Bab 11. Flashback End

Meisya menangis dalam pelukan Riyan. Setelah mendengar kabar tentang lamaran kekasihnya untuk gadis lain, membuat hatinya tersayat perih.

"Nikahi aku." Pintanya bersama tangisan yang semakin pecah.

"Mei, itu hal yang tidak mungkin aku lakukan. Aku tidak mungkin membatalkan pernikahan ku dengan nya. Akan seperti apa perasaan Ayah dan Ibu nanti. Berikan waktu untukku menjelaskan semua nya pada Zahra. Mungkin setelah itu, Zahra akan memilih berpisah, dan jika itu terjadi, barulah aku bisa menikahi mu." Jelas Riyan sambil terus mengusap lembut rambut Meisya, agar kekasihnya itu bisa sedikit lebih tenang.

"Nggak! Kamu pasti akan lupa tentang aku, Yan. Nikahi aku, sebagai jaminan bahwa kamu tidak akan pernah berpaling." Meisya masih memeluk erat tubuh Riyan. Air matanya sudah membasahi kemeja kekasihnya itu. Sumpah demi apapun, ia tidak akan mau Riyan meninggalkan dirinya tanpa kepastian.

"Lalu bagaimana? Nikah seperti apa yang kamu maksud?" Tanya Riyan beruntun. "Kita berdua sama-sama masih punya orang tua, Mei. Bayangkan bagaimana kecewanya mereka, jika kita melakukan hal sakral itu tanpa sepengetahuan mereka." Jelasnya lagi. Namun, gadis yang terus menangis dalam pelukannya, hanya terus menggelengkan kepala.

"Apapun itu, asalkan aku bersama mu." Jawab Meisya serak.

"Mei dengarkan aku. Kita tidak boleh melakukan hal itu." Ucap Riyan lagi mencoba untuk membuat kekasihnya mengerti.

"Apa kamu mencintai ku?" Tanya Meisya. Mini mata sembabnya sudah menatap wajah Riyan dengan begitu lekat.

Riyan mengusap dahi wanita yang ia cintai itu dengan sayang, kemudian mengangguk membenarkan. Yah, dia mencintai Meisya, hanya itu yang ia tahu sampai saat ini.

"Kalau begitu ayo kita nikah. Untuk resminya, biar nanti kita urus setelah perceraian kalian. Ini hanya sebagai pengingat untuk mu, bahwa masih ada aku yang setia menunggumu." Pinta Meisya memohon.

Cukup lama Riyan menatap Meisya. Hingga akhirnya ia mengangguk mengiyakan permintaan yang hampir mustahil itu.

"Tapi harus seusai aturan ku. Ini semua demi kamu, Mei. Aku tidak mau kamu di rugikan karena keegoisan ku. Egois karena tidak bisa menentukan pilihan antara kamu dan dia. Walau aku tidak mencintainya, tapi kamu dan dia sama berharganya." Ujar Riyan. "Aku pun akan melakukan hal yang sama terhadap Zahra, kamu jangan khawatir." Sambungnya lagi.

Tanpa berpikir panjang tentang apa yang akan di lakukan Riyan padanya, Meisya segera mengangguk. Yang paling penting adalah, Riyan mau menikahi nya. Dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan jika laki-laki yang kini sudah kembali memeluk tubuhnya, tidak akan melupakan hubungan mereka, dan pergi begitu saja.

****

Waktu yang begitu panjang di lalui Riyan hari ini. Pagi yang begitu indah, kini berganti senja yang sama indahnya. Ada beberapa hal yang harus ia siapkan untuk pernikahan sirih di antara dirinya dan Meisya.

Meisya mengatakan alasan yang sering terjadi, yaitu hubungan mereka tidak mendapat restu. Dan penghulu yang sudah terbiasa menikah kan sepasang kekasih yang melarikan diri dari keluarga. Dengan alasan untuk menghindari zina, maka penghulu tersebut pun bersedia menikahkan mereka.

Kini Riyan bersiap mengucapkan ijab kabul untuk Meisya. Namun, bayangan tentang Zahra terus saja masuk ke dalam otaknya, hingga ia harus berulang kali melafazkan kalimat Kobul itu agar sah.

Setelah pernikahan rahasia itu selesai, Riyan membawa Meisya pulang ke rumah orang tua istrinya itu. Ibu untuk menghindari kemungkinan yang akan semakin memperumit masalah di antara mereka.

"Ingat Mei, pernikahan ini hanya ada di antara kita berdua. Aku benar-benar takut mengecewakan Ibu dan Ayah." Ucap Riyan sambil terus melajukan mobilnya menuju kediaman kedua orang tua Meisya.

Meisya masih tertunduk dalam. Bahkan setelah Riyan menikahi nya, entah mengapa rasa sedih ini masih belum juga pergi. Ia berharap, setelah Riyan berhasil mengucapkan kalimat sakral itu, rasa sedih yang sejak pagi ini menderanya, akan menghilang perlahan dan berganti bahagia. Namun, semua yang ia rasakan kini, tidak seperti yang ia bayangkan.

"Ada apa?" Tanya Riyan.

"Apa harus kita melakukan perjanjian seperti ini? Aku istri kamu, Yan. Kenapa kamu ngga mau menyentuh ku?" Tanya Meisya sambil memandangi selembar kertas yang ada di atas pangkuannya.

"Semua yang aku lakukan hari ini, adalah untuk kebaikan kamu, Mei. Aku tidak mau nanti kamu merasakan di rugikan karena ulah ku." Jawab Riyan.

Mei tidak lagi menanggapi. Dirinya lah yang memaksakan pernikahan ini, itu berarti ia harus siap atas semua yang dirasa tidak sesuai.

"Tapi sekali aja. Malam ini kita nginap di hotel, ya? Pintanya masih belum ingin menyerah. Mencari kesempatan agar dirinya bisa benar-benar menjadi istri seutuhnya untuk Riyan.

Namun, gelengan kepala dari Riyan kembali mematahkan angannya.

"Tunggu sebentar saja. Aku akan menjelaskan perlahan pada Zahra. Dia gadis yang baik, dan aku yakin dia akan mengerti dengan masalah kita." Bujuk Riyan.

"Janji ya.. Kamu juga harus melakukan hal yang sama terhadap gadis itu." Ujar Meisya. Ia dan Riyan sudah menjalin hubungan cukup lama, dan ia tahu persis bagaimana laki-laki di sampingnya ini. Sekuat apapun ia memaksa untuk membawa Riyan ke hotel malam ini, hasilnya hanya akan sia-sia.

"Aku janji. Apa yang aku lakukan padamu hari ini, akan aku lakukan padanya juga. Tolong bersabar sebentar saja." Riyan mengusap lembut puncak kepala Meisya. Terbesit rasa bersalah di hatinya karena sudah melakukan hal ini, akan tetapi ia pun tak tahu harus berbuat apa untuk meyakinkan Meisya jika wanita yang ada di sampingnya ini masih begitu berarti di dalam hati nya. "Turun sana. Aku ingin menyapa Tante Friska dan Om Erland, tapi sudah sangat malam. Lain kali aja." Imbuhnya.

Meisya kembali menghambur dan masuk ke dalam pelukan Riyan.

"Aku sungguh mencintai, mu." Ucap Meisya lagi.

"Aku juga." Jawab Riyan. Pelukan erat perlahan terlepas. Mengecup kepala Meisya berulang kali, lalu ikut turun ke luar dari mobil untuk mengantar Meisya masuk ke dalam gerbang rumah.

"Besok bisa jemput aku lagi, kan?" Tanya Meisya.

Riyan menggeleng.

"Aku harus menjaga banyak pandangan, Mei. Ayah dan Ibu pasti akan sangat marah. Hari ini aku mengatakan pada mereka, hanya ingin menyudahi hubungan kita. Aku harap kamu mengerti." Jawab Riyan lirih.

Misya berusaha tetap tersenyum, walau hatinya kini merintih perih. Beberapa detik kemudian, ia kembali membawa tubuhnya dan masuk ke dalam pelukan Riyan.

"Ini yang terakhir. Nanti aku akan mengatakan hal yang sama juga pada Mom dan Daddy." Jawabnya.

"Terimakasih, Mei." Ucap Riyan tulus.

"Aku akan sabar menunggumu hingga nanti." Ucap Meisya lagi. Dokter cantik itu lalu melangkah masuk ke dalam pelataran rumah, bersama dengan air mata yang mulai turun membasahi pipinya.

Terpopuler

Comments

Reni giany

Reni giany

meisya ini kayaknya calon pelakor yg gigih tuk ngerusak rmh tngga Riyan

2022-09-02

0

Kim

Kim

kalian berdua sama gilanya,,,pliss Meisya jangan karena obsesimu terhadap Riyan,kamu menghancurkan hidup mu sendiri,,,pernikahanmu tidak sah,,,,orang tuamu masih ada

2022-08-20

2

naniek suhastuty

naniek suhastuty

ahh dokter riyan kok malah dinikahi siri dokter meisya..kasian zahra yg dibohongi dokter

2022-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!