Bab 10. Flashback Part 6

"Permisi." Seorang wanita cantik yang tak termakan usia membuka pintu kamar putranya. "Ada Zahra." Sambung Eliana saat Riyan menatap nya penuh tanya.

"Kok ga ketuk pintu ? Riyan udah besar loh, Bu." Ujar Riyan yang terlihat begitu terkejut dengan ulah sang ibu yang tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam kamarnya.

Eliana terkekeh mendengar omelan putranya.

"Ayo temui Zahra dulu, ada hal penting yang ingin dia sampaikan padamu." Ajaknya.

Riyan mengangguk, lalu beranjak dari meja kerjanya kemudian mengikuti ibu nya keluar dari dalam kamar itu menuju lantai bawah.

Beberapa saat kemudian, Riyan tiba di ruang tamu tempat Zahra berada. Mendengar langkah kaki yang semakin mendekat, gadis dengan terusan panjang itu mendongak. Membalas senyuman wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping laki-laki, yang wajahnya selalu saja mengingatkan Zahra pada seseorang yang telah lebih dulu menghadap kepada sang kuasa, kemudian ia kembali menunduk dalam.

"Ibu tinggal ya." Eliana menepuk pelan bahu putranya, kemudian melangkah menjauh dari ruangan itu. Memberikan waktu dan ruang untuk dua orang yang belum saling mengenal dekat, untuk membicarakan banyak hal. Yah, serumit apapun suatu masalah, salah satu jalan yang paling baik untuk di ambil adalah membicarakannya.

Laki-laki muda yang kini berprofesi sebagai dokter di rumah sakit terbaik milik keluarga itu mengangguk. Menatap sebentar wanita yang menjadi cinta pertamanya berlalu dari ruangan itu, lalu melangkah mendekati sofa dan duduk di hadapan gadis yang masih saja menunduk dalam.

"Kapan Mas bersedia menikahi ku ?" Tanya Zahar pelan.

Riyan masih nampak begitu tenang sambil memperhatikan Zahra yang terus tertunduk.

"Kamu siapnya kapan?." Jawab Riyan masih dengan wajah datar dan tenang.

Zahra mendongak. Mendengar jawaban dingin dan datar itu, membuat hatinya sedikit tidak nayaman.Tidak bukan jawaban dingin, tetapi pertanyaan di jawab dengan pertanyaan. Bukankah laki-laki yang ada di hadapannya ini, yang memintanya untuk tetap melanjutkan pernikahan ? Lalu apa yang ia temui hari ini ? Senyum miris di bibir Zahra terlihat.

"Aku melakukan ini hanya karena ingin menghargai kebaikan Om Ken dan Tante El kepada panti asuhan kami. Kamu tidak perlu bersikap dingin padaku, Mas. Jika tidak ingin, maka jangan memaksakan diri." Ujar Zahra.

Riyan terkejut dengan kalimat yang baru saja ia dengar. Apa jawabannya menyinggung gadis yang ada di hadapannya ini ?

"Maksud aku..

"Aku ngerti. Kita sama-sama membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan." Sela Zahra cepat.

Riyan kembali terdiam. Ia tidak menyangka, jika gadis yang terlihat pendiam selama ia tiba di sini sejak satu bulan ini, begitu berani melontarkan kalimat penuh kekesalan padanya.

"Beri aku waktu. Kita akan menikah setelah aku kembali melamar mu secara resmi. Tempat, dekorasi pernikahan dan lain sebagainya tidak akan ada yang berubah. Semuanya akan sama seperti yang dulu pernah di atur oleh kedua orang tua ku untuk kamu dan Rayan." Ujar Riyan masih terus menatap lekat gadis di depannya.

Zahra menarik nafasnya dalam-dalam. Entah pernikahan seperti apa yang akan ia jalani nanti kedepannya. Menikah dengan laki-laki yang memiliki wanita yang di cintai. Selama ini, ia tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi wanita yang merusak hubungan orang lain.

Di rumah sakit, kisah asmara kedua dokter itu, begitu populer di antara para karyawan rumah sakit.

"Jika seperti itu, katakan apa yang ahrus aku lakukan setelah menikah nanti." Ucap Zahra.

"Menjadi seorang istri seperti biasanya, lalu apa lagi." Jawab Riyan heran.

Zahra mengepalkan tangannya karena kesal bercampur gemas dengan laki-laki di hadapannya ini. Sekian tahun ia menjadi asisten perawat untuk Rayan, hingga kini menjadi bagian penting di rumah sakit milik keluarga Hermawan, ia tidak pernah mengetahui atau mencari tahu siapa dan bagaimana kehidupan seorang Riyan.

"Mas, kita ngga saling kenal. Kamu ngga tahu aku seperti apa, begitu pun sebaliknya. Jadi menurut aku, kamu perlu menceritakan hal-hal penting tentang dirimu agar aku tidak melakukan kesalahan." Ujar Zahra.

Riyan tersenyum melihat tingkah Zahra yang terlihat jelas begitu geregetan karena sikapnya hari ini.

"Jangan menjadi wanita yang sempurna, Zahra. Kamu masih manusia, dan aku pun begitu. Yang paling penting adalah, aku ingin meminta kepercayaan kamu. Untuk selanjutnya biarlah semua berjalan apa adanya." Jawab Riyan. "Aku mengerti niat baik kamu untuk menjadi istri yang baik. Tapi aku masih sebatas manusia yang tidak tahu dimana batas kepuasan aku sendiri. Aku tidak ingin menjadi laki-laki yang akan terus menuntut istri hanya karena ketidakpuasan ku sendiri." Sambungnya. Bukan, bukan karena tidak ingin Zahra menjadi istri terbaik untuk nya, tetapi karena memang dirinya belum pantas di perlakukan seperti itu oleh seorang Zahra.

Zahra hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam, untuk mengurangi kekesalan di dalam hatinya. Biarlah, ia akan mengikuti kemana takdir ini akan membawanya nanti.

"Aku hanya ingin kepercayaan kamu saja, bisa kan?" Tanya Riyan lagi.

Setelah menghembuskan nafasnya perlahan, Zahra mengangguk mengerti. Sepertinya laki-laki yang ada di hadapannya ini sangat jauh berbeda dari Rayan, kekasihnya.

"Jadi aku tidak perlu menyiapkan apapun lagi kan?" Tanya Zahra.

"Pakailah apa yang sudah kamu siapkan. Aku pun begitu." Jawab Riyan.

"Setelah nikah kita tinggal di mana ?" Tanya Zahra lagi.

"Aku ikut aja kamu maunya di mana. Tapi akan lebih baik kita tinggal di rumah ini bersama Ayah dan Ibu. Selain karena rumah ini lebih dekat dengan rumah sakit, aku juga anak tunggal sekarang. Aku takut Ayah dan Ibu kesepian. Tidak apa-apa, kan?" Jawab Riyan.

"Baiklah. Kalau begitu aku permisi ke rumah sakit." Pamit Zahra.

"Kamu kesal ?" Tanya Riyan. Sepertinya membuat gadis di hadapannya ini menahan kesal, membuatnya merasa sedikit lebih baik.

Zahra menggeleng. Ia meraih tas kecil yang ia letakkan di atas sofa di sampingnya, lalu beranjak dari sofa mewah itu untuk berpamitan pada calon ibu mertuanya.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi, Zahra melangkah melewati Riyan yang terus menatapnya heran.

"Kalian berencana mau bulan madu ke mana ?" Tanya Riyan.

Zahra berbalik, ia terkejut saat melihat Riyan sudah berdiri tepat di belakanganya.

"Hanya itu yang ingin Mas tanyakan padaku ?" Tanyanya kesal. Siapa yang tidak kesal, dari sekian banyak hal penting yang harus lelaki ini tahu tentang hidupnya, hanya pertanyaan tempat bulan madu yang ia dapatkan.

"Itu bagian paling penting dalam pernikahan, kan ?" Tanya Riyan masih terus menatap wajah yang sudah memerah di hadapannya. "Jangan bilang kamu dan Rayan tidak pernah membahasnya." Sambungnya dengan nada meledek.

"Rayan tidak semesum dirimu." Jawab Zahra kesal. Setelah memukul kepala Riyan dengan tas kecilnya, gadis cantik dengan terusan panjang itu berlalu dari ruangan dengan kekesalan yang memuncak.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

zahra TOP

2022-12-23

0

Kim

Kim

wowwwww kerennn,,,Zahra berani juga🤣🤣🤣

2022-08-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!