Bab 16. Mulai Berubah

Setelah memastikan Zahra sudah masuk ke dalam pelataran rumah, Riyan kembali melakukan mobilnya menuju rumah sakit. Ada hal yang ingin kembali ia tegaskan pada Meisya. Sejak awal, ia memilih untuk tidak menikah, dan memberi kebebasan pada istri pertamanya itu untuk menerima laki-laki lain yang jauh lebih baik darinya, namun, Meisya tetap kekeuh pada keinginannya. Dan kini, Zahra ikut menjadi korban atas kebodohannya itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Riyan sudah terparkir di pelataran rumah sakit. Lelaki yang masih mengenakan snelly dokternya, segera keluar dari dalam mobilnya dan melangkah cepat masuk ke dadakan rumah sakit.

"Tolong minta dokter Meisya untuk ke ruangan saya." Perintahnya pada perawat yang menjadi asisten Meisya. Ia laku kembali melanjutkan langkah menuju ke ruangan nya.

Beberapa saat menunggu, wanita yang masih mengenakan jas putih sama seperti dirinya, masuk ke dalam ruangan lalu kembali menutup pintu ruangan itu dengan rapat.

"Duduk situ." Perintah Riyan pada istri pertamanya.

Meisya mengangguk, kemudian melangkah menuju sofa dan duduk di sana.

"Mei, aku sudah bilang kan aku tidak ingin menyakitimu lebih dalam lagi. Untuk itu aku menolak saat kamu meminta ku menikah. Kamu tahu aku tidak bisa mengabaikan Zahra. Aku merasa bertanggung jawab atas dia, Mei. Tolong jangan libatkan dia dengan kemarahan mu sampai membuat seluruh karyawan rumah sakit ini membencinya. Jika kamu ingin mencari siapa yang salah, maka akulah orang nya. Aku yang bersalah di sini, tolong jangan libatkan dia. Pagi ini, Zahra bahkan menolak saat aku ajak ke rumah sakit, karena dia tidak ingin menyakiti mu." Jelas Riyan.

"Jadi kamu nyesal nikahin aku? Begitu?" Meisya menatap Riyan dengan mata berkaca-kaca. "Lagi pula gadis itu memang pantas mendapatkan penghinaan itu." Lanjutnya.

"Bukan gitu, Mei. Tapi jika Zahra di benci oleh seluruh orang di rumah sakit ini karena ulah kita, itu tidak adil namanya. Kenapa bukan aku saja yang kamu bilang penghianat atau semacamnya. Dan biarkan orang-orang di sini menghujat ku atas apa yang terjadi di antara kita." Jawab Riyan dengan nada suara yang sedikit meninggi.

Meisya tersenyum miris. Yah, semuanya sudah berubah. Riyan yang sekarang tidak lagi sama dengan Riyan yang dulu.

"Apa kamu mencintainya?" Tanya Meisya lirih.

Riyan terdiam. Cinta? Sepertinya kata itu masih samar, namun, ada sebuah tanggung jawab yang terus menuntut dirinya agar tidak melukai Zahra.

"Jawab aku, Riyan!" Tegas Meisya.

"Aku belum memastikan hal itu, Mei. Tapi yang jelas, aku tidak bisa meninggalkan dia." Jawa Riyan.

"Lalu bagaimana dengan ku?" Tanya Meisya. Beberapa titik air mata mulai jatuh membasahi pipinya.

"Jika kamu mau, aku akan mengatakan tentang pernikahan kita pada kedua orang tua ku. Dan Zahra pun setuju untuk tetap bersama kita." Bujuk Riyan.

"Maksudmu?" Meisya mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya.

"Mei, dalam Islam tidak di larang...

"Nggak! Aku ngga mau di madu!" Tegas Meisya.

"Mei sejak awal kamu sudah menyetujui hubungan rumit ini. Bukan kah lebih baik kita perjelas semuanya." Ujar Riyan lagi. Namun, Meisya terus menggelengkan kepalanya, bersama air mata yang terus jatuh membasahi pipi.

"Bukan ini yang aku mau, Yan. Bukan seperti ini yang aku harapkan dari kisah rumit ini. Aku pikir kamu bisa jujur dengan Zahra, dan setelah itu menyelesaikan pernikahan kalian." Lirih Meisya menyayat hati.

"Aku ga bisa lepasin dia, Mei. Dan Zahra pun akan menerima apapun keputusan ku."

"Tapi aku tidak bisa menerima keputusan mu." Jawab Meisya masih dengan air mata yang terus menetes membasahi wajah hingga pakaiannya.

"Dan aku akan tetap dengan keputusan ku. Kamu bebas menentukan pilihan, Mei. Aku tidak akan melarangnya, untuk itulah surat perjanjian itu aku buat." Tegas Riyan.

"Persetan dengan surat perjanjian itu! Aku tidak peduli, Riyan. Kamu pikir tujuan aku memaksa mu menikahi ku karena apa, ha? Karena aku ingin hidup bersamamu." Jelas Meisya dengan nafas tersengal juga air mata yang seakan tidak akan habis dan terus jatuh membasahi pipinya.

Tanpa mendengar apapun lagi, ia segera keluar dari dalam ruangan itu tanpa menoleh pada laki-laki yang sedang duduk di sofa. Kali ini ia benar-benar terluka.

Riyan benar-benar menginginkan Zahra, begitulah yang ia tangkap dari wajah laki-laki yang di cintai nya itu. Namun, bagaimana semua ini terjadi? Secepat itu kah gadis seperti Zahra mampu menarik perhatian laki-laki yang sudah bertahun-tahun mencintainya?

Setelah keluar dari ruangan Riyan, Meisya langsung menuju ruangan kerjanya dan mengambil tas yang berisi barang-barang pribadinya, kemudian meninggalkan rumah sakit itu. Kepalanya sakit, dadanya seakan mau pecah karena menahan sesak. Dia ingin pergi jauh dari sana, agar hatinya bisa sedikit lebih baik.

Riyan pun ikut keluar dari rumah sakit, berusaha menahan Meisya agar jangan pergi dalam keadaan seperti itu. Namun sayang, mobil milik Meisya sudah melaju kencang meninggalkan pelataran rumah sakit. Riyan mengusap wajahnya kasar, lalu kembali masuk ke dalam rumah sakit.

"Apa semua baik-baik saja?" Seseorang mendekat dan menepuk bahu Riyan.

"Om Kean." Riyan menatap adik Ayahnya itu dengan sendu, kemudian menggeleng.

"Kenapa tidak selesai kan dulu dengannya, sebelum kemudian memutuskan menikah dengan Zahra. Menikah bukan perkara mudah. Kamu akan merasa berat meninggalkan, walaupun kamu tidak mencintainya. Karena pernikahan bukan hanya soal cinta, tetapi juga sebuah tanggung jawab." Jelas Kean.

Riyan kembali mengusap wajahnya. Dan kini ia pun mengabaikan tanggung jawabnya pada Meisya.

"Riyan salah banget, Om." Ucapnya.

"Semua manusia tepatnya salah. Yang tidak baik itu jika sudah tahu salah, tapi enggan meminta maaf." Ujar Kean lagi. "Om dengar beberapa suster juga sedang membicarakan Zahra. Kasian dia." Sambung Kean.

Riyan mengangguk. Karena memang ia pun mendengar secara langsung orang-orang itu menghakimi Zahra.

"Semua pasti ada jalan keluarnya." Ujar Kean memberi semangat pada keponakan nya. "Ada apa?" Tanya Kean pada beberapa karyawan yang bertugas sebagai sopir ambulance, terlihat sedang berlari menuju depan.

"Ada kecelakaan di persimpangan jalan, Dok." Jawab salah satu yang ada di sana.

"Ya sudah cepat periksa. Riyan...

Kean terkejut saat mendapati keponakannya tidak lagi berada di sana.

Terpopuler

Comments

Siti Nurhayani

Siti Nurhayani

aq jg ikut merasakannya kesakitan mu maysha.😭😭😭.. sampe gk mood klo bis baca novel satu nih... padahal cma halu tp nympe k dunia nyata hadeeeh🤦‍♀️🤦‍♀️

2022-08-22

1

Nurul Azizah

Nurul Azizah

riyan lebih gercep on kean wkwk

2022-08-22

1

IKa Mariana

IKa Mariana

Skrg jd ribet sendiei kan...makanya jg laki tuh yg teges,, mau secinta apapun harus punya pendirian jgn malah luluh dan di kendaliin ama cewek...lagian pernikahan Riyan sm Meisya nggk sah...krn ayahnya masih ada malah nikah diam2

2022-08-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!