Bab 14. Keresahan Rianti

Mobil yang di kendarai Riana sudah berhenti di depan rumah sakit tempat Zahra bekerja. Dengan hati-hati, Zahra keluar dari dalam mobil milik sepupu dari suaminya itu, lalu berpamitan masuk ke dalam rumah sakit untuk memulai pekerjaannya. Ia tahu ini bukanlah hal yang muda, namun, ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan sebelum kemudian memilih mengundurkan diri demi kenyamanan bersama.

"Kenapa belum berangkat?" Tanya Fikri heran karena mobil yang katanya akan mengantar dirinya ke perusahaan, masih belum juga bergerak padahal tubuh Zahra sudah menghilang di balik pintu rumah sakit.

"Sebentar." Jawab Riana masih terus melihat ke sisi kana dan kiri, entah apa yang ia cari di area parkiran itu.

"Jika kamu masih punya urusan lain, aku akan naik taksi." Ujar Fikri. Lelaki itu terlihat membuka pintu mobil dan bersiap keluar dari sana.

"Oke kita berangkat. Maafkan aku." Ujar Riana tidak enak. Meskipun sedikit kesal karena rencananya gagal untuk menggunakan laki-laki di dalam mobilnya ini sebagai tameng agar niat ibu dan ayahnya mencarikan jodoh untuknya gagal, Riana tetap berniat mengantar lelaki itu ke tempat kerjanya. "Kamu kerja di mana?" Tanyanya sambil melajukan mobilnya meninggalkan parkiran rumah sakit.

"Saya belum bekerja. Hari ini mau ikut wawancara di sebuah perusahaan." Jawab Fikri tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. Sedangkan Riana sesekali melirik laki-laki itu dari spion mobilnya.

"Jadi perusahaan mana yang menerima mu?" Tanya Riana lagi.

Fikri pun menyebutkan nama hotel yang akan mewawancarai dirinya hari ini.

Riana tersenyum kemudian mengangguk. Sepertinya, nasib baik sedang berpihak padanya hari ini.

Cukup lama waktu yang mereka habiskan di jalan, hingga akhirnya mobil yang ia kendarai sudah berhenti di depan sebuah hotel yang cukup mewah.

"Kita sudah sampai." Ucap Riana tidak berniat keluar dari dalam mobil. Sedangkan Fikri sudah kuat dari dalam mobil setelah mengucapkan terimakasih padanya.

Fikri begitu terkejut ketika ia keluar dari dalam mobil yang memberinya tumpangan, seorang wanita paruh baya tiba-tiba mendekat dan menangkap tubuhnya.

"Kamu siapa? Kenapa keluar dari dalam mobil putri ku?" Tanya wanita itu beruntun sambil melangkah menuju pintu mobil bagian depan dan mengetuknya dengan keras.

"Keluar.. Ibu bilang keluar sekarang juga!!" Kali ini tidak hanya ketukan tapi juga kepalan tangan terus menghantam kaca jendela mobil milik Riana.

"Ibu, dia bukan pencuri." Riana keluar dari dalam mobilnya, lalu menari tangan ibunya agar melepaskan kemeja Fikri. "Dia itu karyawan. Manager baru di hotel ini, ibu kan tahu manajer yang kemarin udah resign. Nah ini dia pengganti nya." Jelas Riana lagi.

Rianti menatap putrinya tidak percaya.

"Bukannya hari ini baru wawancaranya?" Tanyanya.

"Iya benar, tapi lebih baik ibu pilih dia aja. Dia ini sahabat Zahra, istrinya Riyan." Jawab Nana jujur.

Fikri menatap dua wanita dengan wajah bagaikan pinang di belah dua itu, bergantian.

"Jangan bohong." Ucap Rianti memastikan.

"Ya Allah, Bu. Kapan sih Nana bohong?" Jawab Riana memelas agar drama pagi ini segera berakhir. Kenapa juga harus bertemu ibunya di sini. Ah sungguh sial hari ini. Seharusnya ia menunggu beberapa menit lagi hingga ayahnya tiga di rumah sakit.

Bukan seperti ini rencananya. Ia ingin mendekati Fikri perlahan, lalu meminta bantuan laki-laki ini agar membantunya mengulur waktu untuknya hingga mendapatkan laki-laki yang pas.

Melihat kesungguhan di wajah putrinya, Rianti tidak lagi mengomel, dan memilih melangkah masuk ke dalam hotel.

"Udah sana. Semangat wawancara."Ujar Riana.

Fikri mengangguk sopan, laku melangkah perlahan mengikuti wanita paruh baya yang baru saja mengamuk padanya, dari belakang.

Sedangkan Riana, kembali masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu. Ibunya yang gila kerja. Yah, wanita yang paling di cintai sang Ayah itu, memang masih beraktivitas padahal usianya tidak lagi semuda dulu.

Sepeninggal Riana, Rianti melangkah pekan dan mendekati laki-laki yang nampak begitu canggung padanya.

"Kamu bukan pacar putri ku, kan?" Tanyanya memastikan.

Fikri segera menggeleng.

"Kamu sudah menikah?" Tanya Rianti lagi.

Dan Fikri kembali menggeleng membuat wanita yang masih terlihat cantik walau tidak muda lagi itu, cemberut.

"Maaf, Bu." Jawab Fikri sopan. "Tadi Riana memang hanya berniat membantu saya karena ketinggalan Bis di halte." Ucapnya lagi.

"Kamu kenal padanya?" Tanya Rianti berbinar.

"Baru hari ini, Bu. Tadi saya dan Zahra menunggu Bis di halte yang sama, tapi Zahra di jemput oleh Riana. Dan baru dalam perjalanan itu saya mengenalnya." Jawab Fikri lagi merasa tidak enak.

Rianti mengangguk percaya.

"Sebelumnya sudah pernah kerja di hotel?" Tanya Rianti.

"Sudah, Bu." Jawab Fikri.

"Ikut ke ruangan saya." Perintah Rianti.

Fikri mengangguk sopan.

"Duduklah." Perintah Rianti saat keduanya sudah masuk ke dalam ruang kerja nya. "Tolong siapkan minum untuk tamu saya." Perintahnya pada gadis yang ikut masuk ke dalam ruangannya.

"Kamu sudah siap jadi manajer di hotel ini?" Tanya Rianti.

"In sya Allah siap, Bu." Jawab Fikri.

"Tapi jadi manajer di hotel ini, harus siap mematuhi setiap ucapan saya. Kamu siap?" Ucap Rianti.

Fikri terdiam sebentar.

"Saya siap mematuhi ucapan itu selama masih dalam lingup pekerjaan." Jawab nya.

"Biasanya saya juga sering meminta bantuan manajer hotel untuk keperluan pribadi saya." Ujar Rianti lagi.

Fikri menarik nafasnya.

"Jika itu tidak melewati di luar batas kemampuan saya, insya Allah saya pasti siap membantu." Jawab nya.

Rianti memijit keningnya.

"Seberapa perlu kamu dengan pekerjaan ini?" Tanyanya mulai terlihat serius.

"Sangat butuh, Bu." Jawab Fikri.

"Sepertinya kamu adalah laki-laki yang pertama kali membuat putri saya tertarik. Kamu mau nggak kerja sama dengan saya. Sungguh Fikri, saya pusing memikirkan nasibnya. Kamu tahu berapa umurnya sekarang? Dan dia masih belum mau menikah." Ujar Rianti mulai curhat.

"Kenapa Ibu mengkhawatirkan sesuatu yang sudah Allah tetapkan?" Tanya Fikri heran.

Rianti yang terlihat frustasi, menatap laki-laki di hadapannya dengan kening mengkerut.

"Jodoh, maut dan rezeki sudah di tetapkan oleh Nya. Jadi apa yang ibu khawatirkan?" Tanya Fikri lagi.

Rianti masih terdiam tanpa kata.

"Justru akan lebih baik bagi seorang wanita yang menunggu dengan tenang kapan jodohnya datang." Ujar Fikri lagi.

"Masalahnya, dia itu bukan sedang menunggu. Tapi menolak semua orang yang kami siapkan untuk nya." Jawab Rianti.

Fikri tidak lagi menimpali. Beberapa saat ia tersadar, jika dirinya sudah sangat melewati batas.

"Jadi bagaiman, Bu. Apa saya bisa ikut wawancara?" Tanya Fikri mengalihkan topik pembicaraan yang terasa aneh menurutnya.

Rianti menatap laki-laki muda di hadapannya dengan sedih. Jika saja ia tidak takut melewati batas, bisakah ia meminta bantuan dari laki-laki ini agar membantunya untuk membujuk Riana agar mau menikah.

Terpopuler

Comments

Kim

Kim

nanti yg jadi korban Fikri bu,,,,diajak nikah sama Riana🤣🤣🤣🤣
korban cinta

2022-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!