Bab 5. Flashback Part 1

POV Author

****

Dua bulan yang lalu.....

Salah satu bandara internasional di kota Berlin terlihat nampak begitu ramai oleh pengunjung. Pandemi telah berakhir. Walau begitu kita sebagai manusia tetap berikhtiar, dengan tetap menjaga kebersihan serta daya tahan tubuh.

Riyan Hermawan, pemuda tampan yang baru bergelar seorang dokter bedah jantung sedang duduk di kursi pesawat menuju Jakarta. Selain studi nya yang sudah selesai, ada seseorang yang begitu istimewa, sedang menunggu kepulangannya. Seorang adik yang yang tidak memiliki keberuntungan yang ia miliki saat ini.

Rayan Hermawan. Laki-laki yang memiliki wajah yang mirip dengan dirinya itu sudah mengidap penyakit jantung sejak masih bayi. Dia bahkan tidak bisa bersekolah dan melakukan aktivitas seperti anak-anak lain seusianya. Terkurung di dalam rumah megah dan di temani dengan perawat handal juga fasilitas-fasilitas medis yang memadai.

"Dia gadis yang cantik, Ray." Gumam Riyan sambil mengusap-usap layar ponselnya. Ada banyak gambar saat adiknya melamar seorang gadis yang tidak lain adalah perawat pribadinya. Tidak hanya foto lamaran, adik tampannya itu bahkan sudah melakukan foto prewedding. "Terimakasih sudah mau menjaganya hingga saat ini." Ucapnya lagi. Kali ini tatapannya sudah berpindah gadis berhijab yang sedang berdiri di samping kursi roda adiknya.

Belasan jam ia habiskan di dalam pesawat. Sama seperti anak-anak lain yang sedang pulang ke kampung halaman setelah sekian tahun menimba ilmu di negeri orang. Riyan sama bahagianya dan tidak sabar ingin segera bertemu dengan keluarganya.

Hingga setelah hampir enam belas jam, pesawat yang ia tumpangi akhirnya mendarat dengan selamat di salah stau bandara internasional di Jakarta. Riyan segera keluar dari burung besi itu, sambil menenteng tas di punggungnya.

Setelah Riyan mengganti mode pesawat di ponselnya, satu panggilan langsung masuk ke dalam ponsel pintarnya itu. Wanita terbaik dalam hidupnya selalu memiliki feeling yang kuat tentang putra-putranya.

"Iyan sudah tiba di bandara, Bu." Ucapnya setelah menjawab salam dari sang Ibu.

"Langsung ke rumah sakit ya, Nak. Ibu dan Ayah sedang berada di rumah sakit." Perintah di ujung telepon membuat Riyan tertegun. Rasa khawatir mulai mengganggunya. Apa yang terjadi dengan adiknya?

"Rayan baik-baik saja kan, Bu?" Tanya Riyan sambil melangkah cepat keluar dari dalam bandara.

"Iya, aku baik-baik saja, Bang. Cepat kemari ya, aku rindu." Hembusan nafas lega terdengar di bibir Riyan saat mendengar suara Rayan di ujung ponsel yang sedang menempel di telinganya.

"Iya aku akan segera ke sana." Jawabnya lega. Setelah mengucapkan salam, panggilan itu ia akhiri.

Beberapa saat ia melangkah menyusuri gedung bandara, hingga tiba di lobi bangunan itu, seorang gadis yang juga ia rindukan sedang berdiri menunggunya. Terlihat begitu jelas, jika kekasihnya ini belum sempat kembali ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit. Nampak setelan operasi berbalut sweater rajut masih membalut tubuhnya.

"Aku rindu." Meisya segera menghambur dan masuk ke dalam pelukan. "Lama banget pulangnya." Ucapnya lagi sambil mendongak menatap wajah lelakinya.

Kecupan manis di keningnya membuat wanita itu kembali membenamkan wajahnya di dada bidang sang kekasih.

"Aku juga rindu." Jawab Riyan. "Anterin aku ke rumah sakit ya." Lanjutnya memohon, dan langsung di angguki oleh Meisya.

"Aku tadi sempat ke ruangan Rayan. Ada tante El dan Om Kenan di sana." Ucap Meisya setelah pelukan mereka terlepas. Sepasang kekasih itu melangkah menuju mobil. "Biar aku aja yang bawa, kamu istirahat aja." Cegah Meisya saat Riyan hendak membuka pintu samping kemudi.

"Ga apa-apa. Kamu juga lelah. Biar aku yang menyetir." Jawab Riyan. Ia menarik tangan kekasihnya itu menuju pintu di bagian lain mobil lalu membukanya. "Silahkan masuk, Nona." Ucap Riyan, membuat keduanya tertawa bersama.

Setelah menutup pintu mobil, Riyan kembali melangkah menuju pintu yang berada di samping kemudi, lalu masuk ke dalam mobil.

"Sudah siap?" Tanyanya memastikan.

Meisya mengangguk sambil menggenggam sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.

Mobil mewah milik Meisya kemudian mulai melaju di jalanan menuju rumah sakit.

***

Di rumah sakit tempat Rayan di rawat, sepasang suami istri yang tidak lagi muda di temani calon menantunya, Zahra sedang duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu. Tidak hanya Eliana dan Kenan yang ada di sana, Kean yang sedang menjabat sebagai pimpinan rumah sakit, juga sedang berada di ruangan itu bersama istri dan putrinya, Riana.

"Ara, aku mau minum air." Ucap pasien yang sedang terbaring di atas ranjang, lemah.

Zahra segera beranjak dari atas sofa, lalu melangkaj menuju ranjang tempat calon suaminya berada. Zahra bukan hanya sekedar calon istri Rayan. Gadis yang bernama lengkap Namira Zahra Maulida itu, juga seorang perawat pribadi yang bertugas menyiapkan berbagai keperluan Rayan bersama satu perawat pria yang lain. Karena itulah, Eliana meminta pada gadis itu untuk menjadi istrinya agar bisa lebih leluasa merawat putranya.

Mendapat permintaan yang begitu tulus dari keluarga terhormat, juga karena dirinya memang sudah jatuh hati pada perlakuan Rayan padanya, membuat Zahra tidak lagi memikirkan banyak hal dan langsung menerima pinangan itu.

Bermkdalkan keyakinan jika suatu hari nanti Rauan pasti akan sembuh, Zahra menguatkan hati dan bersedia melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Dan disini dirinya sekarang. Prosesi lamaran telah selesai. Mereka bahkan sudah melakukan sesi foto prewedding. Undangan pun sudah tersedia. Baju pengantin, juga WO yang bertanggung jawab dekorasi pesta pernikahan mereka pun, sudah tersedia. Satu bulan lagi pernikahan mereka akan di selenggarakan. Namun, kini laki-laki yang akan mengikat janji suci bersamanya, sedang terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Kamh pulang aja, Ra. Nanti lelah." Suara lemah Rayan kembali terdengar, setelah Zahra meletakan gelas bekas minum laki-laki itu ke atas nakas.

"Aku akan di sini, menunggu mu." Jawab Zahra. Ia menarik satu kursi yang tersedia, lalu membawanya ke samping ranjang dan duduk di sana.

Senyum di bibir pucat Rayan terlihat.

"Abang Iyan sedang dalam perjalanan kemari. Aku mau bercerita banyak hal dengannya, dan tidak ingin kamu cemburu." Ucapnya lagi.

Zahra ikut tersenyum.

"Baiklah, aku akan pulang. Besok pagi aku akan kembali lagi." Jawab Zahra namun, masih belum beranjak dari tempat duduknya.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan tempat mereka berada, terbuka perlahan. Menampakkan lelaki yang begitu mirip dengan Rayan. Bedanya, laki-laki itu terlihat memiliki berisi dan sehat, berbeda dengan Rayan yang terlihat begitu kurus dan pucat.

"Nah itu dia, orang yang aku cintai melebihi cintaku padamu." Ucap Rayan lagi dengan bibir pucat nya, membuat Zahra kembali tertawa lucu.

"Aku cemburu!" Jawab Zahra.

"Makanya kamu pulang sama Ibu dan Ayah, ya?" Pinta Rayan dan di angguki oleh Zahra.

Terpopuler

Comments

irma herawati

irma herawati

udahlah mei lepas dan ikhlaskn.. smoga kamu dpt ganti yg lbh baik..

2022-08-15

1

naniek suhastuty

naniek suhastuty

lanjut kk makin seru nih..rajin up ya kak...makasihh

2022-08-15

1

Yuli Wirnawan

Yuli Wirnawan

lanjut update thor

2022-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!