Obsesi

#MOHON DUKUNGAN DAN IKUTI PENULIS AGAR LEBIH BERSEMANGAT

*******************************************

Bunyi bel tanda istirahat berakhir semua siswa-siswi kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti mata pelajaran selanjutnya. Hari ini di ruang kelas diberikan tugas kelompok lagi-lagi tugas kelompok baru, mendengarnya saja Nara sudah sangat malas. Seperti biasa Nara dan Nhean satu tim tapi tak hanya kami berdua saja melainkan ada seorang gadis manis berambut panjang berwarna hitam berkilau juga tergabung satu kelompok, yah Tuhan bagaimana ini dia tentunya tidak tahu siapa Nara sebenarnya dia menatap Nara dan Nhean dengan perasaan campur aduk itu karena selama ini mereka tidak suka berbaur dengan bangsa manusia dan cenderung menjauh untuk menghindari hal-hal yang tidak di harapkan. Nhean melirik sepertinya dia memiliki rasa khawatir yang terlalu belebihan, Nara enggan melihat dia untuk meyakinkannya Nara baik saja.

Melihat keluar jendela dengan gaya menopang dagu tapi dengan gaya yang sedikit bebeda dari orang lain. Memandang sejauh mungkin yang dia bisa tanpa memikirkan hal lain.

“Baiklah saya harap tugasnya bisa di kumpulkan di ruang saya besok pagi pukul 10.00” Jelas seorang guru laki-laki paruhbaya yang bertubuh besar nan tinggi, suaranya memberikan sedikit getaran di gendang telinga penghuni kelas yang sedang dilanda kebisuan serta kesunyian di ruangan seketika.

Semua siswa-siswi bergegas meninggalkan ruang kelas dengan teratur tetapi tidak dengan gadis tadi dia perlahan menghampiri Nara.

“Permisi” Ucapnya dengan hati-hati takut dia salah nada sehingga menyinggung.

“Dimana kita akan mengerjakan tugas kelompok?” Lanjutnya lagi, Nara menoleh dan melihatnya bersamaan dengan itu Nhean datang menghampiri mereka berdua.

“Dia tidak suka keramaian jadi kau harus datang ke kastil kami” Jelas Nhean memotong pandangan gadis itu pada Nara.

“Kastil?” Tanya gadis itu kebingungan.

“Maksud ku rumah kami?”

“Apa yang sedang kau bicarakan Nhean?!” Telepati adalah cara yang biasa mereka gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain, sebenarnya manusia juga mempunyai kemampuan yang sama biasa disebut interbrain. 

“Dimana letak rumah mu? Kami akan kesana malam nanti pukul 20.00, tinggalkan saja nomor telpon mu, akan ku hubungi nanti”

Dalam keadaan seperti ini Nara harus bersikap profesional tak mungkin dia layangkan tatapan aneh, warna manik mata yang berubah menjadi merah yang siap menelannya hidup-hidup,  jadi di tatapnya gadis manis itu dengan santai.

“Kebetulan letak rumah ku jauh dari keramaian kota” Gadis manis itu nampak senang dengan adanya respon dari Nara.

“Baguslah kami akan datang” Nhean dengan wajah kesalnya mengajak Nara untuk segerah pulang.

Saat dalam perjalanan pulang Nhean bertanya “Mengapa kau mau mengambil resiko besar dengan pergi kerumah gadis itu?” Tanyanya ketus, Nara menghembuskan nafas berat dan berkata “Gadis itu tak mungkin datang ke kastil, itu terlalu beresiko baginya. Banyak bahaya mengintainya” Dia kembali bicara dengan nada kesal dan memaksa Nara menghentikan langkah lalu menoleh melihatnya dengan tatapan dingin.

“Nhean!” Dia membuang pandangannya.

Melanjutkan kembali langkah dengan perlahan dan pasti.

Tak cukup beberapa menit mereka sudah jauh dari keramaian kota dan memasuki hutan rimbun tetapi tentunya bukan lagi dalam kota melainkan kota yang lain,  lebih tepatnya kami sudah meninggalkan kota tempat dimana Nara dan Nhean masuk akademik.

Sesampainya di kastil seperti biasa yang dia lakukan setiap kali tuannya bersamanya membuka pintu kastil dan mempersilahkan masuk, di dalam kastil mereka ternyata sedang menunggu Tein, Khen, Say dan lainnya.

“Tuan sudah pulang? Mengapa begitu lama?” Tanya Taein.

“Lapar” Ujar Nara datar sambil mengigit bibir bawah sekadar membasahi bibir yang sedikit kering.

“Perlukah kami”

“Tak perlu” Nara beranjak dari tempat dan berlalu dari pandangan mereka, menaiki sebuah tangga yang megah untuk pergi beristirahat di kamar. Kekecewaan terlihat terpanjar diwajah pucat mereka.

“Berhenti melihat ku dengan tatapan putus asa seperti itu. Kalian bukanlah Vampire Slave. Lekaslah bersiap, kita tidak boleh terlambat”

“ Aku mengerti” Jawab Nhean santai.

“Tuan mau kemana?” Tanya Taein penasaran.

“Ikutlah jika kalian mau, aku akan bersiap 30 menit lagi. Jangan lupa hubungi gadis itu jangan sampai dia curiga”

“Seorang gadis? apakah gadis itu cantik? Beruntung sekali kau mendapatkan kontak seorang gadis, tapi bukankah kau bisa mengetahui di mana dia berada dengan mencium aroma tubuhnya tanpa harus menghubunginya?” Maica sepertinya dia sangat senang mengganggu rekan-rekannya, dia sengaja membuat Nhean kesal padahal kami baru saja kembali dari perjalanan jauh mungkin dia berharap aku cemburu.

“Brisik sekali!” Nhean menggeram kesal, dia berlalu dengan segera.

30 menit berlalu rupanya mereka sudah bersiap dari beberapa menit yang lalu menunggu lebih awal, mereka berangkat bersama ke rumah gadis itu.

Sesampainya disana Nhean memencet bel dan tak lama setelah itu pintunya mulai terbuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya sebuah wajah terlihat sedang mengintip dari balik pintu, seperti sedang mengintai. Saat melihat Nhean dia langsung menunjukkan seluruh wajahnya.

“Rupanya kalian. Silahkan masuk”

Tunggu sebentar! Pengawal tampan Nara tentunya tidak masuk ke dalam rumah gadis itu hanya dia dan Nhean yang masuk sementara yang lain menunggu di luar.

Mari kembali sebentar kemenit sebelumnya.

“Pulanglah jika kalian lelah menunggu. Aku akan menyusul jika sudah selesai” Tuannya melihat mereka dengan santai.

“Kami akan menunggu” Ujar Say.

“Jaga diri kalian” Mereka terlihat senang saat tuannya layangkan senyuman manis.

Gadis itu. Namanya Minama biasa dipanggil Mina, dia membawa sesuatu dari dapur yang tak lain adalah segelas minuman dingin bersoda, terlihat ada setumpuk embun di gelas yang dia bawa. Meletakkannya di meja lalu mempersilahkan untuk mencicipinya. Pandangan Nara tak lepas dari gelas sedangkan Nhean, sibuk memperhatikan sikap tuannya sambil bertanya pada dirinya sendiri “Apa itu membuatnya tidak nyaman?”.

Menggerakkan tangan menuju kegelas, memperhatikannya sebentar akhirnya Nara memberanikan diri untuk mencoba.

“Rasanya aneh” Ujar Nara datar yang membuat Nhean dan Mina terkejut.

“Rasanya seperti membakar tenggorokan ku” Tambahnya lagi sambil memperhatikan gelembung-gelembung yang melayang ke bibir gelas.

“Benarkah? Maaf jika kau merasa begitu, sepertinya Nara tidak biasa minum minuman bersoda, maaf” Dia merasa bersalah karena sudah memberikan temannya minuman yang rasanya seperti racun, minuman brengsek ini.

“Tidak apa-apa jangan khawatir!"

Selama berada dirumahnya mereka hanya sibuk menyelesaikan tugas kelompok tapi lebih tepatnya Nhean yang menyelesaikannya, gadis bernama Mina itu terlihat malu-malu dan kagum melihat Nhean sepertinya dia tertarik.

Tak terasa waktu terus berjalan, hanya 1 jam dirumah gadis itu kemudian mereka pulang.

Sudah diduga mereka masih menunggu astaga nekat sekali.

Mereka berjalan dengan perlahan sambil menikmati angin malam serta pemandangan bulan bintang di langit biru walau sebagian tertutupi oleh awan kelabu. HAAA...angin malam ini selalu saja berhembus di hadapan Nara, tak lupa dia selalu membawa aroma manis yang berbeda dari segala penjuru dunia, tak bisa ia pungkiri bahwa suasana seperti ini sangat menyenangkan tapi, rasanya ada yang ganjil Nara merasakan ada sesuatu di hati Zleris sepertinya itu sangat mengganggu akal sehatnya.

Nara membalikkan badan dan menatap Zleris

"Kenapa kau ragu-ragu aku tidak pernah melarang mu untuk mengatakan apa keinginan mu. Zleris”

“Nona ada apa” Tanya Taein penasaran.

Dia tidak ingin menatap tuannya, pandangan ragu-ragunya akan membuat Nara bisa mengetahui apa isi hatinya. Detak jantungnya...bisa terdengar jelas berdetak gagap, ada yang membuat jantungnya terbata-bata seperti itu. Tangannya sedikit  bergetar,  detak jantungnya kini menabuh drum sedikit lebih keras dan bersemangat. Ada sebutir air bening mengalir di keningnya yang membasahi pipi lembutnya.

“Ada apa dengan jantung mu, mengapa dia berdenyut begitu cepat sampai membuat mu harus mengeluarkan benda dingin ini?” Nara meletakkan tangan kanan nya di dada kirinya lalu menghapus air bening tadi. Di peganggannya tangan tuannya tanpa melihat dan malah memejamkan matanya.

“Nona ada apa sebenarnya” Taein semakin penasaran sebab dia tidak tahu apa yang Zleris katakan saat ini karena dia membatasi komunikasi sehingga hanya Nara dan dia yang tahu.

Tiba-tiba Nhean datang dia menarik tangan Nara yang membuat genggaman tangan Zleris terlepas.

“Sudah jangan pedulikan dia, sekarang sudah larut malam sebaiknya kita segerah kembali”  Sepertinya dia kurang suka dengan sikap Zleris, dasar Nhean dia memang egois.

“Em...baiklah” Tuan mereka mengiyakan saran dari Nhean

#HALU SEBENTAR TIDAK APA.

ANDAI SAJA MEMILIKI BANYAK PELINDUNG SEPERTI NARAಡ ͜ ʖ ಡ

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!