"Apa Vania sama sekali tidak bisa kembali ke tim?"
"Seharusnya bisa, tapi beberapa hari yang lalu pimpinan mengecam Vania kembali ke kepolisian dengan alasan kasus Aileen" jawab Nichole
"Kalau begitu, artinya kasus pembuhan berantai itu tidak bisa di selidiki lagi?"
Nichole hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Eric.
To : Vania
📨"Prediksimu benar, sepertinya orang yang berkedudukan tinggi sedang mengendalikan kepolisian, dan kasusnya benar-benar akan di tutup tanpa ada yang sadar"
"Pak Nichole, bapak di minta keruang atasan" ucap Claudia yang baru saja dari sana.
"Laporan autopsi menyatakan itu memang tiruan, tapi...
Claudia menggantung ucapannya sambil membuka komputernya untuk memperlihatkan sesuatu.
"Ada hal yang tak masuk akal"
"Apa?" sahut Eric penasaran diikuti Raman yang juga mendekat ke meja Claudia.
"Dari kesebelas korban, tanda ini selalu ditemukan di belakang telinga para korban... Jika ini memang tiruan, tidak mungkin sampai sedetail ini bahkan Vania tidak membuka pernyataan ke publik mengenai informasi ini"
Claudia menunjukkan sebuah logo yang ter tato di belakang telinga setiap para korban termasuk korban yang baru saja mereka temukan.
"Sepertinya ini di buat menggunakan cetakan dari besi yang di panaskan," seru Raman saat melihat foto yang di tunjukkan Claudia.
"Kurasa Vania juga mengetahui ini, tapi karena amnesianya... Semuanya terkubur begitu saja"
"Kau benar" sahut Eric yang juga penasaran sejauh mana penyelidikan yang di lakukan oleh Aileen dan Vania satu tahun yang lalu, mengingat ia dan Claudia waktu itu sedang di tugaskan untuk kasus lain hingga tak banyak mangetahui tentang hasil penyelidikan keduanya sebelum tragedi mengenaskan itu terjadi
"Kau bisa mengidentifikasi jenis logonya?" tanya Eric
Claudia menggeleng, "Aku sama sekali tidak mendapatkan apapun, semuanya bersih dan tak ada informasi apapun mengenai hal ini maupun logo ini" jawab Claudia.
"Ini terlihat seperti logo perusahaan, dan karena kita tak mengetahui banyak tentang hal ini, maka kita perlu mencari informasi lebih banyak"
"Tapi, apa pak Nichole akan membiarkan kita menyelidiki ulang? Sementara para atasan meminta kasus ini segera di tutup dan di selesaikan" sahut Raman
Saat mereka asik diskusi mengenai kasus predator, Nichole masuk dan membuat obrolan mereka terhenti.
...****************...
"Kau tidak macam-macam,kan?!" seru gadis itu saat ia bangun dan sadar sedang berada di tempat yang asing
"Aku tidak tertarik macam-macam denganmu, cepat mandi dan kita pulang" sahut Vino yang tengah asik duduk di sofa sambil menonton siaran televisi.
"Baru-baru ini masyarakat kembali di hebohkan dengan penemuan mayat di sebuah pabrik terbengkalai.... Korbannya adalah seorang wanita berusia 23 tahun.............. Para kepolisian menyimpulkan jika ini adalah tiruan dari kasus pembunuhan berantai yang sebelumnya dilakukan oleh Novaldo Wal......." tut.
"Kenapa di matikan!"
"Kau masih disini, mandi sana" suruh Vino yang masih melihat istrinya itu duduk di tepi ranjang dan ikut melihat siaran televisi
"Iyaa😑" sahutnya seraya pergi ke kamar mandi.
"Novaldo.... Kaki tangan ...... ,"
"Aku yakin mereka berdua punya keterkaitan"
"Aku juga berpikir begitu"
"........selidiki Wein terlebih dahulu, mungkin kita akan menemukan jawabannya....."
Arggghhh....
Sekali lagi tubuh Vania hampir kehilangan keseimbangan, namun ia berhasil mengontrolnya dan memegang erat gagang pintu kamar mandi.
"Ingatan itu lagi" gumamnya yang masih terdiam di depan pintu kamar mandi.
"Kenapa? Kau ingin ku mandikan" bisik Vino yang kini berada tepat di belakang Vania yang masih tertunduk karena rasa sakit di kepalanya, entah kapan pria itu sampai di sana
"Kenapa tidak bilang kalau ingin di bantu, aku bisa membantumu sayang " bisiknya lagi hingga membuat bulu kuduk Vania berdiri.
"Aish, minggir" sahutnya yang langsung menjauh dari Vino dengan masuk ke kamar mandi dan langsung menguncinya.
"Dasar mesum" teriaknya dari dalam kamar mandi.
Pria itu hanya bisa tersenyum karena berhasil menjahili gadis itu.
Namun dalam seperkian detik senyum nya luntur saat melihat pesan masuk.
Ting...
Message From : ........
📨
Vino tiba-tiba membeku, setelah menerima pesan tersebut.
Ia melirik sekilas ke arah kamar mandi, dan bergegas keluar kamar.
"......"
Vania duduk di tepi ranjang sambil memikirkan kembali potongan ingatan yang ia ingat.
Sebelumnya saat dirinya melakukan terapi hipnotis, ingatan itu juga muncul hanya saja tidak terlalu jelas, seorang wanita seperti bicara padanya namun suara dan gerakan mulutnya sama sekali tak bisa terbaca.
Entah kenapa ia baru sadar pria itu sudah dak ada di kamar, "kemana dia"
Tak mau ambil pusing, Vania segera mengambil ponselnya dan pergi keluar berniat menuju lantai bawah.
Sementara Vino masih ada di rooftop, entah ia bicara dengan siapa.. Namun raut wajahnya jelas sekali terbaca.
Dengan raut wajah emosi itu, Vino turun untuk kembali ke kamar.
"......"
Vania duduk santai di sofa yang ada di lobi hotel sambil melihat kesekitar.
"Vania!" seru seseorang dari belakang hingga gadis itu respect berbalik.
"Benar ternyata" gumam lelaki itu
"Siapa?"
"Kau tak ingat aku?!"
Tentunya Vania mengerutkan dahinya karena ia benar-benar tak kenal dengan pria yang baru saja menyapanya ini.
"Liam" ucapnya mencoba membantu Vania untuk mengingat
"Vania" seru Vino yang kini tengah menghampiri sang istri yang sedang duduk santai setelah meninggalkannya, dan terlihat sedang bicara dengan seorang pria.
Tentunya Vino langsung melirik pria yang tadi sempat bicara dengan Vania.
"Kau kenal?"
Gadis itu hanya menggendikkan bahunya, ia bingung namun sebenarnya ia merasa tak asing dengan nama pria itu.
"Kalau begitu ayo pulang" ajaknya respect menggenggam tangan Vania dan menariknya untuk berdiri lalu melangkah pergi dari sana meninggalkan Liam sendirian.
"Dia benar-benar amnesia rupanya" gumam pria itu sambil tersenyum gemas
Sedangkan Vino, pria itu dari tadi terus saja sesekali menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah Liam
Sopir melajukan mobilnya setelah memastikan kedua majikannya masuk kedalam mobil.
...****************...
"Terimakasih banyak atas bantuannya pak" ucap seorang pria seraya berjabat tangan dengan lawan bicaranya.
"Nichole, tolong kau antar dia keruangannya" ucap pak kepala
"Baik, pak" sahut Nichole seraya bangkit dari duduknya diikuti pria tadi yang juga segera berdiri.
Setelah keluar dari ruang atasan, Nichole mengarahkan pria tadi untuk keruangannya, ruangan kepala Divisi yang berada di atas unit tim khusus.
Dimana secara tak langsung, pria itu lah yang memegang kendali atas seluruh keputusan yang akan di ambil oleh Nichole.
Sembari mendudukkan dirinya di kursi kerja, ia menatap sebuah berkas yang sudah tertata rapi di atas mejanya.
"Ini baru permulaan" gumamnya sambil tersenyum kecil menatap judul kasus yang ada di atas mejanya.
...****************...
"Vania, tolong bantu Bibi Anna di dapur ya" ucap Ny. Zeline yang terlihat ingin pergi
Padahal keduanya baru saja masuk kedalam rumah.
"Kan, masih ada pelayan yang lain Bu.. Kenapa harus Vania" sahut Vino berhasil menghentikan langkah sang ibu.
Ny. Zeline sontak menoleh pada sang putra dan menantunya.
"Setidaknya dia harus belajar jadi istri yang baik" sahut wanita itu, lalu ia segera masuk kedalam mobil yang sudah menunggu di depan rumah.
Vino lantas menoleh pada istrinya itu, "kau yakin bisa tinggal disini? Kalau tidak yakin aku akan segera membatalkan perjanjian kita"
Sontak Vania langsung menutup mulut Vino dengan tangannya
"Kalau ada yang dengar bagaimana... ayo" ucapnya seraya menarik pria itu menuju lift.
...****************...
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments