"Mau apalagi perempuan itu datang kesini.." gumam Vino yang masih berdiri di depan pintu.
"Kamu sudah pulang" seru seorang wanita dengan nada yang begitu lembut.
Vino sontak menoleh, dan melihat Vania berjalan menghampirinya.
"Kamu pasti lelah, berikan tas dan jasmu"
"Kenapa wanita tidak tahu diri itu disini?" ucap Vino pelan seraya memberikan tas dan jasnya pada Vania
"Maka dari itu, kenapa baru pulang... Jantungku hampir berhenti karena di intimidasi oleh keluargamu"
"Aku akan mengatasi ini, kau bisa tenang sekarang" ucap Vino seraya menggenggam tangan Vania dan membawanya kehadapan keluarganya.
"Kenapa ada tamu tak di undang disini" ucap Vino sinis.
"Kamu sudah pulang Vin, maaf karena aku tidak memberitahumu lebih dulu... Aku ingin minta maaf pada keluargamu atas batalnya pernikahan kita" jawab Rachel dengan mulut manisnya itu.
"Sudahlah Vin, Rachel hanya ingin minta maaf... Lagian dia juga tidak sengaja melakukan itu" ucap Ny. Zeline yang terdengar membela wanita itu.
"tidak sengaja Ibu bilang" sahut Vino tak habis pikir
"Bukankah, dia yang seharusnya kamu sebut tamu tak di undang" lanjut Rachel lembut namun kalimatnya itu dengan jelas ditujukan pada Vania.
"Dia bilang apa ke kalian? apa Ibu masih percaya dengan ucapan wanita ini?!" ucap Vino yang sedari tadi terus menggenggam tangan Vania.
Disisi lain ia juga masih jengkel dengan Rachel karena mempermainkan nya.
"Kalian duduklah dulu" ujar Tuan Robert
Sontak Vino duduk dan menarik Vania untuk duduk di sampingnya.
"Benar kamu yang membatalkan pernikahan?"
"Kakek lebih percaya wanita ini dari pada cucu kakek sendiri?" sahut Vino yang sedari tadi sudah kesal.
"Kakek tidak menyalahkan mu, jawab saja dengan jujur... Kau sengaja membatalkan pernikahan untuk menikahi dia!" tunjuk Tn. Robert mengarahkan tongkatnya tepat didepan wajah Vania.
Bahkan Vino yang berada di dekat Vania kaget saat sang kakek mengayunkan tongkatnya, tapi lain hal nya dengan Vania yang sama sekali tak bergeming, ia hanya diam dengan tenang seolah tak terganggu dengan hal itu.
"Dia yang kabur dari pernikahan kek, dan sekarang dia berani menginjakkan kakinya disini" ucap Vino yang sudah mulai habis kesabaran.
"Kok kamu bilang begitu Vin, satu hari sebelum pernikahan kan kamu sendiri yang memintaku untuk mundur karena kamu ingin menikahi Vania... Karena itu aku sengaja kabur dari sana, tapi ternyata pilihanku salah, aku tidak ingin menjerumuskan mu dengan wanita pembunuh sepertinya Vin, bagaimanapun juga kita sudah berteman dari kecil"
Heh bambang, Vino aja belum kenal sama Vania bagaimana bisa Vino bilang gitu, anda lebih tau dari pada author ya.
Semua orang di ruang tamu kaget atas ucapan Rachel terkecuali Vino dan Vania.
"Menurutmu, apalagi yang di perintahkan Marvin pada Rachel sampai dia melakukan ini" bisik Vania pada Vino dimana pria itu juga berpikiran serupa.
"Itu benar Vin, wanita ini...
"Itu tidak benar Bu, Vania bukan wanita yang di maksud Rachel... Itu hanya akal-akalannya untuk merendahkan istriku"
"Sekarang kau sudah puas, lebih baik kau pulang sebelum aku menyuruh orang untuk menyeret mu dari sini" lanjut Vino.
"ELVINO! Jaga bicaramu" tegur sang Kakek.
"Aku hanya memberitahu yang terbaik untukmu Vin, tapi kalau kamu memang tidak mau menerima kenyataan itu... Aku akan meninggalkan ini disini" ujar Rachel dengan wajah licik yang di balut dengan ekspresi lugunya itu.
Ia keluar dari mansion besar itu, setelah melemparkan umpan dan menjelekkan nama Vania di hadapan keluarga Harison, terutama di hadapan Tn. Robert.
To : Marvin
📨"Sepertinya kita bisa menyingkirkan Vania selamanya, dia tidak mungkin di terima di keluarga Harison dengan latar belakang seperti itu"
Senyum puas terukir di wajahnya seraya masuk kedalam mobil.
From : Marvin
📨"terimakasih sayang, sebaiknya kamu segera pulang, aku akan menunggumu di apartemen"
"......"
Setelah meninggalkan keributan Rachel pergi begitu saja, sementara keluarga Vino masih meminta jawaban dari Vania.
"Itu tidak benar Bu, semua hanya kesalahpahaman... " Vania mencoba untuk menjelaskan situasinya dan membuat mereka percaya.
Tapi ternyata itu tidak mudah, mereka lebih mempercayai ucapan Rachel ketimbang ucapannya.
"Ayo" Vino menarik lengan Vania untuk berdiri, bahkan ia sudah muak mendengar semuanya.
"Vino sudah jelaskan Bu, Vino tidak pernah sekalipun untuk mengacaukan pernikahan... semua itu ulah Rachel, dan seharusnya kita berterimakasih pada Vania, jika bukan karena dia aku akan batal menikah dan keluarga kita akan menjadi bahan olokan masyarakat"
Setelah mengucapkan itu, ia langsung menarik istrinya itu menuju lift.
"Sampai kapan kau akan melakukan ini?!" seruku sambil menatap tanganku yang sedari tadi masih di genggam olehnya
Saat itu juga Vino melepaskan tanganku, ia memijat pelipisnya seraya jongkok dan bersandar di dinding lift.
"Aku tak menyangka, teman masa kecilku berubah menjadi gadis licik seperti itu"
"Apa seharusnya aku tidak menyetujui kesepakatan kita waktu itu" gumamku pelan, namun terdengar oleh Vino.
"Kau jangan me nambah-nambahi, kalau Ibu atau siapapun di keluarga ini masih membicarakan masalah itu, kau diam dan tetap tenang... Karena semuanya akan rumit jika kau melawan, kau paham!"
"Iyaa" sahut Vania
"Ayo"
Lagi-lagi Vino menariknya, dan membawanya untuk segera masuk kedalam kamar.
"Keluargamu tidak ada disini, jadi ini tidak di perlukan" ucap gadis itu seraya menarik tangannya dari Vino.
"Aku yang akan pakai kamar mandi lebih dulu" ucap Vino yang terlihat agak canggung dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
...****************...
"Ayah lihat, Vino berubah karena wanita itu... Aku bahkan tak tahu latar belakang aslinya" ucap Ny. Zeline yang masih berada di ruang tamu bersama sang mertua.
"Tutupi saja status pernikahan mereka, seharusnya kita curiga saat Vino tiba-tiba menyetujui saran pernikahan itu... "
"aku menyuruhnya menikahi Rachel untuk kerja sama, tapi malah menikahi wanita tidak berguna itu" lanjut Tn. Robert
"Ayah tidak perlu khawatir untuk masalah itu"
Tn. Robert lantas bangkit dari duduknya dengan di bantu oleh menantunya, begitu juga dengan sekertaris pribadinya.
"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan kursi pimpinan, Ayah akan tetap menjaga itu untuk Elvino jika dia berhasil dengan usahanya sendiri" ucap Tn. Robert sebelum ia melangkah pergi untuk pulang Ke rumah pribadinya.
Ny. Zeline meraih amplop besar yang sebelumnya di berikan Rachel dan membawanya ketempat lain.
...****************...
Vania Pov
Vino nampak melirik Vania yang tengah duduk di meja rias.
"Aku cantik,kan...
"Sampai kau menatapku seperti itu" lanjutku berbalik menatap kearahnya.
"Mirip pelac*r"
"Yak! Jaga bicaramu"
"Maksudnya sama-sama cantik,"
"Jadi kau menyamakan ku dengan pelac*r" jawabku tak terima
"Ya.. Kan maksudku bukan itu, maksudnya kan sama-sama cantik"
"Apa tidak ada perbandingan lain selain pelc*r"
"Tidak ada"
"Tak, heran... Mainanmu,kan pelac*r" ucapku yang sudah terlanjur kesal.
Aku memilih untuk duduk memunggungi pria itu..
Tanganku meraih laptop yang ada di atas meja dan beberapa berkas yang ku minta dari Eric.
"Kenapa tidak kembali ke kepolisian saja?" seru Vino yang tiba-tiba duduk di atas meja hingga membuatku sedikit kaget.
"Mau apa lagi?"
"Tidak ada, aku hanya memberi saran... Siapa tahu kau masih memiliki minat untuk kembali bekerja"
"Kau ingin aku semakin di musuhi Ibumu?!" sahutku seraya merebut berkas yang ada di tangannya.
"Kalau aku berminat, mungkin aku tidak akan berhenti waktu itu"
"Karena aku sudah menikah, jadi aku akan fokus pada suami dan rumah tanggaku" lanjut ku tak lupa senyum penuh makna yang ku tampakkan.
Tanganku membelai lembut kerah pakaiannya, hingga ia terdiam.
"Aku tidak akan ikut campur dalam segala urusan, dan fokus pada suamiku"
"Stop... Kau terlihat seperti wanita psikopat yang ingin membunuh orang" tahannya saat kedua tanganku memegang lehernya.
Vino langsung bangkit dari duduknya saat melihat tatapan Vania yang terlihat begitu menyeramkan baginya.
Wajah polos dengan sejuta misteri di belakangnya.
"Kenapa? Kau takut?"
Vino sontak memegangi lehernya setelah tadi Vania terlihat ingin mencekik lehernya.
"Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku tidak akan mengganggumu" ucapnya seraya melangkah pergi dari kamar.
Rasanya aku benar-benar ingin tertawa puas saat mendengar dan melihat ekspresi wajahnya yang ketakutan tadi.
"Vania dilawan, ini balasan karena kau membandingkan ku dengan pelac*r, kan masih ada perumpamaan lain kenapa harus pelac*r"
Sementara, Vino tengah asik berdiri di rooftop rumahnya sambil merokok.
"Apa jangan-jangan, gadis itu memang pembunuh?!"
"Aish, apa yang kau pikirkan Elvino.. Mana mungkin orang selemah dia jadi pembunuh"
"Tapi, melihat dari tatapannya tadi.. dia benar-benar seperti orang yang berbeda"
Saat pria itu tengah asik bicara dan berprasangka sendiri, nampak seorang pria diam-diam berjalan menuju kearahnya.
...****************...
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments