Pengawal Gadis Maut
PENULIS BERHARAP DUKUNGAN DARI TEMAN-TEMAN SEMUA
*************************************************
Pengenalan karakter
Pemilik kastil : Nona Nara atau biasa disebut Tuan Nara
Pengawal : Taein, Zleris, Nhean, Maica, Kean , Say, Hemma
Kakak Nara : Nios
Teman Nara : Lina (siswa SMA sekaligus anggota mafia)
Pemeran pendukung : Minama, Cerol, Vies(V), Yumina.
*Prolog*
Seorang gadis bernama Nara tinggal bersama 7 pengawal nya di kastil, para pengawal Nara bertugas melindungi Nara saat jiwa nya pergi ke alam baka sekaligus menyiapkan makanan bagi tuan nya. Bukan tanpa alasan Nara pergi ke alam baka, seorang tuan juga punya tugas yaitu menjaga rumah tua alias tempat persinggahan para roh sebelum memasuki jalur reinkarnasi. Artinya roh-roh tersebut sudah bebas dari neraka dan menunggu waktu untuk reinkarnasi.
*Tujuan*
Nara ingin menyelamatkan teman nya Lina dari maut, Nara ingin memberikan dia kesempatan untuk menikmati hidup, bebas dari dunia mafia yang telah membuat dia menjadi pembunuh berdarah dingin.
#SEMOGA TERHIBUR JANGAN LUPA
BERI DUKUNGAN PADA PENULIS
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Uhh...akhirnya sampai lelah juga berjalan jauh, batinnya berkata.
Mereka sampai di depan ruangan yang tertutup rapat oleh dua daun pintu yang cukup besar menjulang tinggi, terlihat sudah lama dan kuno. Di Gagang pintu tergantung sebuah gembok kunci, Nean menatap gembok kunci lalu melihat Nara sambil meninggikan salah satu alisnya, Nara menarik dan menghembuskan nafas lalu memasukkan tangan kanan ke saku almamater sekolah berwarna hitam untuk meraih sesuatu di dalamnya itu adalah kunci untuk membuka gembok tadi.
Nara mengangkat kunci di hadapan Nean sekadar memberinya isyarat, dengan tatapan meyakinkan dia tersenyum melihat kunci tadi lalu memutar bola matanya ke manik mata Nara yang senjak tadi memperhatikan wajah kusutnya. Pintu sekarang sudah terbuka lebar.
"Kalian sudah datang?" Tanya salah satu dari mereka yang sedang berdiri di depan Nara dan Nean sambil membungkukkan badan.
Akan ku beri tahu apa yang sedang terjadi, ada sekitar tujuh orang yang berkumpul semuanya berjubah serba hitam, warna rambut mereka berbeda tapi bukan seperti warna pelangi. Warna manik mata mereka berbeda, terlihat masih muda dan tampan tapi sebenarnya umur mereka sudah lumayan tua sekitar ribuan tahun. Mereka semua adalah pelayan di kastil milik Nara.
Nara mengayunkan langkah kecil menuju sebuah kursi empuk untuk menyandarkan bahu ke pangkuannya.
"Maaf hanya ini yang bisa kami berikan padamu Tuan Nara" Seru Taein salah satu dari mereka sambil merendahkan diri dan menyodorkan sebuah gelas yang berisikan cairan berwarna merah pekat, rambutnya berwarna langit senja dan manik matanya berwarna hitam cerah semakin menambah ketampanan di wajah putih pucat nya.
"Tidak enak, biarkan aku mencicipi mu saja"
Gelas yang di pegangnya jatuh dan pecah akibat kera bajunya dicengkeram oleh Nara. Sepasang taring tertancap di leher Taein kemudian dia mulai mendesah membuat Nara semakin bergairah.
"Tuan"
Rasa lapar sudah menguasai fikiran Nara dan membuatnya kehilangan kendali, saat Nara mendengar panggilan Taein dia berhenti sejenak lalu dengan lembut menjilati darah yang keluar dari bekas luka korbannya, itu membuat Taein kembali mendesah. Taring yang sempat terlepas kini kembali menancap di lehernya namun lebih dalam lagi membuat tubuhnya bergetar dan detak jantungnya semakin cepat hingga akhirnya dia jatuh ke lantai.
"Nona apa kau..." Zleris tak berani meneruskan kalimatnya.
"Apa kau masih lapar?" Ucap Nean melanjutkan perkataan Zleris dengan lantang.
Zleris mengumpulkan keberanian, perlahan dia menghampiri dan berdiri di samping lalu menyentuh pipi kiri Nara dengan lembut sehingga pergelangan tangannya berada di dekat bibir Nara, jelas dia sengaja melakukannya.
"Kau tidak takut menggoda ku seperti ini?" Zleris melihat Nara dengan tegas mengisyaratkan jika dia menginginkannya.
Makanan yang datang sendiri tentu tidak boleh disia-siakan begitu saja. Pertama tangan Zleris digenggam dengan hati-hati lalu memberikan dia sedikit gerakan manis. Kulitnya yang lembut membuat hidung dan lidah Nara tak mau berhenti menempel pada kulit Zleris yang lembut, ibaratkan saja seperti menjilat wafer strawberry sebelum dimakan.
Nara menancapkan sepasang taringnya di tangan Zleris kemudian mulai makan dengan lahap.
"Bagaimana rasa ku tuan? Apakah enak?" Tanyanya dengan hati-hati.
Nara mengeluarkan taringnya kemudian berdiri mencium Zleris agak kasar, dia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Zleris dan menunggu dia mengikuti tindakannya.
"Emm...emm...emm" ******* Zleris terdengar, ada apa ini? Ternyata Nara menggigit lidah Zleris untuk melanjutkan makan yang tertunda tadi.
Zleris tak berani berontak yang dapat dia lakukan hanya patuh pada tuannya apapun yang terjadi, dia hanya bisa memegang sedikit baju tuannya untuk menahan sakit. Tak lama pandangan Zleris berangsur-angsur menjadi buram dan pingsan.
"Lagi?" Ucap Nara, dia menyeka bibirnya sambil melayangkan tatapan kejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments