"Apa kali ini aku bisa minta bantuan lagi?"
"Apa?"
"Seluruh CCTV di tempat kecelakaan ku waktu itu sudah diganti, apa ada kemungkinan untukku mendapatkan filenya lagi?"
"CCTV?!"
"Hmm, semua CCTV di tempat itu sudah di ganti dengan model terbaru dari HF Electronic"
Vino lantas menggaruk keningnya yang tak gatal itu,
"Entahlah, hampir seluruh CCTV keluaran satu tahun yang lalu sudah di ganti dengan model terbaru, dan kadang file hanya di simpan selama 6 bulan setelah itu akan di hapus"
"Tapi, kenapa tiba-tiba kau mencari itu?" lanjut Vino.
"Rasanya ada yang janggal tentang kecelakaan ku, itu terlalu kebetulan setelah rentetan hal yang terjadi" sahut Vania seraya mendudukkan dirinya di sofa.
"Maksudmu" sahut Vino yang juga ikut duduk
"Sepertinya ada dalang dibalik kecelakaanku waktu itu, jika dugaanku memang benar.. Maka ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan berantai yang heboh satu tahun yang lalu" entah kenapa mulut Vania begitu enteng bicara, dimana biasanya ia selalu menutup rapat mulutnya terutama jika itu menyangkut sebuah kasus penting.
"Kudengar kau menyelidiki pelaku dari kasus itu"
Vania mengangguk dengan pandangan yang lurus seolah ia sedang fokus sambil memikirkan sesuatu.
"Pelakunya tiba-tiba bunuh diri, Wein kabur, rekanku tewas dan aku kecelakaan... Semuanya seperti kebetulan yang di rancang oleh seseorang"
"Siapa?"
"Pertanyaan yang bodoh" sahut Vania bangkit dari duduknya sambil mendecakkan lidahnya menatap suaminya itu
"Kalau aku tahu tidak mungkin kita terikat dalam hubungan ini sekarang" ucapnya lagi sambil menggeleng pelan, lalu melangkah masuk keruang pakaian.
"Ya, kan aku hanya bertanya" sahut Vino dengan wajah manyunnya karena dibilang bodoh oleh istrinya itu.
"Bagaimana bisa kau jadi pewaris kalau begitu caranya" sahutnya dari dalam sana sambil merapikan pakaiannya
"Makanya kau harus cepat membantuku untuk menyelesaikan tugas dari kakek"
"Ada syaratnya"
"Bukankah kemarin syaratnya aku tidak boleh mengungkit perceraian, sekarang ada lagi?!" sahut Vino respect berdiri dan berjalan menuju posisi Vania berada
"Ikut sertakan aku dalam pencapaianmu, agar kakekmu bisa menerimaku... Itu saja"
"Itu tentu saja, jika kakek memberikan kursinya untukku, tapi jika tidak.. Kau tahu sendiri artinya"
"Besok"
"Apa?"
"Besok pagi kita berangkat, aku sudah mengatur jadwal pertemuan dengan Pimpinan NIX Group"
"Kau serius?!"
"Menurutmu...
"Ah, sudahlah aku mau membereskan ini, jangan mengganggu"
"Iyaa" sahut pria itu sambil tersenyum sumringah memikirkan peluangnya untuk segera duduk di kursi pimpinan.
Sampai saat ini tak ada yang tahu alasan kenapa Vino begitu gencar untuk mengincar kursi pimpinan padahal umurnya bahkan belum menginjak kepala tiga.
"Tapi Vania.. "APA LAGI!!!"
"Aish, sudahlah kau lanjutkan saja"
...****************...
Tok...tok...tok...
"Maaf Tuan Muda, dibawah ada tamu untuk Tuan" ucap Bibi Anna dari luar kamar.
Cklek.
"Siapa Bi" sahutnya sambil mencoba menoleh dari lantai atas.
"Dia hanya mengatakan Tuan Muda mengenalnya, dan tidak menyebutkan namanya" jelas Bibi Anna.
"Siapa?" seru Vania yang sedang berjalan kearah pintu
"Kepo"
"Ayo Bi" ajak Vino untuk turun kelantai bawah
"Kalau saja masih disini, kutimpuk dia" umpat Vania seraya menutup pintu kamar.
Ting...
Vania sontak menoleh pada ponselnya yang terletak tak jauh dari posisinya.
Sambil bergumam sesuatu, ia berjalan menuju ponselnya yang sedang mengisi daya di atas meja.
Sementara itu, tepat di taman belakang Vino tengah bicara dengan seorang wanita yang entah siapa identitas aslinya.
"Apa tujuanmu datang kesini?"
"Jika sampai Ibuku melihat, dia tidak akan memberimu... "Ampun! seperti kalian memperlakukan Kim?!" potongnya menatap Vino dengan tatapan penuh kebencian.
"Jika tujuanmu datang hanya untuk uang, kau bisa pergi.. Aku akan memberikan berapapun yang kau minta, tapi jangan pernah lagi menginjakkan kakimu disini" ucap Vino
"Ternyata kau masih sama, bocah ingusan dari keluarga kaya yang hanya menyelesaikan masalah dengan uang" ucap Wanita itu sambil menatap kearah balkon kamar
"Tujuanku bukan uang, tapi...
Windy menatap lekat kearah Vania yang tengah berdiri di balkon kamar sambil memainkan ponselnya, tanpa menyadari ada orang yang memperhatikannya.
"Jangan berani untuk menyentuhnya, lebih baik kau keluar selagi ku minta dengan baik-baik" ucap Vino tegas
"Kita lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkanmu hidup bahagia bersama gadis itu, jika itu terjadi maka aku akan memposisikannya tepat dimana Kim berdiri"
"Kau pikir apa yang terjadi dengan Kim adalah keinginanku!!!"
Gadis itu tersenyum tipis, "kau alasan dibalik hal yang menimpa Kim selama ini... seharusnya kau sadar itu, dan tidak pernah terpikir sekalipun untuk menikah lagi, tapi sekarang apa... Kau mengingkari ucapanmu sendiri!!!"
"Cukup Win, lebih baik kau pergi sebelum kesabaranku habis" ucap Vino dengan raut wajah yang sudah tak bisa di jelaskan.
Namun degan tenang gadis itu berbalik arah dan menatap Vania yang kini juga menatap ke arah keduanya.
Windy hanya tersenyum manis kearah Vania, namun tak ada yang tahu apa yang ia sembunyikan melalui senyumnya itu.
"Lebih baik kau pikirkan sekali lagi, sebelum aku membuat Vania berada di posisi yang sama dengan Kim... dan itu pasti akan terjadi jika kau masih ngeyel dan berpikir untuk bahagia lagi" ancam gadis itu sebelum ia pergi dari sana.
Sementara Vania yang sedari tadi memperhatikan keduanya, sudah menyimpan banyak pertanyaan di otaknya.
📞"Dam, selidiki kapan Windy datang"
📞"Kau bilang siapa!"
"Kau yakin itu Windy?!"
📞"Dia baru saja datang, dan berhadapan denganku langsung... sudah bertahun-tahun yang lalu, kenapa tiba-tiba dia kembali."
📞"Kau tenang saja, aku akan segera menyelidikinya"
📞"Baiklah"
Setelah menutup telponnya, Vino beralih pada wanita yang sedari tadi terus menatap kearahnya.
Tanpa sepatah katapun, pria itu tiba-tiba mengedipkan matanya dengan genit hingga membuat Vania kaget sendiri.
"Dasar gila" gumamnya dan memilih untuk segera masuk kedalam kamar.
Vino hanya bisa menatap sendu ke arah balkon kamarnya, tragedi 8 tahun itu kembali teringat di kepalanya.
...****************...
"kamu jadi berangkat hari ini Vin?" tanya sang Ibu yang baru saja keluar kamar bersama Ayah Vino.
"Jadi Bu, sebentar lagi" jawabnya seraya duduk di sofa menunggu seseorang yang sudah bisa kita pastikan itu siapa.
"ayo,"
"sabar" sahut Vania seraya menuruni anak tangga di iringi pelayan yang membawakan kopernya.
"Kau juga ikut?" tanya Ny. Zeline pada menantunya itu, karena ia pikir hanya putranya yang akan pergi.
"Tentu saja Bu, kan Vania yang membukakan jalan untuk Vino bisa bertemu dengan pimpinan NIX Group" jawabnya dengan bangga
"benar,kan sayang" lanjutnya sambil memegang lembut pundak suaminya itu, bermaksud untuk memberi kode pada sang suami agar membenarkan ucapannya
"Benar Vin?"
"Iyaa, Bu"
Vania perlahan mendekat dan memeluk Ibu mertuanya itu, "Ibu tenang saja, Vania akan memastikan putra Ibu duduk di kursi pimpinan sesuai keinginan Ibu" bisiknya pada sang mertua seraya melepaskan pelukannya.
"Vania pasti akan menjaga makan Vino, jadi Ibu tidak perlu khawatir" ucapnya basa-basi
Ia lantas tersenyum manis menatap kedua mertuanya itu sebelum ia dan Vino pergi.
Sembari menunggu sopir memasukkan koper ke bagasi, Vania dan Vino sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.
"bukankah Vania masuk kriteriamu" ucap Tn. Fernan pelan pada istrinya.
"memang, tapi mau di taruh dimana muka ku ini kalau ada yang tahu dia anak dari pebisnis yang bangkrut" jawab Ny. Zeline yang masih tak mau mengakui menantunya itu dan lebih mementingkan pandangan orang terhadap status keluarganya.
"Tapi yang kudengar dari Vino, Vania kunci dari kerjasama kali ini" lanjut Tn. Fernan yang masih saja meracuni istrinya itu dengan fakta mengenai Vania.
"Aku akan tetap ada di pihak Ayah mertua" sahut Ny. Zeline yang langsung masuk meninggalkan suaminya yang masih mengantarkan Vino dan Vania sampai mobil keduanya benar-benar pergi.
...****************...
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments