Jalan-Jalan

"Ibu, aku mau beli mainan."

"Jangan dulu sayang, laptop kakak mu lebih penting dan ibu gak bawa uang lebih." Hem, ibu selalu saja memenuhi keinginan tidak berguna nya kakak. Padahal jelas sekali kalau kakak berbohong soal ingin memakai laptop itu untuk kerja sekolahnya. Aku sangat tau sebenarnya kakak ingin bermain game online dengan laptop itu di sekolah nanti. Aku selalu tau kakak ini cuma bisa berbohong demi kesenangan nya pada ibu. Semenjak ayah meninggal, kakak menjadi semaunya dan ibu yang bodoh selalu menuruti nya ketimbang aku. Aku malah menjadi mandiri di umur ku yang masih 8 tahun.

Karena ibu masih sibuk dengan pegawai robot itu untuk mengurus laptop yang ingin dia beli, aku mulai merasa bosan lantas meninggalkan ibu diam-diam menelusuri tempat besar ini.

.

.

.

.

Tempat ini sangat besar dan dingin karena memiliki AC yang mungkin lebih dari 100 unit. Aku bahkan bisa merasakan diriku mulai sedikit demam karena dingin yang berlebihan ini.

Aku terus berjalan entah ingin kemana kaki ku menuju. Namun lama kelamaan aku merasa mulai memasuki jalan yang sangat sepi, gelap, dan semua konter yang tadinya ku lihat terbuka lebar dengan gemerlap lampu nya lenyap di bagian ini.

Hampir tidak ada siapapun yang lewat di sini selain aku.

"Aku di mana?" Aku berusaha mengingat jalan tadi namun kesan nya seperti aku berjalan di jalan yang sama lagi dan lagi, jangan kan ke tempat ramai tadi, aku bahkan tidak bisa melihat cahaya sedikit pun. Sangat gelap sampai beberapa kali aku ingin menabrak dan terjatuh karena ada lantai yang ternyata berlubang. Bersyukur tidak ada lubang yang besar yang bisa membuat ku terjatuh dan terkubur di dalam sana.

Lama sekali aku melangkah, dan aku mulai kelelahan. Air mata mulai menetes di wajah ku, aku sangat takut dalam kegelapan kelam ini. Aku tidak tau akan ada apa di depan sana. Depan belakang sama saja, sekeras apapun aku berteriak, hanya kesunyian yang menyapa.

"Ibu .. kakak... Tolong adek. Huaaa..."

Di ujung jalan sana aku mendengar derap kaki di ujung sana. Aku juga bisa mendengar helaan nafas yang begitu berat sampai membuat sekujur tubuhku merinding hebat. Itu terdengar seperti suara erangan hewan buas, tapi aku tidak bisa mendeskripsikan hewan apa itu karena tidak ada satupun yang mirip dalam ingatan ku tentang hewan buas.

Derap kaki nya semakin lama ku dengar semakin cepat dan menuju ke arah ku. Aku dengan keberanian yang tersisa pun berlari menuju arah depan sambil menggigit bibirku agar tidak berteriak dan semakin membuatnya mempercepat larinya.

Tapi nihil, mau secepat apapun lari ku dan sekuat apapun tekatku untuk mengabaikan nya, dia tetap bisa menyusul ku. Sesosok yang aku tau itu apa mengerang keras hingga kuping ku rasanya sakit di tempat yang sepi seperti ini, suara segitu saja bisa membuat gendang telinga pecah.

Aku bisa melihat dia di belakang ku. Tubuh manusia, ya, walau sedikit tapi aku bisa lihat itu adalah dua kaki manusia normal dan milik seorang pria. Tapi begitu wajah nya mendekat dan terlihat sempurna di pupil mata ku, aku langsung berteriak keras. Aku menangis sejadinya di tempat gelap itu dan entah kenapa penderitaan ini belum berakhir juga.

Dia bukan manusia, dia monster. Aku sempat melihat mulut nya yang beruap dan penuh darah itu menganga lebar dengan lidah runcing nya yang menggeliat keluar. Karena terlalu lama berlari aku tersandung kaki ku sendiri dan terjatuh sepenuh nya.

Monster itu sudah ada di hadapan ku sekarang. Ya, mungkin sedikit lagi aku akan di makan, tapi harapan masih berpihak padaku. Dalam kegelapan aku bisa menemukan balok kayu panjang yang penuh dengan paku di ujung nya. Dengan sigap aku memukul wajah monster itu hingga dia kesakitan dan berteriak melengking lagi.

Saat aku pikir, aku sudah bebas dan perlahan cahaya mulai terlihat di depan sana. Sebentar lagi aku akan keluar dari koridor menyeramkan ini. Monster itu, meski sudah terluka dia masih terus mengejar ku sampai di ujung cahaya.

Sedikit lagi aku mencapai nya. Tetapi, saat tanganku baru saja ingin menyentuh cahaya itu, aku mulai merasakan nyeri pada punggung ku. Bukan nyeri biasa, ini benar-benar sakit dan rasanya seperti terbakar. Aku bahkan mencium bau daging gosong dan melihat asap keluar dari tubuh ku di bagian belakang.

Monster itu ternyata menjilat punggung ku dari kejauhan hingga menghanguskan pakaian bahkan punggung ku sampai berlubang sedang. Lidah nya ternyata juga memiliki lendir asam yang bisa melelehkan apapun dalam sekali sentuh.

Perlahan pandangan ku mengabur dan nafasku tersengal. Karena tidak kuat menahan luka yang cukup besar ini, aku tersungkur kembali ke lantai dalam posisi telentang. Dalam pandangan terakhir ku, aku melihat monster itu mendekat dan memakan bagian dalam tubuh ku dari belakang kemudian pergi. Seperti nya dia tidak suka cahaya, karena menyerang dari jauh aku pun berasumsi demikian.

Hah, begini lah akhir hidupku yang sia-sia. Aku bahkan belum melihat semua hal yang ingin aku lihat dan aku malah ditakdirkan mati di tempat misterius ini. Mungkin, mengikuti ibu sampai urusan nya beres adalah pilihan teraman buatku. Aku menyesal, tapi juga lega. Aku jadi tidak perlu terlibat dalam keluarga yang pilih kasih ini. Aku tidak akan bertemu dengan kakak yang sangat jahat dan suka memukul itu dan juga aku tidak perlu merasa cemburu bila kakak lebih di perhatikan oleh ibu ketimbang aku yang sebenarnya juga anak kandung nya.

Aku menghembuskan nafas terakhir bersamaan dengan menjauh nya cahaya yang bukan aku cari. Jika memang itu, seharusnya ada beberapa orang yang lihat aku sedang kesusahan atau melihatku sudah tidak bernyawa. Namun kenyataan nya aku masih tetap dalam lorong tak berujung yang ada di toko hp dan barang elektronik lain nya.

Permintaan terakhirku untuk tuhan. Aku berharap ada orang yang bisa menemukan ku di sini. Aku akan setia menemani dan melindungi nya dari bahaya meskipun tidak dapat menyentuhnya karena aku akan melakukan itu dengan wujud sebagai arwah bukan manusia.

.

.

.

.

.

.

..

.

Jam satu siang, aku bersiap ingin pergi ke mall bersama Izumi. Dia saat ini sedang menunggu duluan di dalam mobil nya bersama pelayan nya.

"Jadi orang kaya banget itu kek nya enak ya. Walaupun aku juga gak ada bedanya, hanya saja aku lebih suka mandiri." Setelah beres make up dan memakai sepatu aku langsung turun ke bawah menghampiri nya.

Pertama kali nya aku pergi mall bersama orang lain selain dengan para anggota Rox'iz. Aku memang ya bisa di bilang tidak punya teman atau sahabat sepanjang karir ku sebagai gitaris dan penyanyi. Kebanyakan orang yang mendekatiku hanya berharap uang dan traktir saja. Dia jadi merasa sangat spesial karena punya teman kaya dan selalu mentraktir apapun sesuka hati. Kalau di pikir, aku jadi teringat diriku yang bodoh pada saat memperingati setengah tahun terbentuk nya Rox'iz. Aku sok berteman dengan siapa saja yang mengajak ku bicara baik di kelas, dan akhirnya berujung petaka.

Mereka semua ingin aku mengajak mereka makan di restoran mewah sedang kan aku ada sama sekali belum mendapat gaji dari manager ku dan saat itu aku hanya memegang uang 500 ribu untuk jalan dan makan. Tapi karena janji manis yang mereka katakan—patungan, begitu, aku malah percaya saja dan mengiyakan ajakan itu. Setibanya di resto, mereka ternyata memesan semua menu yang ada di situ dan kita makan sampai habis. Aku sebenarnya sampai berpikir, kenapa harus sebanyak itu tapi yang jelas aku bisa melihat mereka bahagia—sampai akhirnya jebakan itu pun di mulai.

Mereka tiba-tiba membatalkan buat membayar patungan menu yang sudah di santap dan di gantikan oleh sebuah permainan. Jika botol yang di putar berhenti menunjuk satu orang, maka dialah orang yang harus membayar nya.

Sialnya lagi, aku malah yang jadi orang itu. Semua menatap ku sinis dan mulai memasukkan kartu kredit mereka masing-masing. Aku di buat terpojok dan akhirnya menangis sambil mengaku kalau uang ku cuma 500 ribu. Sempat terjadi keributan, tapi aku teringat resto ini milik keluarga ketua Rox'iz, Rikka. Aku pun menghubungi nya dan menceritakan semua.

Rikka awalnya menceramahi ku lalu kemudian memarahi ke enam orang yang tadi makan bersamaku.

"Aku akan mengingat wajah kalian, dan jika salah satu dari kalian menginjakkan kaki di sini lagi, aku akan perintahkan pelayan ku semua untuk tidak melayani kalian. Kalian, berenam, di banned dari restoran ini selamanya!!" Keenam orang itu pun pergi meninggalkan resto dengan malu. Orang tua ketua Rikka pun turut menyaksikan dari ujung resto dan lebih mendukung ku sepenuh nya. Mereka tahu, sebenarnya aku ini di jebak. Dan aku yang bodoh ini hanya bisa menangis hari di pelukan Rikka. Aku sangat ingat sekali perkataan nya waktu itu.

"Jangan mau berteman sama orang seperti itu. Takutnya kejadian seperti ini akan menimpa mu lagi. Kau tau, orang-orang seperti mereka hanya mau memanfaat kan orang seperti kita ini. Mereka sebenarnya gak peduli dengan mu tapi peduli dengan isi dompet mu."

Semenjak kejadian itu aku mulai belajar untuk pilih-pilih teman. Saat ini pun teman ku masih saja Izumi dan juga Vhylen—tidak, Vhylen lebih ku anggap saudara ketimbang teman jadi emang bener teman ku itu cuma Izumi seorang.

Aku lelah mengingat masa lalu, aku pun naik ke dalam mobil dan menyapa Izumi yang sudah lama menunggu.

"Maaf ya, aku lama."

"Gak papa, Chieko. Ayo jalankan mobilnya." Mobil pun dengan cepat melaju ke arah barat menuju mall. Sudah lama aku gak naik mobil karena lebih suka naik motor ninja ku kalau kemana-mana. Bahkan pergi ke studio buat latihan pun aku memakai motor itu. Ya, emang benar lebih enak naik motor kalau buat menghindari macet. Kalau naik mobil, plus nya itu ada di kenyamanan.

Buktinya aku baru 2 menit di sini, dan aku sudah mengantuk dan di buat menempel kuat sama kursi ini. Entah emang mobil itu nyaman atau ini karena mobil nya Izumi yang beda dari yang lain. Mobil nya sih panjang, hemm, apa ya yang di katakan orang. Sebuah Limosin? Ah iya, itu. Di sini bahkan ada tv dan makanan di atas meja. Guncangan dari luar mobil pun tidak terasa sama sekali. Kesan nya seperti duduk di ruang tamu rumah orang kaya.

"Chi..Chieko, kamu meleleh?"

"Ahhh, maaf—aku nyaman banget sampe ngantuk."

"Jangan dong, bentar lagi kita sampe. Bertahan lah!!"

"Ah, sial, maaf. Bangunkan saja aku bila sudah sampai." Mataku pun perlahan terpejam karena tidak mampu menahan seluruh penat di kepalaku. Aku bisa mendengar helaan nafas pasrah dari Izumi.

.

.

.

.

"Hei, Chieko, sudah sampai loh. Kalau gak bergegas belanja kita gak bakal bisa pergi ke pulau itu tepat waktu."

"Hahh... Ah iya. Maaf. Nah ayo kita masuk."

Kami akhirnya tiba di tujuan kami. Mall paling besar dan mewah yang pernah ada di sini. Aku biasa kemari bawa motor buat belanja bulanan. Terkadang sama anggota Rox'iz lain nya buat nongkrong di salah satu resto yang ada di dalam dan sudah menjadi langganan kami. Aku akui, makanan murah ada di dalam di antara mewah nya toko lain di dalam nya. Ya, resto itu yang satu-satunya aku suka karena harganya yang murah dengan porsi banyak. Mungkin kalau masih ada waktu aku akan mengajak Izumi makan di sana.

"Bagaimana kalau makan siang dulu sebelum belanja? Udah waktunya kan?"

"Benar juga. Kamu ada rekomendasi resto, Chieko?"

"Ya. Aku jamin kamu akan suka di tempat itu." Kami berdua memutuskan untuk makan siang lebih dulu. Dan ya, kebetulan perutku keroncongan.

"Tolong."

"Eh? Ah, Izumi tunggu."

"Kenapa Chieko? Ada yang ketinggalan?"

"Ah tidak barusan aku mendengar suara. Tapi mungkin cuma perasaan ku saja. Hahaha, ayo lah kita masuk." Benar, aku harus selalu menjaga diriku dengan mengabaikan sesuatu yang tidak masuk akal seperti tadi. Kemungkinan yang memanggil ku itu arwah karena Izumi pun tidak mendengarkan. Aku tidak tau apa penyebab nya tapi kemungkinan besar aku sekarang bukan hanya bisa mendengar tapi juga bisa melihat makhluk itu. Aku hanya berharap tidak akan melihat makhluk yang seram ketimbang anak kecil yang melayang di apartemenku tadi pagi.

"Apa kamu membicarakan ku?"

"Gyaa!!"

"Chieko-san, kamu baik-baik saja."

"Ahahaha, ya, maaf. Tadi aku sedikit tersandung."

"Ihhh, hati-hati dong makanya." Ah, Izumi pun bahkan tidak melihat kan, ada anak kecil menggandeng tangan ku dan aku baru sadar kalau punggung nya ternyata ada lubang menganga dan kosong. Ya, aku tidak melihat tulang ataupun organ yang harusnya ada di dalam nya. Aneh nya, tulang yang hilang itu cuma di bagian yang berlubang saja. Semakin lama di lihat aku malam mau muntah.

"Hei, apa dia teman mu?"

"..."

"Heii, aku boleh ya ikut liburan mu kali ini?"

"Kenapa kamu bisa tau kalau aku ingin pergi liburan dengan nya. Sudah lah, kamu jangan ganggu belanja ku." Sebisa mungkin aku mengecilkan suaraku agar tidak terdengar oleh siapapun bahkan juga Izumi. Aku tidak ingin di cap orang gila karena bicara sendiri.

"Kamu kok suka banget ngusir aku, padahal aku yang bisa membuat mu sampai di sini sekarang? Malah dingin sama aku. Tampilan ku kan juga dari awal gak menyerahkan."

"Itu sebelum aku tau kamu itu apa, BODOH!!" Astaga keceplosan.

"Kamu ngomong sesuatu kah, Chieko?"

"Eh, yah,... Tidak kok. Aku sedang mengomentari netizen di sosmed ku."

"Teman mu seram banget. Aura iblis jahatnya sangat kuat sampai aku harus berlindung di balik badan mu saat dia menoleh ke arahmu. Kenapa bisa sih kamu temenan dekat sama orang kayak dia?" Aku terdiam. Di satu sisi perhatian ku tertuju pada Izumi tapi telingaku mendengar jelas apa yang di katakan anak kecil di sebelah ku. Ungkapan seorang arwah seperti nya tidak salah toh mereka sama-sama makhluk yang tidak bisa melihat apapun. Tapi kalau aku bisa melihat anak ini berdiri di dekatku lantas kenapa aku tidak bisa melihat apa yang ada di diri Izumi sebenarnya?

"Mau aku pinjam kan pandangan ku sebentar? Aku akan merasuki mu tapi kesadaran otak tetap jadi milik mu. Jadi kamu hanya melihat apa yang aku lihat." Anak kecil itu tiba-tiba menghilang dan benar, dia masuk kedalam tubuh ku tapi aku masih memegang sepenuh nya kesadaran yang kumiliki sendiri.

Sesuai arahan nya, aku melihat sendiri Izumi dari belakang dengan sudut pandang nya.

Dan ternyata dia benar soal itu. Aku bisa melihat jelas aura gelap menyeramkan menyelimuti seluruh tubuh Izumi. Karena gak tahan aku benar-benar menelan semua muntah ku kali ini dan kepalaku merasa pusing.

"Bodoh, jangan tiba-tiba merasa gak enak badan. Entar kalian batal belanjanya dan dia malah curiga tau."

"Chieko, di mana tempat itu?" Iya juga, aku hari ini gak boleh menunjukkan wajah pucat. Aku tidak mau merusak hari ini dan aku juga tidak mau terus-menerus membuat Izumi khawatir sama aku.

Kebetulan resto nya sudah terlihat dari sini, aku beralih berjalan kedepan karena memang gak tahan melihat itu dan anak bodoh yang ada di tubuh ku ini masih tidak ingin keluar juga.

Terpopuler

Comments

Syerlina

Syerlina

adegan paling mantap ada di chapter ini 😖💞 membuat ku bisa merasakan posisi si anak kecil itu 😭 next terus Thor, aku tungguin bah

2022-09-23

2

Super Candy

Super Candy

Jalan ceritanya keren banget, semangat author nya buat lanjut next chapter 🔥🔥

2022-09-23

3

lihat semua
Episodes
1 Hanakawa Izumi
2 Penyihir dan Gadis Gereja
3 Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4 Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5 Rencana
6 Pengumuman 1
7 Liza
8 Kecewa oleh si terkasih
9 Pengumuman 2
10 Gadis kecil bergaun putih
11 Pengumuman 3
12 Jalan-Jalan
13 Sudah Waktunya
14 Kapal Pesiar
15 Mimpi dan Arwah penasaran
16 Pengumuman 4
17 Berlayar dan Menghilang
18 Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
19 Awet Muda
20 Pulau Pribadi Izumi
21 ビーチ!!!! (Pantai)
22 Ilusi Hitam dan Merah
23 愛してます (I Love You)
24 Eps fanservice (bukan lanjutan)
25 Eps fanservice part 2 (tamat)
26 Pemanggilan Arwah
27 Xavier Arvincer
28 Kembali ke Tokyo
29 Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
30 Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
31 Bertemu Kembali
32 Malam Menyapa
33 Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
34 Konser Menjadi Bencana
35 Kembali ke mansion
36 Teka Teki
37 Mengejar Monster
38 Maafkan Aku
39 Maaf, Semuanya Salahku
40 Gabrielle Vallen
41 Kamu? Izumi?!
42 Biru di tangan
43 Penghianatan
44 Taman depan Izumi
45 Piknik para Fotografer
46 Perasaan Canggung
47 Ritual pemanggilan iblis
48 Kopi
49 Gagal Lagi?
50 Pindah rumah
51 Kumat lagi
52 Bangkitnya Yuuzy
53 Wanita Menyebalkan
54 Siapa kau?
55 Yuuzy Kembali
56 Sangat Menyebalkan
57 Sudah saatnya
58 Menyelamatkan nya kembali
59 Kembali Berlayar menuju laut kematian
60 Selalu Saja Salah
61 Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
62 Terhisap Dalam Malam
63 Ruang Hampa
64 Sebuah Harapan
65 Tertangkap Basah
66 Tidak akan gagal kali ini
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Hanakawa Izumi
2
Penyihir dan Gadis Gereja
3
Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4
Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5
Rencana
6
Pengumuman 1
7
Liza
8
Kecewa oleh si terkasih
9
Pengumuman 2
10
Gadis kecil bergaun putih
11
Pengumuman 3
12
Jalan-Jalan
13
Sudah Waktunya
14
Kapal Pesiar
15
Mimpi dan Arwah penasaran
16
Pengumuman 4
17
Berlayar dan Menghilang
18
Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
19
Awet Muda
20
Pulau Pribadi Izumi
21
ビーチ!!!! (Pantai)
22
Ilusi Hitam dan Merah
23
愛してます (I Love You)
24
Eps fanservice (bukan lanjutan)
25
Eps fanservice part 2 (tamat)
26
Pemanggilan Arwah
27
Xavier Arvincer
28
Kembali ke Tokyo
29
Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
30
Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
31
Bertemu Kembali
32
Malam Menyapa
33
Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
34
Konser Menjadi Bencana
35
Kembali ke mansion
36
Teka Teki
37
Mengejar Monster
38
Maafkan Aku
39
Maaf, Semuanya Salahku
40
Gabrielle Vallen
41
Kamu? Izumi?!
42
Biru di tangan
43
Penghianatan
44
Taman depan Izumi
45
Piknik para Fotografer
46
Perasaan Canggung
47
Ritual pemanggilan iblis
48
Kopi
49
Gagal Lagi?
50
Pindah rumah
51
Kumat lagi
52
Bangkitnya Yuuzy
53
Wanita Menyebalkan
54
Siapa kau?
55
Yuuzy Kembali
56
Sangat Menyebalkan
57
Sudah saatnya
58
Menyelamatkan nya kembali
59
Kembali Berlayar menuju laut kematian
60
Selalu Saja Salah
61
Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
62
Terhisap Dalam Malam
63
Ruang Hampa
64
Sebuah Harapan
65
Tertangkap Basah
66
Tidak akan gagal kali ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!