Tidur panjang #2

Kami masih berjalan sambil bergandengan tangan walau dekat dengan mu seperti ini tetapi mengapa rasanya kau sangat jauh dari ku? Genggaman tangannya tiba-tiba saja dieratkan seakan dia tak ingin melepaskan tangan ku raut wajahnya berubah menjadi khawatir kami terus berjalan dan akhirnya kami sampai disebuah jalan yang bercabang tiga dia menghentikan langkahnya dan terdiam menatap jalan tadi, memandangnya lalu menyentuh pipi kanannya dia sontak terkejut lalu melihat ku dengan tatapan sedih.

Untuk apa kau bersedih? bukankah ini yang kau inginkan? Jujur tak sanggup melepaskan mu tetapi apa mau dikata takdir yang ada di garis tangan mu itu berkata lain tapi jangan khawatir kau akan melupakan ku secepat angin berlalu.

“Mengapa kau tersenyum? Untuk apa senyuman mu itu? Kau akan sendiri lagi jika aku pergi” Jangan khawatir aku sudah terbiasa sendirian, kau harus memilih jalan mu tak perlu peduli pada diri ku yang payah ini.

Dengan perlahan ku lepaskan genggaman tangannya sambil melangkah mundur selangkah demi selangkah hanya bisa tersenyum manis tak ada yang bisa ku lakukan untuk menghentikan langkahnya, hati ini kacau bisa ku rasakan dia sedang memberontak tak terima dengan apa yang terjadi.

Masih memandang ku dengan tatapan sama seperti beberapa menit yang lalu namun ku yakinkan dia dengan melambaikan tangan sambil mengukir sebuah goresan garis senyuman yang bisa membuatnya percaya bahwa aku baik saja tanpa dirinya lagi. Mulai buram hingga akhirnya aku menghilang dari hadapannya tapi yang sebenarnya adalah dia yang lenyap bersama sebuah memori yang dengan sengaja di hapus darinya tak ada kata perpisahan yang terlontar darinya maupun dari ku rasanya tak sanggup mengatakannya seperti ada yang menahannya.

Melihatnya telah menghilang aku memutuskan untuk kembali.

Berayun-ayun tubuh ini ku biarkan terkibas angin dan hujan yang begitu derasnya menguyur tempat ini seketika seakan dia ikut bersedih, langit tak membiarkan sorotan cahaya meretakkan tubuhnya yang kelabu.

Apa ini? Rasanya sudah terbiasa.

Samar-samar mata ini melihat sekeliling yang masih membaringkan tubuh ini di tempat tidur yang kecil, cahaya mentari pagi masuk melalui jendela yang terbuka setengah angin membawa dedaduan terbang bersamanya kicauan burung terdengar bernyanyi merdu sehingga menambah suasana pagi yang sepi tapi menyenangkan bagi ku. Ku lihat dia masih duduk di kursi menatapnya sambil terseyum kecil sepertinya dia terjaga semalaman menunggu pagi karena ingin melihat ku terseyum padannya.

“Apa kau tidak tidur semalaman?” Ucap ku padanya sambil menghampirinya dan mengusap-usap kepalanya.

“...” Namun ia hanya terdiam menatap dan terseyum kecil.

“Apa kau tidak bosan di sini? Apa kau mau keluar dan melihat bagaimana keadaan pagi ini?”

Sahabat ku, boneka beruang berwarna merah yang duduk di kursi sambil melihat ku bernama kuma. Seyum di wajahnya yang membuat ku masih bersemangat dan mempunyai alasan untuk hidup walaupun hanya di temani olehnya ku pangku dia dan memeluknya eret sambil duduk di teras depan melihat ladang bunga berwarna kuning yang sedang menari tertiup angin pagi yang sejuk.

“Apa kau tidak bosan di sini dan hanya menemani ku? Ayo kita keluar melihat dunia baru, dunia yang sangat berbeda dengan dunia kita sekarang” Ujar ku padanya yang masih memeluknya erat dan melihat bunga-bunga itu bermekaran pelahan-lahan.

“Kau benar-benar akan pergi ke dunia yang berbeda di seberang sana?” Terdengar tiba-tiba sebuah suara tapi tidak tahu dari mana asalnya, terdengar sangat lembut dan kemudian perlahan-lahan hilang terbawa angin.

“Siapa itu?” Melirik ke kanan, ke kiri dan ke belakang namun tak menemukan seorang pun.

Angin berhembus kencang memainkan rambut yang panjang ini.

“Dunia di seberang sana?” Ucap ku lagi sambil meihat bentuk awan yang tak beraturan.

Hari semakin siang, masih terdiam duduk melihat bunga-bunga itu menari tertiup angin.

Siang tlah berganti malam dengan langit yang begitu meriah, bulan bersinar terang menerangi ku dalam kegelapan bintang berkelap-kelip di langit biru mereka seakan menjadi lampion-lampion malam yang menghiasi malam ku yang sepi memandangnya dan bertanya “Apakah kau mau menemani ku melewati malam yang panjang ini? Aku berharap kau tidak meninggalkan ku seperti mereka yang meninggalkan ku. Sendirian”. Para kunang-kunang terlihat sedang asik bermain dengan senternya mereka berterbangan di ladang bunga bagaikan menghias bunga-bunga itu dengan lampu-lampu natal malam yang panjang sepi sunyi seakan sudah menjadi sahabat bagi ku dan dirinya sampai kapan pun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!