Ini benar-benar terlihat asing bagiku, lelaki itu mengajakku turun tepat didepan mansion besar dengan nuansa eropa klasik.
"ini dimana?" tanyaku sambil melihat ke sekeliling, hanya ada 2 mansion besar yang saling berseberangan tapi hanya satu mansion yang berpenghuni.
Tiba-tiba Marvin menarik tanganku namun respect langsung ku tepis, "tolong jaga batasan anda"
"Ah, maaf.. Dulu kau sering merengek ingin berpegangan tangan denganku,"
"Omong kosong apa yang dia katakan" gumamku dalam hati, lalu melangkah lebih dulu dan melihat kedalam melalui celah di pagar depan.
"seharusnya aku menemukanmu lebih cepat lagi, dan kau tidak akan melupakanku seperti ini" ucapnya berdiri tepat di sampingku.
"Apa kita pernah dekat?"
"Hmm, dulu aku tinggal diseberang dan kau tinggal disini.. kita sering berangkat sekolah bersama, tapi saat lulus sekolah menengah pertama keluargamu tiba-tiba pindah dan itu terakhir kali aku mengetahui kabar tentang kalian"
Matanya terlihat jujur saat menjelaskan hal tadi, apa aku bisa mempercayai ucapan pria ini.
"Kita pacaran?" tanyaku blak-blakkan, tapi Marvin hanya tersenyum sambil menatapku, lalu mengusap lembut kepalaku.
"Sifatmu tidak berubah ternyata" ujarnya sambil tertawa kecil, lalu sekali lagi ia menarik lenganku.. tapi anehnya kali ini aku tidak menepisnya dan begitu ringan kakiku melangkah mengikuti langkahnya.
Sementara itu tak jauh dari mobil Marvin, terlihat sebuah sedan hitam berhenti dengan satu pengemudi di dalamnya.
Ckrek...
Ckrek...
Drttt....
📞"saya akan segera menemui Nona"
📞"............................."
📞"Baik, Nona"
Panggilan berakhir, pria itu nampak turun dari mobil dan perlahan mendekati pagar rumah kediaman Marvin.
"......"
"Kenapa kau terlihat bertekad melakukan hal ini?!"
"Kita akan segera menikah, jadi aku harus mengembalikan ingatanmu"
Aku menatapnya dengan ekspresi yang aneh, "aku tak pernah sekalipun mengatakan jika aku menyetujui perjodohan konyol ini"
"Kenapa, kau berpikir ini konyol?"
"kau tidak berpikir ini konyol? Sekarang sudah abad ke 20 semuanya sudah ada pada zaman teknologi yang canggih, siapa yang akan melakukan perjodohan di tahun 2025 ini?!"
"Padahal aku sangat senang saat mengetahui wanita yang di jodohkan denganku ternyata adalah dirimu"
Entah kenapa aku merasa suasananya tiba-tiba menjadi canggung, tapi itu hanya berlaku untukku ia sama sekali tak canggung setelah mengucapkan kalimat tadi.
Aku memilih pergi melihat tempat lain agar rasa canggung itu hilang.
"Apa tidak ada siapapun yang menghuni rumah ini?"
"Hanya penjaga yang tinggal disini, kadang pelayan datang untuk bersih-bersih"
Kepalaku respek mengangguk, sambil terus melangkah pelan.
"Maaf jika pertanyaan ini membuatmu tak nyaman, tapi... Apa yang membuatmu berakhir dengan kecelakaan? Dan kapan itu terjadi?"
Seketika langkahku terhenti, kepalaku tiba-tiba pusing seperti dipukul menggunakan besi dengan begitu kuat.
Arrghhh...
Tubuhku terasa lemas, pandanganku bahkan mulai kabur aku hanya bisa mendengar samar-samar teriakan Marvin yang berakhir dengan dengungan.
...****************...
"Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?"
Wajah Rachel terlihat begitu emosi dan penuh amarah.
Ia melempar lembaran foto itu kedalam perapian hingga terbakar hangus.
"Sekarang mereka dimana? Apa masih di rumah itu?"
"Sepertinya masih Nona, saya tidak melihat Tuan Marvin keluar sebelum saya pergi"
"Siapkan mobil, kita pergi sekarang!"
"Mau pergi kemana?" ucap seorang pria diikuti seorang wanita yang sedang menuruni anak tangga.
"Bukan urusan papah" sahutnya lalu melangkah pergi namun sayang bodyguard sudah lebih dulu menghadangnya di depan pintu.
"Yak! Kalian ingin di pecat! Lepas!!! Lepaskan aku sekarang atau kalian ku pecat!!!"
"Kalian tidak mendengar ku!!!"
"DIAM RACHEL!!!" seketika suasana langsung hening setelah tuan Gio mengeluarkan suaranya.
"Dengar Rachel, berhenti menemui Marvin.. Perjodohanmu dengan Vino sudah di atur, jadi jangan menciptakan rumor aneh"
"Vino dan Rachel berteman Pah, apa Papah harus sejauh ini!"
"Kau juga berteman dengan Marvin, kalau begitu apa bedanya"
"Marvin dan Vino itu berbeda Pah!"
"Apa yang berbeda? Jika kamu dan Marvin bisa memiliki hubungan, maka itu juga berlaku untuk Vino"
"Pah!"
"Keputusan Papah sudah bulat, bulan depan kalian akan menikah."
Tak ada pembantahan, Tuan Gio melangkah menuju ruang makan tapi tidak dengan Nyonya Maria yang masih memberi support untuk putrinya.
Setelah Rachel pergi ke kamarnya, baru Nyonya Maria menyusul suaminya.
...****************...
"Terimakasih" ucap seorang pria pada staf farmasi setelah menerima obat yang ia tebus.
Ia melangkah menuju pintu keluar sambil memegang handphone di tangan kanannya.
Drrttt....
📞"Iya, Yah"
📞"kamu masih di rumah sakit?"
📞"masih, ada apa?"
📞"Tolong kamu jemput dokter Jessica, Freya tidak mau kerumah sakit malam ini, jadi sekalian kamu pulangnya sama dokter Jessica saja"
📞"Baiklah"
Dengan patuh dan tanpa penolakan, Vino berbalik untuk menuju lift dan menemui dokter Jessica.
Tapi langkahnya tercekal karena suster berlari menghampiri pasien yang sedang berada tepat di belakangnya.
Vino hanya menoleh sekilas, lalu ia melanjutkan langkahnya, acuh pada keadaan sekitar.
Sementara itu Marvin meletakkan Vania di atas banker dorong dan membawanya bersama suster ke UGD.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter yang sedang bertugas saat itu.
"Saya tidak tahu dok, tadi dia merasa kepalanya sakit dan tiba-tiba pingsan"
Dokter mengangguk dan memulai pemeriksaan.
"Detak jantung pasien melemah dok!" seru suster.
Sontak Dokter langsung melihat ke arah EKG (Elektrokardiografi) dan detak jantung Vania terus melemah.
Dokter dan suster secara bergantian memberikan CPR sebelum akhirnya Dokter meminta suster memberikan 1 ampul Epinefrin karena Vania mengalami henti jantung.
Marvin begitu takut dan cemas saat mendengar dokter mengatakan Vania mengalami henti jantung.
"Apa yang terjadi?" tanya Tuan Benny yang datang bersama istri dan putri keduanya.
"Maafkan Marvin om, tadi kami keluar sebentar dan Vania tiba-tiba pingsan" Ucap Pria itu mencoba menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya.
Saat semua orang sedang cemas dengan keadaanku, aku merasa jika diriku sekarang berada di tengah jalan.
"Aku akan segera kembali, tolong simpan rekaman CCTV yang berhasil kita dapatkan"
"Ini semua salahmu, seharusnya kau tidak menyelidiki hal ini"
"Rekanmu tewas karena ambisimu! Kau harus ingat itu sampai kapanpun"
Ada begitu banyak bisikan di telingaku, tapi entah kenapa aku sama sekali tak bisa menggerakkan kakiku, padahal lampu merah akan segera berganti.
"Seharusnya kau tidak menggali lebih dalam, kau akan terluka jika mengetahui lebih banyak"
"Pergilah"
"Lari Vania........"
Tin...Tin...Tin...
Sorotan cahaya lampu begitu menyilaukan, teriakan orang semakin kencang dan truk besar itu semakin dekat.
Bughhh....
Semuanya terlihat gelap,
"Syukurlah detak jantungnya kembali" gumam dokter tersenyum lega.
"Bagaimana dok?" tanya Tuan Benny yang sedari tadi terlihat begitu cemas.
"Apa sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan?"
Keluarga Vania sontak langsung mengangguk, dan menjelaskan jika Vania mengalami amnesia pasca trauma setelah mengalami kecelakaan sekitar 1 tahun yang lalu.
Dokter hanya mengangguk paham, "untuk sementara pasien akan di rawat dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisinya"
"Baik, dok" sahut Tuan Benny
Setelah dokter pergi, Marvin meminta suster untuk memindahkan Vania keruangan lain.
"......"
"Kamu sendirian saja?"
Vino mengangguk, mereka terus mengobrol mengenai kondisi adiknya.
Ia melihat para suster sedang mendorong branker dorong keluar dari ruang UGD.
"Marvin!"
"Oh, Vino" sahutnya untuk sekedar menjawab sapaan Vino.
"Siapa?"
"Tunanganku, aku pergi dulu" jawabnya menepuk pelan pundak Vino lalu segera menyusul keluarga Vania.
Vino menoleh dan melihat gadis itu sedang tak sadarkan diri.
"Ayo!" seru Jessica, sontak Vino mengalihkan pandangannya dan pulang bersama teman masa kecil sekaligus dokter keluarganya.
...****************...
Setelah menutup pintu, Jessica mendatangi Vino yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas.
"Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?"
"Freya masih tidak mau bicara denganku, aku sudah membujuknya berkali-kali... dari yang bisa ku simpulkan sekarang, ini ada hubungannya dengan bullying atau hal semacamnya yang lebih parah"
"Aku sudah menyuruh Adam untuk menyelidiki sekolah, tapi tidak ada yang aneh.. kau tahu sendiri Freya sekolah di HF High School keamanan di sana ketat jadi tidak mungkin hal itu terjadi" jawab Vino di angguki setuju oleh Jessica yang paham betul bagaimana keamanan di tempat itu
"Apa akhir-akhir ini dia sering berulah lagi?" lanjutnya bertanya pada pria di sampingnya itu.
Vino menggeleng "Terakhir kali aku melihat Freya hanya melamun sendirian di kamar, dan beberapa saat kemudian dia langsung berlari menuju lemari seolah sedang berlindung dari seseorang"
Jessica menghela nafasnya, sudah hampir 1 tahun kondisi Freya masih sama, walau untuk saat ini kondisinya ada sedikit perubahan, tapi gadis itu masih belum bisa di katakan sembuh.
Ada trauma besar yang ia sembunyikan dan hal lain yang membuatnya tak berani speak up.
"Aku tak bisa sembarangan menyimpulkan, karena tidak mengetahui kondisi sebenarnya... sejauh ini hanya bisa ku berikan resep untuk gangguan paniknya, jadi biarkan dia tetap tenang dan aku akan terus berusaha untuk membujuknya bicara" jelas Jessica diangguki paham oleh Vino.
"Terimakasih Jes" ucap Vino dan hanya di iyakan oleh Jessica.
...****************...
Lanjut gak nih....
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments