Bab 4. Patah Hati

POV Gio

~Melarikan diri agar tidak semakin merasa terluka oleh takdir yang tidak berpihak, perlu dilakukan. Aku yang tidak bisa memilikinya, juga perasaan ku yang tidak berbalas, membuatku memilih menjauh. Menjadi seorang pengecut di negeri sendiri, dan memulai kehidupan baru di negeri orang. Berharap, suatu hari nanti Allah akan mengirimkan seseorang yang kembali menggetarkan hatiku, seperti Aira.~

****

Pagi yang indah di Singapura. Pemandangan sungai yang kini menjadi salah satu tempat paling banyak di kunjungi karena menyediakan banyak cafe dan resto di sekitarnya, nampak begitu indah. Aku duduk di balkon apartemen sambil membuka lembar demi lembar majalah bisnis yang di kirimkan langsung oleh sahabat ku di Indonesia.

Abidzar, wajah laki-laki yang kini memenangkan gadis yang ku cintai, mengisi sampul majalah bisnis. Aira memang tidak salah memilih laki-laki. Aku sangat mengenal sepupu ku itu, dia adalah laki-laki yang baik juga memiliki keluarga yang luar biasa sama seperti ku. Hanya mungkin kami memiliki takdir yang mengenaskan karena mencintai orang yang sama.

Secangkir kopi yang aku sajikan sendiri usai menunaikan ibadah shalat subuh, sudah tandas. Aku menutup majalah yang ada di tangan ku, lalu beranjak dari tempat duduk ku. Orang-orang terkasih di Indonesia, mungkin kini sedang melaksanakan kewajibannya masing-masing pada sang pencipta. Berbeda di tempat ku yang sebentar lagi, mentari akan terbit.

Beberapa saat aku berdiri di balkon apartemen ku. Menatap keindahan alam, yang menegaskan bahwa begitu hebatnya pencipta alam ini. Bagaimana aku bisa meragukan kekuasaan-Nya atas takdir ku, sementara alam yang begitu luas ini, di ciptakan oleh-Nya.

Sejenak aku terdiam, hingga akhirnya jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan ku, memaksa kaki ku beranjak dari tempat ternyaman ini untuk kembali berjibaku dengan banyaknya pekerjaan.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar mewah ku. Menyiapkan berbagai barang keperluan ku sendiri. Tas kerja, juga baju kerja aku siapkan sendiri. Yah, setelah di tinggal nikah oleh gadis yang aku cintai, aku memilih untuk sendiri. Tidak bukan memilih, hanya memang belum ada gadis yang mampu menggetarkan hatiku sama seperti Aira.

Setelah menyiapkan pakaian kerja, aku melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Menyibukkan diri dengan pekerjaan, adalah salah satu cara terbaik untuk melupakan kegundahan hati. Tidak hanya membuat otak kita sibuk untuk tidak memikirkan sesuatu yang memang tidak ditadirkan untuk kita, tetapi juga membantu kita untuk tidak memikirkan hal-hal yang akan merugikan.

Kemeja berwarna biru berpadu dengan celana panjang hitam berbahan kain, sudah melekat sempurna di tubuh ku. Aku menatap pantulan tubuh ku di depan cermin di ruang ganti, lalu tersenyum untuk diriku sendiri. Menguatkan hati ku sendiri, agar tidak terus menerus terperangkap dalam rasa yang tidak terbalas itu.

"Morning, Gio."

Aku tersenyum, lalu menganggukkan kepala untuk membalas sapaan gadis yang hampir setiap pagi berpapasan dengan ku di lift apartemen. Dia Naina, sama-sama berasal dari Indonesia, dan seorang mahasiswi di salah satu universitas terbaik di Singapura.

"Mari, Naina." Pamit ku saat lift yang kami gunakan sudah berhenti di lantai dasar apartemen.

Setelah mendapat ucapan selamat tinggal seperti di pagi biasanya, aku segera melangkah menuju sepeda ku, dan meninggalkan tempat parkir apartemen.

Mungkin di luar sana tidak ada yang tahu bagaimana keadaan hatiku saat ini. Karena, aku selalu bersikap seperti orang yang tidak terjadi apa-apa dalam hidup. Inilah aku. Meskipun hati ku hancur karena perasaan yang tidak berbalas itu, aku tidak ingin ikut menularkan kehancuran ku itu pada orang lain. Bagiku, lukaku cukup aku yang tahu, dan tidak perlu seluruh dunia ikut merasakannya.

Cukup lama aku mengayuh sepeda ku di jalanan kota Singapore River. Jalanan yang indah, dengan pemandangan sungai aku susuri dengan sepedaku. Hingga beberapa saat kemudian, aku tiba di sebuah bangunan berlantai milik Oma. yang sekarang menjadi tempat ku bekerja.

Hotel berbintang milik wanita yang begitu menyayangi kamu, kini resmi menjadi milik ku. Mungkin saat orang melihat kehidupan ku saat ini, tidak akan ada yang menyangka jika aku terlahir dari keluarga yang di titipkan banyak keberuntungan oleh sang maha kuasa, terutama harta.

Tidak hanya Papa yang memiliki aset dengan penghasilan fantastis. Mama pun terlahir dari keluarga yang berpunya. Aku dan adik ku, Gia tida pernah kekurangan mengenai kebutuhan hidup kami.

Tapi perlu di garis bawahi, kebutuhan hidup tidak hanya tentang harta. Mencintai seseorang, juga di cintai oleh seseorang adalah salah satu kebutuhan hidup yang tidak boleh dianggap sepele. Karena aku sudah merasakannya. Bahkan jika kita memiliki segalanya, belum tentu mampu menghapus kegundahan saat kita tidak bisa memiliki orang yang kita inginkan.

"Morning, Pak." Sapa resepsionis hotel.

"Morning." Balasku sambil terus melangkah menuju ruang kerja ku. Sebenarnya aku tidak perlu menghabiskan waktu ku di sini, karena semua yang ada di sini sudah terhubung ke komputer yang ada di apartemen ku. Namun, ada hal lain yang ingin aku hapus perlahan dengan menggunakan pekerjaan. Membuat diri ku sibuk dengan pekerjaan, agar tidak punya waktu untuk meratapi kesedihan ku.

Cinta terbaik adalah cinta yang mengikhlaskan. Karena, tidak semua cinta akan berakhir saling memiliki. Terkadang, Allah menghadirkan rasa itu hanya untuk menghuni ruang hati. Dan jika tiba saat nya nanti, Allah akan kembali mengganti cinta yang baru. Begitulah yang aku percayai hingga saat ini. Mungkin bagi sebagian orang, itu terasa konyol. Tapi memang seperti itulah yang terjadi. Kenyataanya banyak di luar sana yang mengalami hal serupa sama seperti yang aku alami saat ini.

Jangankan rasa yang belum terucap seperti milikku. Di luar sana bahkan ada yang gagal menikah karena memang Allah tidak menakdirkan di insan itu menyatu. Ada yang lebih parah lagi dari batal nikah, yaitu sudah di beri kesempatan untuk saling memiliki tapi kemudian kembali di pisahkan. Entah karena sudah lebih dahulu menghadap sang kuasa, atau di tinggalkan karena lebih memilih hidup bersama orang lain.

Yang pasti, setiap manusia yang masih menikmati udara di dunia, akan selalu menemui ujiannya masing-masing. Hanya perlu menyiapkan diri untuk menghadapi setiap ujian itu. Dan beruntunglah bagi orang yang mampu melewati semua itu dan terus percaya jika apapun yang datangnya dari Allah, pasti baik. Setiap takdir baik, maupun buruk yang datangnya dari Allah, pasti baik. Kita sebagai manusia cukup percaya saja, bahwa semua yang terjadi akan ada hikmahnya masing-masing.

***

*NoteAuthor

Hai semuanya, masih ingat kisah Gio, Aira dan Abidzar kan ? Yang belum baca boleh mampir ke "Berbagi cinta Wanita Kedua" Kisah mereka ada di Season 3 yaa 🥰Terus cuplikan kehidupan Gio dan Meisya, ada di Season 4 nya, walau ngga banyak 🤗

Terpopuler

Comments

Nurul Azizah

Nurul Azizah

wah iya ternyata beneran skrg ceritanya masih lanjut dr novel yg part nya paling panjang, tadi riyan rayan anaknya Ibu El sama kenan Cucunya Ibu Zia
di part ini bahas cucunya Zidan klo ga salah ya kak, sampe lupa namanya Pokoknya anaknya Zidan yg cewek adenya Alfaraz

2022-08-15

1

afa

afa

makanya aku bingung,bukannya Meisya itu SM gio ya kok bs SM Riyan ternyata ini kisahnya...

2022-08-15

1

Yuli Wirnawan

Yuli Wirnawan

suka ceritanya update crazy thor

2022-08-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!