Sontak Ny. Zeline bangkit dari duduknya dan langsung pergi menaiki anak tangga, yang sebenarnya bisa saja menaiki lift namun sedang dalam perbaikan.
Begitu juga dengan Ny. Riana dan Ny. Karin yang ikut untuk melihat ke atas.
Tapi wanita yang sudah menginjak kepala 4 itu terlihat begitu khawatir, entah ini karena putrinya juga sakit atau karena hal lain tak ada yang tahu.
"Bagaimana keadaannya Jess?"
"Apa dia sudah hamil? Secepat itu" bisik Ny. Karin pada Ny. Riana.
"Jangan-jangan ini alasan Vino menikahinya" balas Ny. Riana
Kedua wanita itu kembali berbisik dimana itu sudah jelas terdengar oleh orang yang ada di kamar itu.
"Dia baik-baik saja Bi, mungkin hanya kelelahan, kudengar Ayahnya baru saja meninggal mungkin itu pemicunya" sahut Jessica yang kebetulan sedang memantau kondisi Freya.
Dan secara tak langsung ia ingin membantah ucapan dari dua wanita yang juga ia kenal itu.
"Kau sudah telpon Vino?"
"Sudah Nyonya, tapi... Katanya Tuan Muda sedang bersama klien penting, jadi tidak bisa diganggu"
"Yasudah, kalau begitu biarkan saja dia beristirahat"
"Ayo, Kita juga keluar" ucap Ny. Zeline pada dua wanita tadi.
Setelah keduanya keluar lebih dulu, Nyonya Zeline melihat bantal dan selimut yang masih ada di sofa
"Tolong lain kali rapikan lagi kamar Vino ya Bi" ucapnya pada Bibi Anna, yang berpikir kamar Vino belum dirapikan.
Bibi Anna hanya mengangguk, tapi tiba-tiba Jessica memintanya untuk tetap di kamar kecuali Bibi Anna.
"Apa Bibi tahu kalau Vania pernah menjalani craniotomi?"
(Kondisi dimana seseorang pernah melakukan operasi otak, craniotomi)
Nyonya Zeline menggeleng, "memangnya ada apa? Apa itu serius?"
"Ah, Bibi juga tidak tahu rupanya, aku pikir Bibi tahu... Sepertinya ada kondisi atau semacamnya yang membuat otaknya dipaksa bekerja lebih keras akhir-akhir ini sampai memberikan dampak pada tubuhnya, jika dia sadar tolong katakan padanya untuk tidak memaksakan diri, jika tidak itu akan berdampak buruk untuknya... Jessica juga akan mengatakan ini pada Vino"
Nyonya Zeline hanya bisa mengangguk paham, lalu keluar bersama Jessica.
...****************...
Setelah kemarin sore, Vania terus tertidur sampai pagi hari ini.
Vino yang sudah siap dengan pakaian kerjanya, duduk di tepi ranjang sambil menatapnya yang baru saja bangun.
"Tidurmu nyenyak?"
"Ah, maaf karena aku tidur disini"
"Tidak apa-apa, kemarin aku lembur dan baru pulang tadi pagi, jadi tidak masalah"
"Apa kau punya sesuatu untuk di katakan padaku?"
"Apa?" sahutnya bingung.
"Tidak ada yang ingin ku katakan, kau bisa pergi ke kantor..." ucapnya lagi seraya bangun.
"Lagi pula kita tidak sedekat itu, sampai aku harus menceritakan hal lain padamu" gumamnya pelan, dan mungkin saja pria itu mendengar ucapannya tadi.
Vania memilih acuh dan masuk kedalam kamar mandi.
"Aku akan menunggumu untuk sarapan, cepatlah"
"Tidak perlu, aku sedang tidak selera makan kau duluan saja" sahutnya dari dalam kamar mandi.
"Tapi, kau tidak makan dari kemarin malam"
"Tidak perlu khawatir, nanti aku bisa minta bibi Anna membawakan makanan"
Vino hanya menghela Nafasnya, dan pergi dari kamar untuk sarapan.
...****************...
"Dimana istrimu Vin?" tanya Tn. Fernan
"Dia masih istirahat Yah" sahutnya
"Apa kalian bertengkar?" tanya Ny. Zeline tiba-tiba.
Bahkan Justin yang juga ada di meja makan heran saat Ibunya menanyakan itu, sementara ia tahu Ibunya tidak begitu menyukai kakak iparnya itu.
"Tidak,"
"Apa kamu masih suka pergi ke Bar dan main perempuan?"
Vino tak bisa menjawab, seolah bibirnya terkunci.
"Benar rupanya, Apa kamu lupa jika Adikmu juga perempuan?!"
"Kamu ini Vin, kasian Vania kalau kebiasaanmu tidak hilang... Jika waktu itu kau menikahi Rachel mungkin gadis itu sudah mengadu dengan Ayahnya" ucap Tn. Fernan seolah memberikan petunjuk jika ia memberikan lampu hijau untuk hubungan putranya.
"Tapi Vania tidak bisa mengadu dengan Ayahnya" respect sahut Ny. Zeline dimana ternyata Vania saat itu baru saja turun.
Tn. Fernan sontak menyenggol istrinya yang posisi duduknya membelakangi Vania.
"Kamu sudah merasa baikan?" tanya Tn. Fernan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudah Yah, aku baik-baik saja tidak perlu khawatir" sahutnya sopan seraya menarik kursi untuk duduk dan memulai sarapan.
Sebenarnya ia sedang tidak selera makan apapun, tapi sepertinya lebih baik ia turun daripada tidak sama sekali.
...****************...
Adam masuk keruangan Vino dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.
"Kau kenapa?" tanyanya sambil tersenyum mengejek karena wajah Adam yang terlihat ketakutan.
"Kau habis melihat hantu"
"Apa kakek yang kau maksud hantu"
Seketika itu juga Vino langsung berdiri, dari ekspresi mengejek berubah menjadi serius.
"Ka-kapan kakek datang"
"Kenapa? Kamu tidak suka kakek datang?" sahut Tuan Robert seraya duduk di sofa.
"Bukan, bukan itu maksud Vino Kek... Kalau tahu kakek datang Vino akan menyambut kakek di depan" bantahnya seraya ikut duduk di samping sang kakek.
"Dimana istrimu?"
"Kakek mau lihat secantik apa istrimu, sampai kamu berani membuat rencana kakek untuk kerjasama dengan Ersy Group batal"
"Dia di rumah kek" sahut Vino sedikit khawatir, takut sang kakek langsung pergi ke rumah nya untuk menemui Vania.
"Karena rencana itu batal, kakek tidak mau tau... Pokoknya kamu harus berhasil menjalin kerjasama dengan NIX Group sebagai pemasok utama untuk alat medis di HF Medical Center"
"Tapi itu mustahil kek" sahut Vino.
"Tidak ada kata mustahil dalam kamus kakek, jika kamu berhasil bermitra dengan mereka, kakek akan mempertimbangkan namamu di rapat dewan berikutnya sebagai Pimpinan perusahaan induk menggantikan Ayahmu"
Mendengar itu Vino langsung menyetujui tawaran sang kakek, walau ia masih belum tahu cara agar bisa menjangkau pimpinan NIX Group.
...****************...
Vania Pov
Dokter Jian menghubungiku karena hasil lab sudah keluar, setelah meminta izin dengan alasan cek kesehatan.. Ibu mertua langsung mengizinkanku untuk pergi.
Ting....
📨"saya ada jadwal operasi, jadi mungkin agak terlambat, anda bisa menunggu di ruangan saya"
Setelah mendapat pesan, aku memilih untuk pergi ke suatu tempat yang ingin ku kunjungi.
Ya, tempat dimana aku mengalami kecelakaan satu tahun yang lalu.
Aku mengamati ke sekitar, dan sepertinya sudah banyak berubah dari yang ku lihat di foto TKP.
Seluruh CCTV diganti dengan keluaran terbaru dari HF Electronic.
Cukup lama gadis itu berdiri di sana tanpa ia sadari ada seseorang yang mengawasinya dari dalam mobil yang terparkir di seberang jalan.
Drrttt...
📞"Kau sibuk?"
📞"Tidak, memangnya ada apa?"
📞"Ada yang ingin ku sampaikan mengenai kasus mu"
📞"akan ada banyak mata yang mengawasi jika kita bertemu diluar, jadi datanglah ke HF Medical Center "
📞"Baiklah"
Menutup telpon, aku lekas masuk kedalam mobil yang sudah menunggu dari tadi.
"Pak, kita ke rumah sakit" ucapku dan sopir langsung melajukan mobil menuju HF Medical Center
"......"
Sesampainya di sana, aku langsung menuju lift untuk ke rooftop gedung
Eric sudah sampai lebih dulu, dan menungguku di kursi taman.
Saat aku akan menghampirinya, entah kenapa tatapanku tiba-tiba menangkap sosok yang tak asing bagiku.
"Elvino" gumamku, namun saat aku berniat menghampirinya, seorang wanita cantik sudah lebih dulu menghampirinya.
Entah kenapa rasanya aku tak suka melihat itu, namun Eric tiba-tiba memanggilku
"Vania!" serunya
Vino tiba-tiba menoleh setelah mendengar nama Vania di sebut, tapi ia tak mendapati siapapun dan memilih melanjutkan kesibukannya sendiri.
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Apa kau ingat sesuatu mengenai kecelakaan mu?"
"Yang aku ingat hanya saat sebuah truk melaju dengan kencang dan menabrak ku"
"Selain itu?" tanya Eric penuh harapan, mungkin Vania bisa mengingat lebih banyak.
"Amankan CCTV, semua ini salamu, rekanmu tewas karena ambisi mu... Hanya itu yang bisa ku ingat"
"CCTV itu mungkin maksudnya adalah ini" ucap Eric memperlihatkan sebuah rekaman CCTV padaku, walau sebenarnya itu kurang jelas jelas.
"Resolusinya sudah coba ku perjelas dan ini hasil akhirnya... Satu tahun yang lalu Tim kita mengejar pelaku dari kasus pembunuhan berantai yang menewaskan 11 wanita... dan pria yang ada di rekaman ini adalah salah satu saksi kunci, kasus ditutup karena saksi kunci menghilang" jelas Eric, namun aku benar-benar tak bisa mengingat itu.
"Jika ini satu tahun yang lalu, artinya jawaban tentang tuduhan pembunuhan ku juga berkaitan dengan periode ini?!"
"Itu... "Jawab aku dengan jujur Eric, Apa aku benar-benar pelakunya?"
"Sebenarnya bukti mengarah padamu, tapi tiba-tiba kasusnya di tutup sebagai kecelakaan kerja"
Aku terdiam cukup lama sambil mencoba untuk mengingat kembali, hingga tanpa sadar rasa sakit itu muncul lagi.
Arghh....
Respect tanganku memegang kepalaku yang serasa ingin pecah,
"Vania, kau baik-baik saja?"
"Berhenti memaksanya untuk mengingat, dokter mengatakan jika Vania terlalu memaksa dirinya dan itu tak baik untuk kesehatannya" tukas seseorang yang berjalan menghampiri meja Vania dan Eric.
"Ayo, sekarang kita pulang, Kau harus istirahat, berhenti memaksakan diri"
"Aku bisa mengurus diriku sendiri, berhenti ikut campur... Eric lanjutkan, aku akan mengingat sebanyak yang ku bisa"
"Kita perlu menyelesaikan kasus ini untuk membersihkan namaku" lanjut ku bicara pada Eric.
"Terserah mu saja, jika kesakitan jangan minta bantuanku" ucap Vino yang terlihat kesal karena Vania menepis tangannya.
"Anda tenang saja, saya yang akan mengurus Vania" sahut Eric berdiri hingga tatapan mereka saling bertemu dan saling menebar tatapan tidak suka.
Vania mencoba untuk mengingat kembali, dengan menonton ulang rekaman CCTV tersebut.
Selang beberapa menit kemudian, Vania merasa jika ia mengingat sesuatu.
"Sepertinya orang yang menabrak ku dengan Pria yang ada di CCTV adalah orang yang sama"
...****************...
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments