Gadis kecil bergaun putih

Setiba nya di apartemen, Azumi lalu melemparkan tas nya ke sofa dan membenamkan kepalanya keatas bantal dengan posisi telentang.

Sesekali hembusan nafas penat keluar dari mulutnya, melihat langit-langit apartemen yang serba kelabu. Azumi merogoh tas nya dan mengambil ponsel. Dia melihat daftar panggilan terakhir dan melihat nomor tidak di kenal, status panggilan masuk jam 1 siang tadi. Azumi menghela nafasnya lagi lantas melempar ponsel nya ke atas meja.

"Aku mau belikan Vhylen ponsel deh."

Azumi masuk kedalam kamar dan mengganti baju yang di pakainya tadi. Dia mengambil tas yang lain, ponsel dan kunci motor nya kemudian keluar dari apartemen lagi.

Ternyata di luar sedang hujan deras, mau tidak mau, Azumi harus memakai jas hujan lagi yang dia taruh di dalam jok motornya.

"Ngemalesin banget sih, hujan sialan." Setelah mengenakan jas hujan nya, Azumi kembali menerjang kencang hujan bersama dengan motornya menuju toko ponsel.

.

.

Setibanya aku di toko ponsel terbesar di kota ini, aku segera masuk kedalam. Aku sangat benci yang namanya musim hujan. Semoga saja di pantai besok tidak ada ubur-ubur yang keluar akibat hujan deras kali ini.

"Dingin banget." Suhu malah semakin dingin setibanya aku di dalam. Ya, ini sama saja seperti mall. Penuh AC di konter manapun itu, menyala seharian hingga toko ini benar-benar tutup. Tau gitu mending aku pakai sweater saja.

Mataku menjelajah setiap konter yang ada. Beberapa pekerja menghampiriku satu persatu untuk menawarkan barang dagangan nya. Sangat sulit ternyata untuk memilih toko yang menjual ponsel yang bagus untuk Vhylen. Aku bahkan tidak tau seperti apa pula seleranya.

Setelah menghabiskan waktu hampir 30 menit berjalan kesana kemari, aku pun memutuskan untuk berhenti di satu konter yang menarik perhatian ku. Tampilan nya simpel dan modern timbang konter yang lain. Dia juga punya fitur melihat model hp tersebut dari layar sentuh yang terpajang di depan konter nya.

"Warna putih itu bagus, tapi gampang kotor. Apa aku beli warna hitam aja ya? Cocok sama pendeta." Aku menekan ponsel merek SumSang berwarna hitam, otomatis pegawai robot di dalam nya keluar dan mulai menjelaskan tentang ponsel itu.

Setelah dirasa cukup dan mengurus beberapa dokumentasi dan foto, aku membayar ponsel itu. Harganya mahal juga, tapi spesifikasi nya lumayan sih.

.

.

Aku berniat berjalan menuju pintu keluar, tapi tiba-tiba saja aku di lupa arah nya dan malah memasuki area lorong konter yang gelap karena sudah tutup lebih awal. Tidak ada siapapun yang lewat lorong ini dan hawa mencekam mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Bisa-bisa nya aku nyasar sampai sini. Pada siapa aku bertanya bila sudah seperti ini, cahaya pun semakin lama semakin berkurang dan hanya ada kegelapan sampai depan.

"Sial banget hidupku, tuhan." Aku berusaha untuk menenangkan diriku dan melangkah perlahan mencari jalan keluar. Dengan bermodal kan senter dari ponsel ku dan pengelihatan yang tajam, aku memperhatikan jalan dengan detail sembari mengingat arah bagaimana bisa aku malah berakhir di sini.

.

.

25 menit berlalu, aku merasa malah makin jauh aku melangkah. Aku penuh dengan keringat dan keadaan semakin dingin saja. Aku sekarang takut dan bingung harus berbuat apa selain duduk bersandar di salah satu konter yang usang.

"Ughhh, aku mau pulang." Tanpa sadar air mataku keluar karena tidak kuasa menahan rasa takut yang mulai menjalar.

Saat aku berusaha kembali menyalakan ponsel dan menghubungi seseorang, tiba-tiba saja, muncul sesosok anak kecil memakai gaun putih usang dengan rambut panjang yang tergerai sampai menyapu lantai. Dia jongkok di depan ku dan menatap kosong kearah ku.

"AHHHH!!" Karena kaget, aku spontan melempar ponsel ku jauh. Gadis itu sama terkejut nya dengan ku dan terjatuh ke lantai.

Aku berdiri dan mengambil ponsel ku.

"Si..siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!!"

"Uhhh, ya, tidak ada. Aku hanya kebetulan bertemu kamu sedang menangis. Kenapa kamu sendirian di tempat ini? Kamu bisa memancing makhluk halus loh kalau bersuara di sini." Gadis itu berjalan mendekati ku. Senyum yang dia tunjukkan sangat lah menakutkan, hingga aku merasa sulit untuk mendekati nya. Aku semakin melangkah mundur, menjauhi nya. Tapi dia malah tetap mendekat.

"Gak usah takut kak, aku cuma mau bantu keluar dari tempat ini. Percayalah." Gadis itu meraih tangan ku dan mengajak ku melangkah bersamanya. Mungkin ini harapan terakhirku, jadi dengan percaya sedikit saja, mungkin aku bisa keluar dari lorong panjang menakutkan ini.

.

.

Derap kaki terdengar memenuhi lorong yang sunyi dan tidak terjamah suara sedikitpun dari lorong yang lain. Anak kecil ini bersenandung, menggerakkan tangan kanan nya yang mungil ke depan dan kebelakang. Yang saat ini aku pikir adalah, kenapa dia ada di sini? Dia siapa? Dan apa yang dia lakukan di lorong ini sendirian dan malah mencoba menolong ku.

"Kakak, apa kamu sedang menyukai seseorang?"

"Eh, tidak. Kenapa?"

"Jangan bohong kak. Hatimu seperti menangis sedari tadi."

"Haha, tidak." Pembicaraan iseng itu pun berakhir dan aku benar-benar berhasil sampai di tempat yang ramai, lebih tepat nya di depan konter tempat di mana aku membeli ponsel tadi.

Aku menghela nafas lega dan hampir saja jatuh lunglai ketanah.

Tapi, saat aku tersadar, hanya aku saja di sini. Gadis kecil itu tau-tau menghilang tanpa jejak dan suara. Lorong gelap itu juga sama sekali tidak ada di belakang ku padahal aku merasa baru-baru saja melewati nya, otomatis itu harusnya ada tepat di belakang ku tapi itu lenyap bersamaan dengan si gadis.

Oke, sekarang aku benar-benar takut dan bergegas berlari ke pintu depan dengan menahan ketakutan ku sekuat tenaga dengan menggigit bibir bawah ku. Aneh, tiba-tiba aku malah mengingat jalur menuju pintu depan padahal sebelum nya, aku benar-benar melupakan jalur itu saat berada di lorong tadi.

Hujan di luar sudah berhenti dan berganti langit sore yang cerah. Aku mengenakan helm ku dan mulai melaju lagi menuju gereja. Aku ingin langsung memberikan ponsel ini karena takut tidak sempat saat aku akan pergi besok.

.

.

.

.

.

.

Setiba nya aku di depan pintu gerbang, aku memberhentikan motorku dan memarkirkan nya. Aku mengambil ponsel itu lantas masuk ke dalam gereja.

Saat di dalam, aku melihat sekeliling dan tidak melihat Vhylen sama sekali. Aku hanya melihat beberapa sister yang sedang bersih-bersih dan seorang pastor yang sedang berdiri di depan rak buku kitab.

Karena menyadari kehadiran ku, salah satu sister di sana menoleh dan menghampiriku.

"Kamu sedang mencari Vhylen ya?"

"Ah, iya. Dia ada di mana ya. Aku berniat ingin memberikan nya ini sih." Sister itu tersenyum dan meletakkan sapu tangan nya ke saku.

"Vhylen baru saja pergi, Azumi-san. Tapi kamu bisa kok menitip kan nya pada ku, nanti akan saya berikan."

"Oh, baik lah kalau begitu. Oh ya, kalau boleh tau, Vhylen pergi kemana di waktu senja begini?" Tanyaku heran sambil menyerahkan ponsel yang ku beli tadi pada sister.

"Hemm, dia sedang pergi sama pengurus untuk membeli perlengkapan sekolah." Aku melotot tidak percaya. Untuk apa dia membeli itu mendadak? Siapa yang akan sekolah kali ini. Apa kah itu anak nya si pengurus yang masih kecil?

"Vhylen akan sekolah di sekolah mu saat liburan musim panas berakhir, Azumi. Bukan kah itu hebat, akhirnya pengurus kami memperbolehkan dia untuk sekolah."

"HEH?!"

"Btw ponsel nya bagus. Kamu baik sekali padanya." Sister itu pamit meninggalkan ku untuk menyimpan ponsel ini sementara Vhylen pergi.

Aku sangat terkejut kali ini. Anak itu selalu membuatku terkejut sampai ingin mati. Maksudku, kenapa dia tiba-tiba mempunyai pikiran demikian tanpa memberitahuku sih? Ini terlalu mendadak, Vhylen bodoh.

Jam sekarang sudah menunjukkan pukul 6 sore. Aku pun pamit keluar dari gereja dan pulang kembali ke apartemen.

Besok siang aku ada jadwal menemani Hanakawa membeli baju renang untuk di pakai saat di pulau pribadinya nanti. Seperti nya aku akan membeli celana jeans pendek lagi dan juga sendal baru.

.

.

.

.

.

.

Langit sudah mulai gelap dan bintang mulai memancarkan kelip nya satu persatu. Sebuah mobil putih berhenti di depan gereja besar. Dua orang dari mobil itu turun dari dalam dan mengucapkan sesuatu kepada seseorang yang masih ada di dalam nya.

"Makasih banyak buat semuanya, pak."

"Gak masalah kok. Lagian aku lumayan terkejut sih akhirnya Vhylen mau sekolah juga menyusul saudara nya."

"Iya pak, aku pun ikut senang. Kalau begitu, saya dan Vhylen pamit. Terima kasih sudah membantu saya mengurus segalanya. Ayo, Vhylen, kita masuk kedalam." Pria dan satu pemuda di samping nya pun beranjak masuk kedalam gereja dengan barang bawaan yang banyak di tangan nya.

.

.

Di dalam gereja sudah ada beberapa sister yang sedang membersihkan bangku dan yang lain. Salah satu dari mereka menyambut kedatangan nya dengan senyum hangat. Di tangan kanan nya nampak jelas sedang memegang sebuah kotak putih misterius.

Vhylen yang nampak bingung pun menatap penuh pertanyaan pada kotak itu.

"Sister Sofi, itu di tangan mu apa ya?" Sister itu mengulurkan kotaknya langsung pada Vhylen. Vhylen yang masih di liput pertanyaan meraih kotak itu ragu. Berat, itu yang terlintas dalam pikirannya.

"Buka lah. Ini kejutan untuk mu dari seseorang yang spesial." Vhylen mengerutkan keningnya, bingung. Setelah meletakkan barang bawaan nya ke salah satu bangku, dia membuka kotak itu. Di dalam nya ada sebuah benda berkilau berwarna hitam lengkap dengan secarik kertas di atasnya.

"Sebuah ponsel?" Vhylen membaca terlebih dahulu secarik kertas yang ada bersama dengan ponsel itu. Di dalam nya berisi kalimat pendek dengan stiker sedih di sudut kertasnya.

Isi dari kertas itu berbunyi

"Vhylen, maafkan aku. Bukan nya aku ingin membuatmu kecewa padaku, tapi aku harus bisa memastikan semuanya sendiri. Makasih sudah memperingatkan ku, aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku."

Tanpa sadar air mata Vhylen mengalir membasahi wajahnya. Sister yang melihatnya nampak cemas dan menenangkan nya namun di cegah oleh si pastor yang pergi bersama dengan Vhylen tadi.

"Biarkan saja, Fi."

"Azumi... Kamu sampai segitunya. Ughh, sial. Aku jadi semakin mencintai mu, bodoh." Vhylen menggenggam erat secarik kertas itu dalam dekapan nya. Karena lemas akibat kebahagiaan berlebihan memenuhi kepalanya, dia jatuh terduduk di lantai.

"Aku akan berjuang untuk melindungi mu dari iblis itu, Azumi."

"Waduh itu ponsel dari si Azumi itu kan? Artis yang rajin datang ke gereja kita? Lantas ponsel yang aku belikan untuk mu buat apa tadi ya, hahaha. Ya ampun, ini benar-benar mengejutkan sekali. Dia seperti nya tidak ingin kamu mengkhawatirkan nya berlebihan."

"Pastor, kamu kan bisa kasih anak mu buat sekolah kan?"

"Oh iya, jenius. Nah, nak Vhylen. Hentikan nangis nya dan ayo istirahat dulu. Kamu pasti tadi lelah akibat urusan masuk sekolah mu ini."

Vhylen meraih tangan pastor nya dan kembali bangkit. Tangan kanan nya mengusap kasar wajah nya yang basah karena air mata dan mengelap ingusnya yang diam-diam curi perhatian dengan menampakkan diri di hadapan Sister Sofi yang berujung tawa keras darinya. Vhylen menjadi kesal dan melangkah masuk kedalam ruangan nya.

"Yesus, terima kasih banyak. Aku akan berjuang lebih keras kali ini. Untuk melindungi satu-satunya nya yang berharga bagiku."

.

.

.

.

.

Pagi menyambut, aku gak sadar kalau aku tertidur di sofa semalaman. Karena lelah dan takut, setibanya aku malah menjadi malas buat melangkah masuk kedalam kamarku sendiri. Walau tidur di sofa, itu tidak mempengaruhi fisik ku sama sekali.

"Bisa-bisanya aku ketiduran di sini." Bahkan setelah kejadian itu, aku tidak bisa melupakan nya begitu saja dalam semalam. Memang gadis kecil itu tidak nampak menyeramkan, hanya berpakaian lusuh dan sedikit bercak darah di ujung gaun nya. Aku tidak menyangka, kehidupan yang menurutku biasa saja menjadi penuh mistis. Seumur hidup, pertama kali aku di bantu dengan tulus oleh arwah dari lorong misterius yang memang tidak pernah ada di toko itu. Walau aku tidak di buat bisa melihat hal yang sangat seram dan aku benar-benar tidak tahan kalau beneran melihat nya.

.

.

.

.

Jam di sudut ruangan menunjukkan pukul 9 pagi. Karena ini hari Minggu dan aku memang sudah terbiasa bangun jam segitu. Setelah membasuh muka dan buang air, aku langsung membuat sarapan instan yang hanya di panaskan pakai microwave. Setelah siap, aku menyajikan nya di atas meja. Tak lupa aku menyalakan televisi dan melihat berita pagi.

.

.

"Hari ini ada berita menggemparkan apa ya?" Di televisi aku melihat berita penemuan mayat seorang anak kecil yang memakai gaun putih di sebuah toko hp—yang kebetulan itu adalah tempat yang sama dimana aku membelikan sebuah ponsel untuk Vhylen.

Sosok nya tidak di blur, tapi ternyata benar dugaan ku. Itu anak yang aku temui saat sedang tersesat di lorong antah berantah kemarin. Aku spontan menyemburkan kopi ku setelah melihat berita itu.

Bohong, ini pasti bohong. Apa aku kurang membasuh muka kali ini atau karena tidur di sofa, nyawaku masih belum sepenuh nya kembali?

"Aahh, aku masuk berita pagi. Apakah nanti aku akan terkenal?" Saat mengucek mata, aku mendengar seseorang bicara di belakang ku. Aneh, bukan nya aku tinggal sendiri? Suara itu, seperti nya tidak asing.

Dengan keberanian yang sebenarnya cuma ada di ujung jari ku, aku menoleh perlahan dan melihat ke belakang.

"Bwaaaaaahhhhhh!!!"

"ANJING!!!" Aku langsung terbanting ke belakang bersama dengan kursi yang aku duduki. Ternyata benar, ada seseorang. Tapi dia bukan orang. Dia bayangan yang baru saja aku lewati saat jatuh barusan dan kakinya melayang. Wajah.. dan gaun itu, itu anak yang di berita.

"SETAN!!"

"Tu.. tunggu, kak. Maaf, maaf. Aku hanya bercanda. Jangan lari. Aku cuma mau menemui mu."

"Tidak, tidak. Pergi lah kau ke alam mu wahai arwah." Aku tidak tau apa ini akan berpengaruh padanya, tapi aku melepas kalung ku dan menyodorkan salib nya padanya berharap dia segera di ambil tuhan menuju alam nya.

"Gak ngaruh, bodoh. Soalnya aku arwah penasaran bukan arwah jahat, ok. Tenang lah."

"Ba..Ba...babagaimana aku bisa tenang, bodoh. Kamu... Kamu melayang...—" ketakutan yang menumpuk berlebihan di kepalaku membuat ku melihat sekeliling menjadi gelap. Bisa di bilang, aku pingsan. Tentu saja, aku baru saja berandai-andai tidak akan melihat hantu atau apapun itu, tapi itu malah terkesan seperti aku benar-benar mengharapkan nya. Dan bagaimana pula arwah anak ini bisa datang ke apartemen ku.

"Ahhh, dia pingsan. Aku balik aja dulu deh, aku bakal menemuinya lagi sampai dia gak bereaksi berlebihan kek gini. Itu benar-benar merepotkan. Padahal aku hanya ingin menolong nya dari jejak iblis di pundak nya itu."

.

.

.

.

.

Tumben sekali Chieko tidak mengangkat telfon ku. Sudah 20 panggilan, tak ada respon sekali darinya. Sekarang aku mulai cemas telah terjadi sesuatu padanya.

"Hei, siapkan mobil. Kita meluncur ke apartemen sahabatku, Chieko."

Pelayan ku dengan cepat berlari mengambil kunci dan menyiapkan mobil. Aku pun juga bersiap mengganti gaun ku dan mengambil payung kesayangan ku karena di luar sedang terik, aku tidak ingin kulitku lecet hanya karena berjalan keluar menuju ke mobil.

"Mobil sudah siap, nona muda."

"Bagus. Ayo buruan, aku sangat cemas kali ini, semoga kita tidak terlambat."

Kami berdua pun bergegas naik ke dalam mobil dan melaju cepat menuju apartemen Chieko. Bahkan ketika aku di dalam mobil pun Chieko masih belum menanggapi panggilan ku. Padahal siang ini kita janji untuk pergi bareng ke mall.

.

.

Setibanya di apartemen Chieko, aku bergegas menuju lantai atas nomor 203 tempat dimana dia tinggal. Supirku melajukan mobil nya dan mencari tempat parkiran untuk menunggu.

"Ughh, Chieko. Semoga kamu baik-baik saja."

Di depan pintu apartemen nya, aku menatap lama pintu itu. Nafasku masih tersengal karena lelah berlari walau aku sebenarnya pun melibatkan lift untuk sampai ke sini.

Aku sudah 5 kali menekan bel, namun tidak ada respon. Apa dia sedang keluar? Tidak mungkin, ponsel nya aktif hanya saja telfon dari ku tidak di angkat oleh nya. Berarti dia memang masih berada di dalam.

Aku iseng memutar kenop pintu nya dan tidak terkunci. Saat aku melihat ke dalam ternyata masih gelap dan hanya ada cahaya yang merambat dari jendela di ruang tamu. Aku juga bisa mendengar suara televisi yang masih menyala.

Tepat di depan meja makan nya, aku melihat seseorang terbaring di lantai dengan mulut sedikit menganga.

Itu Chieko.

"CHIEKO!!!" Aku buru-buru masuk ke dalam apartemen nya dan menghampiri tubuh nya.

"Tidak... Chieko, kamu kenapa?!"

Tidak ada jawaban tapi aku bisa tau kalau dia cuma pingsan. Lantas apa yang membuatnya pingsan di siang bolong begini?

Aku memutuskan untuk mengambil air dan menyuruh pelayan ku yang lain—yang aku ajak ikut serta untuk melihat keadaan nya, untuk mengangkat tubuh Chieko ke sofa.

.

.

Beberapa saat kemudian, aku mulai melihat kelopak matanya terbuka perlahan dan akhirnya sepenuh nya melihat sekeliling sambil memegang jidatnya.

"Baguslah, kamu memang hanya pingsan, Chieko." Bukan nya bangun dia malah melotot ketakutan kearah ku dan mendorong badan ku ke sofa.

"Kya.."

"SETAN!! KAMU BELUM BALIK JUGA?! PERGILAH, JANGAN GANGGU AKU!!"

"SADAR CHIEKO, INI AKU, HANAKAWA!!" Saat aku menyebut namaku, dia langsung memeluk ku erat lalu menangis keras. Aku bisa merasakan degup jantung nya berdegup kencang dan badan nya sedikit bergetar. Apa dia habis melihat sesuatu? Ya, aku bisa liat jejak-jejak arwah di sekitar tempat Chieko pingsan tadi. Tapi, setauku, Chieko itu bukan indigo. Kalau memang demikian, pasti dia sudah tau kalau aku ini bukan manusia.

"Kamu baik-baik saja? Keliatan nya kamu ketakutan banget, Chieko. Apa yang terjadi?"

"... Aku tiba-tiba mual, maaf. Aku mau ke kamar mandi dulu."

"Uhh, baik lah, silahkan. Hati-hati ketika melangkah."

.

.

Chieko pun kembali dari kamar mandi dan duduk lagi di samping ku.

"Tadi..., Tadi aku kedatangan arwah penasaran."

"Ternyata benar ya.."

"Maksudnya?"

"Oh, bukan. Tidak ada kok. Lanjutkan lah." Chieko pun menceritakan semuanya secara detail bahwa dia di datangi arwah penasaran yang sangat mirip dengan ku. Penampilan nya sih gak seram dan dia lebih mirip seperti anak kecil tersesat yang bisa melayang di udara.

Dan menurut penuturan nya lagi, ternyata dia sebelum nya telah di bantu oleh arwah itu untuk menemukan jalan keluar dari lorong misterius yang tanpa sengaja dia masuki. Baru saja dia melihat berita pagi bahwa telah di temukan nya mayat anak kecil yang sama dengan orang yang sebelumnya sudah menyelamatkan Chieko. Dan di saat bersamaan arwah itu tiba-tiba muncul di belakang nya saat sedang sarapan.

"Hehh, gawat banget. Jadi, kamu gak bisa pergi ke mall hari ini?"

"Aku rasa bisa. Kenapa tidak? Aku tidak di jahatin kok sama arwah itu hanya saja aku memang tipe orang yang gak suka lihat hal horor. Apalagi ini kebetulan nya sangat menyebalkan saling berkaitan."

Setelah aku ingat lagi, pelayan ku—monster maksudnya, dia pernah ke toko itu untuk mencari 'makan' malam nya. Dia sudah cerita kalau dia tidak berhasil memakan mangsanya dan hanya sempat membuka lubang sedang di belakang punggung mangsanya dengan lidah asam nya. Pasti dia mangsa yang seharusnya kehilangan kepala saat itu. Lain kali aku harus memperingatkan mereka biar cari makan saat sepi aja.

Episodes
1 Hanakawa Izumi
2 Penyihir dan Gadis Gereja
3 Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4 Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5 Rencana
6 Pengumuman 1
7 Liza
8 Kecewa oleh si terkasih
9 Pengumuman 2
10 Gadis kecil bergaun putih
11 Pengumuman 3
12 Jalan-Jalan
13 Sudah Waktunya
14 Pengumuman Khusus
15 Kapal Pesiar
16 Mimpi dan Arwah penasaran
17 Pengumuman 4
18 Berlayar dan Menghilang
19 Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
20 Awet Muda
21 Pulau Pribadi Izumi
22 ビーチ!!!! (Pantai)
23 Ilusi Hitam dan Merah
24 愛してます (I Love You)
25 Eps fanservice (bukan lanjutan)
26 Eps fanservice part 2 (tamat)
27 Pemanggilan Arwah
28 Xavier Arvincer
29 Kembali ke Tokyo
30 Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
31 Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
32 Bertemu Kembali
33 Malam Menyapa
34 Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
35 Konser Menjadi Bencana
36 Kembali ke mansion
37 Teka Teki
38 Mengejar Monster
39 Maafkan Aku
40 Maaf, Semuanya Salahku
41 Gabrielle Vallen
42 Kamu? Izumi?!
43 Biru di tangan
44 Penghianatan
45 Taman depan Izumi
46 Piknik para Fotografer
47 Perasaan Canggung
48 Ritual pemanggilan iblis
49 Kopi
50 Gagal Lagi?
51 Pindah rumah
52 Kumat lagi
53 Bangkitnya Yuuzy
54 Wanita Menyebalkan
55 Siapa kau?
56 Yuuzy Kembali
57 Sangat Menyebalkan
58 Sudah saatnya
59 Menyelamatkan nya kembali
60 Kembali Berlayar menuju laut kematian
61 Selalu Saja Salah
62 Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
63 Terhisap Dalam Malam
64 Ruang Hampa
65 Sebuah Harapan
66 Tertangkap Basah
67 Tidak akan gagal kali ini
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Hanakawa Izumi
2
Penyihir dan Gadis Gereja
3
Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4
Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5
Rencana
6
Pengumuman 1
7
Liza
8
Kecewa oleh si terkasih
9
Pengumuman 2
10
Gadis kecil bergaun putih
11
Pengumuman 3
12
Jalan-Jalan
13
Sudah Waktunya
14
Pengumuman Khusus
15
Kapal Pesiar
16
Mimpi dan Arwah penasaran
17
Pengumuman 4
18
Berlayar dan Menghilang
19
Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
20
Awet Muda
21
Pulau Pribadi Izumi
22
ビーチ!!!! (Pantai)
23
Ilusi Hitam dan Merah
24
愛してます (I Love You)
25
Eps fanservice (bukan lanjutan)
26
Eps fanservice part 2 (tamat)
27
Pemanggilan Arwah
28
Xavier Arvincer
29
Kembali ke Tokyo
30
Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
31
Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
32
Bertemu Kembali
33
Malam Menyapa
34
Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
35
Konser Menjadi Bencana
36
Kembali ke mansion
37
Teka Teki
38
Mengejar Monster
39
Maafkan Aku
40
Maaf, Semuanya Salahku
41
Gabrielle Vallen
42
Kamu? Izumi?!
43
Biru di tangan
44
Penghianatan
45
Taman depan Izumi
46
Piknik para Fotografer
47
Perasaan Canggung
48
Ritual pemanggilan iblis
49
Kopi
50
Gagal Lagi?
51
Pindah rumah
52
Kumat lagi
53
Bangkitnya Yuuzy
54
Wanita Menyebalkan
55
Siapa kau?
56
Yuuzy Kembali
57
Sangat Menyebalkan
58
Sudah saatnya
59
Menyelamatkan nya kembali
60
Kembali Berlayar menuju laut kematian
61
Selalu Saja Salah
62
Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
63
Terhisap Dalam Malam
64
Ruang Hampa
65
Sebuah Harapan
66
Tertangkap Basah
67
Tidak akan gagal kali ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!