah sakit." Tanyanya.

"Temani aku makan dulu." Pinta Meisya.

Zahra mengangguk mengiyakan. Ia lalu melangkah keluar dari dalam ruangan itu untuk meminta petugas mengantarkan makan siang Meisya ke dalam ruangan.

Namun, saat langkah nya keluar dari dalam ruangan itu, Zahra terdiam sebentar sambil menatap laki-laki yang sedang melangkah cepat menuju ke arahnya sambil tersenyum hangat.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Riyan.

"Mau ambil ini. Mbak Meisya mau makan siang." Jawab Zahra sambil menunjuk nampan yang berada di tangan Riyan.

"Tadi aku ketemu mereka di sana." Ucap Riyan, dan Zahra mengangguk. "Masuk lagi yuk." Ajak nya.

"Kau mau ke musholah, ini sudah waktunya shalat dzuhur. Mas sudah shalat, kan?" Tanya Zahra.

"Iya sebelum ke sini, aku mampir dulu ke musholah. Ya udah aku masuk ya.." Pamit Riyan.

Zahra mengangguk.

"Oh iya, Ra. Sarapan dan makan siang nya lezat banget. Terimakasih." Ucap Riyan lagi. Dan Zahra hanya kembali mengangguk.

Setelah tubuh Riyan menghilang di balik pintu ruangan, Zahra segera berbalik dan melangkah meninggalkan ruangan itu bersama air mata yang jatuh membasahi pipi dan hijab nya. Sekuat tenaga ia menahan untuk tetap kuat atas keputusan itu, namun, tetap saja hatinya begitu sedih, saat mengingat ia akan kembali berpisah dengan orang yang di cintai untuk kedua kalinya.

****

Sepeninggal Zahra, di dalam ruangan tempat Meisya dan Riyan berada begitu tenang. Setelah mendengar permintaan Meisya, berbagai macam hal mulai mengganggu hati dan pikiran Riyan. Singapura begitu jauh, dan bagaimana ia meminta izin pada Zahra mengenai kepergian nya itu.

"Besok antar aku ke rumah Daddy, ya. Agar kamu juga bisa mempersiapkan diri meminta izin dari Ibu dan Ayah kamu." Ucap Meisya.

"Mei, aku harus membicarakan hal ini dengan Zahra terlebih dahulu." Ucap Riyan membuat raut kecewa di wajah Meisya terlihat begitu jelas.

"Kamu masih punya waktu untuk berbicara dengannya. Lagian kita baru berangkat minggu depan." Jawab Meisya ketus.

"Baiklah. Kamu makan dulu, ya." Bujuk Riyan.

"Ngga usah, aku udah ga lapar." Meisya menarik selimutnya, lalu berbaring di atas ranjang.

"Mei, jangan seperti ini." Riyan berusaha meraih tangan istrinya itu, namun di tepis dengan kasar.

Karena tidak ingin menyakiti Meisya, ia pun segera beranjak dari kursi itu dan membawa makanan yang ada di atas nakas menuju meja sofa.

"Apa kamu sudah se cinta itu padanya?" Tanya Meisya membuat langkah kaki Riyan terhenti.

"Jangan membawa-bawa Zahra karena keegoisan mu itu. Sudah cukup aku mengalah atas semuanya. Ini bukan hanya kesalahan ku, tapi kamu juga ikut andil dalam masalah rumit ini. Mengertilah, Mei. Jangan semakin mempersulit keadaan. Aku hanya meminta waktu untuk izin padanya, karena kamu dan dia saja pentingnya dalam hidup aku. Aku bertanggung jawab atas kehidupan mu, begitu pula dengan Zahra." Jelas Riyan kesal.

Setelah meletakkan nampan berisi semangkuk makanan untuk istrinya itu di atas meja sofa, Riyan lalu meninggalkan ruangan itu. Musholah, tempat itulah yang menjadi tujuannya saat ini. Ia ingin memastikan jika Zahra masih berada di sana.

Langkah kaki Riyan menyusuri koridor rumah sakit untuk bisa bertemu Zahra. Namun, sayang ketika dirinya tiba di sana, gadis itu tidak lagi berada di sana.

Tanpa membuang waktu, ia kembali melangkah cepat menuju parkiran. Mungkin saja gadis itu masih berada di sana, namun nihil. Zahra juga sudah tidak lagi berada di sana.

Dengan perasaan sedih bercampur rasa bersalah, Riyan melangkah meninggalkan area parkiran itu, dan masuk ke dalam rumah sakit untuk menemani Meisya.

"Kamu di mana?" Tanyanya saat panggilan telepon nya di Terima.

"Ibu memintaku pulang. Ayah mau ke luar kota. Ngga apa-apa kan kalau hari ini tidak bisa membantu menemani Mbak Mei. Kasian Ibu sendiri."

Penjelasan yang ia tahu hanya alasan itu, membuat Riyan meremas kuat ponselnya.

"Aku benar-benar brengsek, Ra." Ucapnya namun, tidak ada jawaban di ujung sana. Hanya helaan nafas yang terdengar begitu berat, menembus ke telinganya.

Beberapa saat kemudian, tanpa mengucapkan salam seperti biasa, panggilan itu berakhir.

*****

Hai semuanya, hari ini aku crazy lima bab yaa 🥰

Dan sebagai penutup aku mau rekomendasi novel punya teman aku, "Goresan Luka" mampir yaa semuanya...

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

zahra ayo tinggalkan riyan.mada depanmu mungkin tdk dg riyan

2022-12-23

0

Azizi

Azizi

Setia menunggu Zahra

2022-08-23

0

IKa LesTari

IKa LesTari

ditunggu crazy up selanjutnya ya akak

2022-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!