Awal baru

Matahari masih bersembunyi tersipu malu di balik awan tetapi itu tidak dapat menipu ku, sinarnya memantul di awan yang tadinya berwarna putih seputih kapas kini berwarna jingga.

Seperti hari-hari biasa pagi ini kembali berbusana rapi ala anak sekolahan.

Suara langkah ku dari atas anak tangga mulai menciptakaan nada untuk berperang melawan kesunyiaan dan seperti biasa mereka semua sudah berada diruang tamu, astaga mengapa mereka melakukan itu aku benar-benar merasa aneh di perlakukan seperti ratu di sini walaupun ini kastil milik ku tapi tidak seharusnya mereka bersikap seperti.

“Ayo kita pergi! Nhean”

“Baik”

“Aku harap kalian baik disini” Mereka terheran dan hanya menyebut nona dari bibir manis mereka. Lirikan mata ku entah kenapa menscreenshot Zleris yang sedang mengusap-usap lehernya entah ada ada dengannya, terukir senyum disudut bibir ku melihat perilakunya pagi ini sambil berlalu dan mulai mengilang dari ambang pintu kastil, bersama dengan itu pintu yang tadinya terbuka lebar sekarang dia tertutup rapat dengan perlahan.

Apa kalian pernah dikucilkan?, dipandang rendah oleh orang lain? Ataukah disebut aneh?. Kekecewaan, merasa rendah diri, sakit hati, dan perasaan tidak enak lainnya pasti sudah terukir dihati kalian membuat lubang yang dalam hingga menusuk lubuk hati merah yang lemah dan terciptalah sebuah julukan perih yaitu dark heart. Kau tahukan rasanya jika orang lain hanya mengganggap mu sebagai sebuah goresan pensil yang tak berguna dan siap untuk dihapus, ataukah sebuah pohon kecil yang tumbuh di antara pepohonan besar nan rimbun. Memang sakit rasanya sampai-sampai sehela nafas dari dada tidak ingin lagi keluar untuk menyambungkan kehidupan rumit ini bahkan amat rumit untuk di katakan dan aku yakin bahwa kalian berfikir jika tidak ada yang dapat memahami perasaan mu selain diri mu sendiri dan diam memendam semua sendiri adalah keputusan terbaik menurut kalian. Terseyumlah walau hati menangis tersedu-sedu....

Baiklah ku sarankan lupakan kisah hidup mu yang menyedihkan itu, Yah sebenarnya aku juga termasuk di dalamnya.

Begitulah sebuah paragraf yang ia tulis di buku tulisnya, maksud ku gadis manis itu. Mina, buku yang tempo hari dia pegang didalam kelas di situlah tempat dia berkarya. Seperti biasa dia datang lebih awal dari murid lainnya duduk sendiri dalam kelas membuatnya merasa nyaman dan sang elemen kehidupan sepertinya juga sangat menyukai dirinya rambut indahnya tertiup angin pagi, horden jendela kelas juga ikut terhanyut dalam kenyamanan sang elememn kehidupan. Benar suasana pagi yang begitu menyenangkan hingga siapa pun bisa terlena.

Tapi. Suasana ini lagi sial! Kenapa suasana sepi selalu saja membuntuti kemanapun aku pergi, sial benar-benar sial andai saja makluk yang ada di samping ku ini bisa membuat ku merasakan keramaian walau hanya sekali. Sekali saja. Oh sudalah untuk apa aku berhayal itu hanyalah sekedar hayalan yang tak berarti hanya sebuah lintas imajinasi belaka.

Masih terperangkap dalam sepi. Membisuya langit menandakan jika dia sedang enggan menitihkan kesedihannya, termenung dalam kelas menatap jauh keluar jendela sendirian dan sepertinya itu sudah menjadi aktivitas rutin ku semenjak menjadi murid pindahan di akademik ini. Menjadi orang aneh dengan tatapan polos sudah menjadi familiar dimata orang lain yang sering melihat ku di akademik dan juga mereka yang sempat berpapasan mereka menatap heran tapi aku tak peduli. Dari pojok belakang Nhean memandangi dan berusaha mendapati diri ku dalam keadaan haus yang sangat berusaha menemukan sebuah buah fikiran ku namun tak dia dapatkan.

“Dia hanya mengambil energi dari alam lalu mengabaikannya semua aroma manis yang tercium jelas olehnya dari angin pembawa pesan.Tapi mengapa angin ini terus saja menggodanya, sial!” Sentak dalam fikirannya sendiri.

“Bagaimana bisa?” Suaranya terdengar gemetar ketika dia menoleh melihat ku dan Nean tiba-tiba sudah duduk manis di tempat duduk kami masing-masing.

“Senjak kapan kalian disini?”

“Sudah dari satu jam yang lalu" Jawab Nean. Dingin.

“Tapi aku tidak melihat kalian masuk”

“Mungkin kau terlalu sibuk dengan kegiatanmu hingga kau tidak menyadarinya”

“Ta.Tapi aku benar-benar tidak melihat kalian masuk”

Terkejut tentu saja dia, sudah ku bilang padanya usulannya ini kurang baik tapi dia tidak mendengarkan ku.

“Tak perlu difikirkan, maaf sudah membuat mu terkejut” Mengalihkan pembicaraan untuk mengakhiri persoalan yang merepotkan.

“Iya tidak apa-apa” Ujar gadis manis itu, dia kembali berfokus pada bukunya dengan seribu pertanyaan dibenaknya.

Jam istirahat membangunkan siswa-siswi dari dunia sekolahan yang membosankan dan membuat kepala menjadi pusing tujuh keliling, aduh ampun namanya juga momen yang ditunggu-tunggu mereka dengan sangat girang mengantri keluar dari jeruji besi alias kelas tapi kebahagian mereka terlalu berlebihan akibatnya Mina tersenggol oleh seorang siswa dan hampir jatuh kelantai tapi untung saja Nhean dengan sigap menahan tubuhnya. Bingung, canggung, malu, senang, kaget, jantung berdebar kencang dua kali dari biasanya semuanya tercampur jadi satu bagai sedang membuat adonan kue dengan bahan yang seharusnya tidak di masukkan kedalam adonan sehingga menciptakaan sebuah kue yang tak karuan rasanya, seperti itulah yang tengah di rasakan Mina sekarang ini.

“Terimakasih” Mina terlihat sangat malu sekarang karena wajah Nhean berpasasan sangat dekat dengannya.

“Hati-hati dengan langkah mu! Dasar ceroboh”

“Maafkan aku” Dia menjauh dari Mina dan kembali ke tempat duduknya sambil melirik ku yang tak sempat menyaksikan momen romantisnya. Ketika Mina masih memperhatikan Nhean sang pahlawannya dengan tatapan...ais aku tidak tau tatapan apa itu.

“Mengapa kau melakukan itu?” Tanya Nhean membatin.

“Melakukan apa maksudmu?”

“Membuat tubuh ku bergerak sendiri untuk menolong gadis bodoh itu, kenapa kau melakukan hal yang tidak aku sukai?”

“Maksud mu gadis itu? Bukankah dia manis?” Dia terdiam sebab tak tahu apa yang harus dia katakan.

“Kenapa kau diam jawablah! Gadis itu manis bukan?. Aku tidak mungkin terus membayangi mu dengan remang bayangan hitam ku” Lanjut ku lagi membuatnya terbungkam dalam kemarahannya, dia melirik Mina yang masih berdiri memperhatikannya. Dingin, membuat Mina harus hengkang dari dudukannya meninggalkan kami berdua dalam kelas. Kami diam tak melontarkan satu kata untuk melajutkan pembicaraan kami hingga akhirnya kelas kembali dimulai.

Tak tahu apa yang harus ku katakan padanya agar dia mau mengerti bagaimana perasaan ku padanya saat ini. Ku beri tahu dia, ku berusaha membuatnya paham akan posisi ku saat ini tapi dia tidak ingin tahu dan mengerti badai apa yang sedang aku lawan sekarang ini, setan ini terus saja menggoda ku untuk membunuh mereka satu per satu bagai seorang pembunuh keji yang sedang mengintai korbanya dengan tatapan setajam elang. Bukan hanya dia tapi mereka semua seringkali aku berusaha membuat mereka menjadi benci pada ku tapi mereka begitu bodoh hingga mengabaikan sirene peringatan bahaya, hati ini sudah penuh dengan pertanyaan dan rasa tak pasti akan perasaan, terasa sangat lelah memang tapi mau bagaimana lagi itu harus aku jalani dan hanya terus berusaha menyakinkan mereka walau tak jarang harus menahan bara api di dalam hati yang berkobar-kobar seperti ingin meletus keluar dan memanggang mereka semua agar menjadi makanan yang begitu lezat agar memuaskan rasa lapar dan dahaga di tenggorokan sialan ini.

Hari semakin senja. Sudah beberapa jam yang lalu senjak kembali ke kastil, aku masih terdiam didudukan sofa yang berada di ruang baca sekali lagi aku mengelus pipi ku membuat mereka terheran. Seperti biasa dan biasanya mereka semua setia menemani ku tanpa ada kata lelah yang terlontar dari bibir mereka, sengaja ku bangkitkan setan sialan ini hanya untuk mengetahui bagaimana respon mereka ketika keadaan ku seperti ini, dan apa yang aku dapatkan mereka berniat membantu untuk memuaskan setan ini.

“Dasar bodoh. Kalian benar-benar bodoh”

“Nona?” Ucap Taein.

“Baiklah jika memang itu kemauan kalian, mati konyol demi setan keji seperti diri ku. Tapi aku tidak bisa melakukan itu melihat kalian mati itu sama saja dengan menyiram racun diatas ladang bunga ku”. Tak bisa lagi menahan gejolak setan terpaksa menggigit tangan ku dan meminum darah ku sendiri, tentu mereka benar terkejut dan sontak Nhean menarik tangan ku agar terlepas dari cengkaram taring tajam ini.

“Apa kau sadar apa yang kau lakukan?” Katanya sambil menatap ku aneh.

“Kau bahkan mengabaikan minuman yang selalu kami berikan pada mu, kau tak menyetuhnya sedikit pun padahal itu adalah darah kami. Jujur saja aku sangat kecewa terhadap nona, jadi disini sama saja kami tak ada gunanya untuk diri mu” Nios menggigit tangannya dan membiarkan darahnya tumpah dengan sia-sia.

“Dasar bodoh, apa yang kau lakukan? Hentikan kata ku”

“Ada apa? Bukannya kau tidak peduli pada kami”

“Hentikan!” Dengan cepat aku bertelepor berada di hadapannya dan membalut tangannya dengan kain, dia tidak membiarkan ku membalut lukanya sampai selesai.

“Untuk apa kau membalut luka yang tak bisa sembuh, kecuali kau yang mengobatinya” Dia menjilat pergelangan tangan ku yang dipenuhi oleh darah ku dan menancapkan taringnya.

“Apa yang kau lakukan?” Menggeram kesakitan mencoba meloloskan diri dari cengkramannya tapi sepertinya itu sia-sia Nhean datang dan menarik tangan kiri ku yang mencoba membantu tangan kanan ku melarikan diri, dia juga menancapkan taringnya di leher ku. Melihat yang dilakukan oleh Nhean dan Nios, mereka juga ikut menancapkan taringnya di tubuh ku. Dasar sialan....

Masih terdiam di dudukan sofa yang berada di ruang baca. Duduk diam sambil menatap mereka, kejadian di atas adalah kejadian yang akan terjadi bila aku melukai diri ku sendiri.

“Mengapa kalian masih disini? Kalian tak perlu berpura tunduk pada ku hanya karena kalian tak berdaya. Aku selalu merasa iri saat mendengar detak jantung yang terus berdetak tak menentu, ingin rasanya mengambilnya dari mereka. Cih dasar setan kecil”

“Nona tidak seperti itu kau salah paham” Ujar Nios tiba-tiba.

“Kerutan di wajah mu itu sudah cukup menjelaskannya semua pada ku” Ujar ku dengan tenang dan perlahan. Aku segera beranjak dan berlalu dari mereka tapi sebelum itu aku sempat mengatakan suatu hal yang menancap di hati mereka semua sedalam lautan merah.

“Aku tidak ingin melihat kalian lagi di kastil ku besok pagi!” Lanjut ku lagi sebelum aku benar-benar berlalu dari hadapan dan pandangan mereka semua.

“Nona tunggu!”

“Dia tidak akan mendengarkan mu. Sebaiknya kalian bersiap-siap untuk pergi dari sini dengan segara sebelum fajar. Jauh sebelum hari ini kau sudah tahu sifat nona bagaimana, kau tidak akan pernah bisa memahami jalan fiikirannya” Cegah Nhean lalu ikut berlalu juga.

Terlelap dalam waktu, tertidur pulas dengan tenang....

Kebahagian selalu saja berlalu begitu cepat hingga aku tak pernah sadar bahwa aku telah mengalaminya....

Lalu terbangun di dunia di mana seharusnya aku berada....

Sempat lupa akan tempat ini karena imajinasi telah membawa ku jauh dari dunia ku yang sesungguhnya, sepertinya aku sudah terlampau jauh masuk ke dalam imajinasi tanpa akhir.

Suaranya menembus alam sadar yang begitu lembut dan sedikit suram.

“Ada apa? Bukankah kau memang selalu sendirian?”

“...”

“Kau terdiam seperti ini dan hanya menatap ku, itu sudah menjelaskan jika kau memang merasa seperti itu. Lihatlah keluar jendela, apakah kami pernah meninggalkan mu sendirian? Kami selalu ada disisi mu, lihatlah sang bunga menyambut mu mereka menari bersama sang elemen kehidupan. Jadi mari bermain bersama”

Uluran tangannya dingin nan lembut. Menuntun ku melangkah melewati beling-beling kaca. Walau dia hanyalah sebuah boneka panda bercorak merah yang duduk di kursi setiap hari sambil menatap ku yang ku beri nama Kuma, tapi dia adalah teman ku, teman yang tak pernah meningalkan ku.

Sendirian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!