Di atas sini aku bisa melihat sudah banyak manusia yang mengambang di lautan dan menunggu untuk tenggelam secara perlahan. Ada yang bahkan sampai terkoyak cukup parah mengingat kapal ini sangat besar dan baling-baling kapalnya pun pasti juga berukuran besar, yang mampu mengoyak apa saja yang lewat di antara nya. Aku melihat lautan di sekitar kapal menjadi merah samar karena darah dari para pelayan ini.
"Uwaahh, parah banget. Burung pemakan bangkai juga mulai beterbangan di mana-mana."
"Kalian, jangan lepas pegangan ku. Wanita itu ada di bawah, sedang mengawasi. Tapi si Izumi sendiri tidak ada." Benar kata Isabella, di sana ada kak Viona yang terduduk memegangi teropong panjang sambil mengawasi beberapa orang yang tersisa hanya tinggal hitungan jari saja. Aku rasa saat kami menghilang, mereka sudah pada terjun ke laut. Aku juga melihat beberapa arwah melayang masuk ke dalam badan kapal yang kata Vhylen dan Isabella di situlah tempat para ratusan mayat itu di letakkan dalam petinya masing-masing.
"IZUMI, KEMARI. SUDAH WAKTUNYA. SEBENTAR LAGI GERBANGNYA KEBUKA HEII."
"Wih, acara serunya udah mau mulai. Kalian, tetap pegang tangan ku ya, arwah ini belum sepenuh nya masuk semua ke dalam raga para mayat di ruang kargo."
"Seru dengkul mu bengkok, Vhylen. Ini tuh serem. Balik aja yuk."
"Jangan, kita harus liat ini. Pemandangan yang sangat langka dan tidak akan kalian liat lagi. Soalnya kalau udah waktu nya balik, portal ini masih di buka tanpa tumbal."
Saat mataku lagi awas ke lautan lepas, pandangan ku langsung tertuju pada satu jasad yang sangat familiar. Itu jasad nya Isabella?
"Bell, itu, itu bukan nya jasad mu ya?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah jasad anak kecil bergaun putih mengapung di lautan.
"Iya, itu aku. Kenyataan yang aku ketahui saat menyusup ini adalah jasad ku di bawah oleh ilmuwan gila itu buat di buang ke laut. Katanya buat tambahan aja kalau misalnya pelayan nya kurang. Kalau aku ada di laut, kemungkinan mereka memang benar kekurangan satu orang lagi."
"Emang berapa yang mereka butuhkan?"
"Paling tidak 222 orang atau bisa lebih agar portal nya lebih tahan lama terbukanya. Tapi mereka kekurangan satu jadi jasad ku lah sebagai gantinya. Sial, untung saja aku tidak ikut hanyut bersama nya ke dalam lautan. Ilmuwan itu tidak akan pernah aku maafkan. Berani sekali memanfaat kan keadaan keluarga ku untuk kepentingan nya. Harusnya jasad itu di kubur dengan layak di dalam tanah. Bukan di jadikan tumbal, hah." Aku tidak pernah berpikir kalau Aran-sensei memiliki sifat yang sangat buruk seperti itu. Sampai tidak percaya dia tega membuat jasad Isabella di buang ke laut.
Setelah satu orang terakhir turun ke laut dan satu arwah kembali ke tubuh mayat yang ada di dalam kapal, aku melihat Izumi dan kak Viona kini berdiri bersama di pinggiran besi kapal sambil bergandengan tangan. Mereka seperti memegang pisau bersama dan mereka sayat tangan mereka di telapak nya dan darah nya di oleskan pada pinggiran besi kapal. Mereka bergandengan lagi dengan menekan luka yang sudah mereka buat lalu membaca kan sebuah mantra.
"Demi penguasa roh laut, terima lah tumbal kami. Izin kan kami masuk dalam dunia mu. Keluarga Izumi sudah meninggalkan tanda keseluruhan di kapal ini. OUVERT"
Mereka membaca kan mantra itu dengan keras dan lantang, seketika petir menyambar sisi kanan kapal yang membuat kapal ini sedikit oleng dan hampir menjatuhkan kami semua. Untungnya itu tidak benar-benar terjadi sih. Tidak hanya itu, pusaran air tiba-tiba terpampang lebar dan sangat besar dari arah depan. Angin bertiup kencang dan keadaan tiba-tiba menjadi sangat gelap karena mesin di kapal mati dan semua lampu yang menerangi kapal ini ikut padam. Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan Viona dan Izumi tak ku tahu mereka ada di mana. Aku hanya melihat Vhylen dan Isabella yang sedang memeluk kami berdua sambil memegangi gagang besi yang berdiri tegak menjadi tiang bendera.
"KALIAN SEMUA, PEGANGAN DENGAN ERAT. PORTAL NYA UDAH TERBUKA. DAN JANGAN SEDIKIT PUN KALIAN MEMBUKA MATA SAMPAI SEMUA GUNCANGAN SELESAI." Sepenuh nya kapal ini tenggelam dalam pusaran besar itu dan lenyap seketika. Kami di telan dalam pusaran, membuat kami kesulitan bernafas karena tenggelam dalam lautan. Aku tidak yakin ini akan berakhir dengan cepat, tapi aku harus tetap berpegangan atau aku akan hanyut ke laut yang antah berantah ini.
Semilir angin di tambah aliran air yang deras, menggoyahkan pegangan Vhylen dan hampir di buat terlempar ke belakang badan kapal. Kini dia berpegangan gagang yang mengelilingi cerobong asap kapal di sekitar nya sendirian. Aku dan Isabella masih di posisi yang sama.
Kapal ini mulai bergetar dan mengeluarkan suara klakson besar yang sangat khas. Vhylen di buat terkejut karena ada banyak asap keluar tiba-tiba dari cerobong itu. Mesin kapal sepenuh nya menyala kembali dan semua lampu mulai menyalakan sinarnya satu persatu. Air dan hembusan angin yang hebat tadi berangsur menghilang dan kami bisa bernafas kembali. Aku bisa melihat Viona dan Izumi saling berpelukan di bawah meja sana. Syukurlah mereka baik-baik saja.
Pemandangan mulai berubah dan aura nya terasa berbeda. Malam yang kelam telah berganti menjadi pagi hari yang sangat cerah. Di depan sana sudah terpampang pemandangan pulau yang asri dan sangat indah. Rasanya belum pernah ada manusia yang ada di pulau ini kecuali keluarga Izumi sendiri. Ini benar-benar indah, aku tidak percaya kalau perjalanan menuju kemari sangatlah menegangkan.
"Woaaaaaahhhhh!!!!"
"Keren banget pulau nya serius. Ini ada di dalam laut? Tapi gak ada air nih?"
"Berhenti mengatakan hal konyol, Vhylen."
Kapal ini mulai berjalan perlahan dan bersandar di pelabuhan yang ada di pulau itu. Setelah sepenuh nya berhenti aku, Vhylen serta Isabella kembali ke kamar dengan kekuatan teleportasi sebelum Izumi menyadari kalau aku tidak sedang dalam kamar.
.
.
.
.
"Azumi, bangun. Kita udah sampai loh."
"Aku sudah bangun dan bersiap kok, Izumi."
"Wah, baguslah. Ayo, kita turun sekarang. Kita sarapan di pulau aja. Di sana udah ada pelayan yang menunggu kita loh."
Aku mengambil semua barang ku dan menyusul Izumi keluar dari kamar. Syukurlah aku kembali kemari tepat waktu dan buru-buru membersihkan diri serta menyiapkan semua barang bawaan ku. Isabella tetap melayang di belakang ku dan mengekor pula.
Saat diluar kapal, pemandangan pulau ini terlihat lebih indah kalau dari dekat. Kalau tidak salah aku melihat mansion besar berwarna putih di dalam pulau. Pasti itu milik keluarga Izumi, dari jauh keliatan nya besar banget. Kami di arahkan mengikut jalan yang sudah di tandai menuju ke mansion nya oleh salah satu pelayan pemandu pengurus mansion itu. Katanya jalan menuju ke lokasi lumayan jauh dan membuat orang terkadang gampang sekali tersesat.
Mendekati mansion, aku bisa menghirup aroma yang sangat enak keluar dari mansion ini. Pasti sudah banyak makanan yang sudah di masak oleh pelayan mereka.
Di depan teras mansion itu ada dua orang tua duduk di kursi goyang. Mereka hanya duduk terdiam saja dan memandang kosong ke depan. Apa mereka berdua adalah orang tua Izumi yang sudah datang lebih dahulu?
"Selamat pagi, tuan dan nyonya Izumi."
Aku menyapa mereka berdua tapi aku tidak dapat jawaban yang pasti. Posisi mereka masih sama saja, aku juga bisa mencium aroma aneh dari tubuh nya. Ada apa ini? Apa mereka baru saja bangun?
"Azumi, jangan ganggu mereka ya. Mereka baru saja bangun. Tentu saja itu adalah orang tua ku. Nanti kamu bisa ngobrol sama mereka berdua. Ayo, kita sarapan dulu, Azumi." aku dan yang lain masuk kedalam mansion untuk meletakkan barang bawaan kami dan bersiap untuk sarapan bersama.
"Mansion mu besar sekali ya, kayak istana. Aku suka sekali, dan nuansa Inggris nya sangat terasa."
"Haha, makasih ya Chieko. Aku senang mendengar nya. Tapi ini mansion satu-satunya yang di tinggali oleh orang tuaku yang di depan tadi. Mereka gak suka tinggal di kota karena berisik." Ternyata orang tua mereka tinggal di sini sendirian. Kasihan sekali, pasti mereka sangat kesepian di pulau terpencil yang tidak pernah di jamah orang manapun. Tapi, jika ini keinginan dari mereka sendiri sih, aku rasa itu tidak lah menjadi masalah serius. Dari cerita yang di katakan kak Viona, di sini sudah ada dokter pribadi dan puluhan pelayan yang siap menjaga mereka berdua. Urusan uang untuk kehidupan mereka sehari-hari pun di atur oleh kak Viona. Benar-benar keluarga yang hebat, klan Izumi ini. Tapi aku tetap tidak bisa melupakan cara ku mencapai pulau ini yang sangat penuh dengan kejutan di luar nalar.
Para pelayan mulai berdatangan menyajikan sarapan kami di atas meja. Makanan nya banyak sekali, aku sampai di buat bingung harus memilih yang mana yang akan ku makan terlebih dahulu. Mungkin kah, sanwich daging? Tidak, seperti nya waffle madu lebih enak.
Alex kali ini tumben sekali bersikap kalem dan sangat rapi. Seolah-olah ini bukan dia yang pertama kali aku lihat sebelumnya. Dan, nyonya Isabella, dia nampak segar dan juga mulai banyak berbincang. Sebenarnya apa yang telah dilakukan Aran-sensei pada mereka?
"Azumi-san, ada apa?" Eh? Apa aku tidak salah dengar? Nyonya Isabella berbicara padaku dengan ramah? Aneh sekali. Seolah sosok yang di perlihatkan nya padaku saat pertama kali.
"Kakak demam lagi kah?" Tidak hanya itu, Alex pun bertindak lebih ramah hari ini. Aran Ryousuke, kamu ini sebenarnya ilmuwan seperti apa? Apa yang membuat mu bisa mengubah mereka dalam waktu semalam. Aku sangat di buat tertegun dan sampai tidak bisa menjawab apapun yang mereka tanyakan. Pokoknya aku harus interogasi Aran-sensei kali ini, aku butuh jawaban yang sangat logis yang bisa menjelaskan alasan di balik ini semua.
"Tenang lah, Chieko. Kamu kok tegang sekali?" Aran-sensei menyadari gelagat ku yang merasa aneh dengan perubahan mendadak ini. Ya, aku harus tetap tenang dan jangan terlalu terpaku dalam keadaan menyulitkan ini. Tetap lah tenang, Azumi Chieko—
Tapi sayang nya tidak bisa. Karena rasa bingung yang menumpuk dalam kepala ku, aku lagi-lagi jatuh pingsan di tengah-tengah sarapan bersama ini.
"AZUMI?!"
"CHIEKOO?!"
"Alex, bantu kak Azumi berdiri dan bawa ke kamarnya."
"Baik, ayah."
"Astaga, apa Azumi sakit lagi kali ini?"
"Entah lah, padahal dia terlihat segar saja sejak tadi."
.
.
.
.
..
.
.
"Kamu baik-baik saja, Azumi?"
"Uhh, kak Viona? Aku di mana."
"Di kamar mu loh. Waduh, kamu kenapa akhir-akhir ini suka banget pingsan, Azumi. Setau ku kondisi fisikmu sangatlah prima dan kuat karena sering latihan. Tapi kali ini keadaan mu kayak lagi tidak berdaya banget." Viona benar, aku sudah 2 kali pingsan dalam perjalanan ke pulau ini. Aku tidak yakin karena apa, tapi ini benar-benar berita buruk buatku. Aku khawatir ini akan menggangu performa ku dalam bernyanyi dan aku tidak mau di hukum menggigit permen lolipop lagi sama guru vocal ku nanti.
"Entahlah, mungkin karena belakangan ini banyak kejadian yang memusingkan, aku jadi mulai jarang melatih diriku." Terlalu banyak hal di luar nalar yang sudah kulalui dan membuat semua latihan ku menjadi sulit di laksanakan. Biasanya jam segini aku sudah push up sebanyak seratus kali. Mungkin aku akan lakukan itu kalau sudah merasa pulih kembali.
"Aku membawakan mu sarapan yang tadi. Silahkan makan saja yang ingin kamu makan." Aku memakan sanwich daging yang dibawakan oleh Viona dan meneguk setengah susu plain itu. Hem, apa aku harus melupakan kejadian ini dan lebih menikmati liburan ini? Aku tidak ingin merepotkan keluarga ini terus-menerus karena meladeni ku ketika aku pingsan tiba-tiba seperti yang sudah terjadi barusan. Tapi, aku tetap tidak bisa tenang kalau tidak bertanya pada Aran-sensei secara langsung.
"Anu, Viona. Kamu tau sesuatu?"
"Istri nya kak Aran dan juga Alex ya. Aku juga sama kayak kamu. Terkaget-kaget. Entah apa yang di lakukan pria itu sehingga membuat mereka menjadi seperti habis di reset ulang otak nya."
"Haha, itu memang benar, dek Viona." Saat aku sedang mendengarkan pembicaraan Viona dengan serius, Aran-sensei tau-tau sudah membuka pintu dan berdiri di depan kamarku.
"Aku mereset otak mereka pakai energi listrik. Jadi semalam saat Azumi sudah menemukan Isabella, aku langsung mengikat mereka berdua dan aku setrum secara bersamaan. Dan membuat otak mereka benar-benar seperti di reset ulang dan membuang semua kenangan yang sudah di bentuk nya kecuali fakta soal anaknya." Sungguh gila. Tapi apa itu berarti mereka akan melupakan fakta kalau dia punya anak yang sudah meninggal.
"Apa mereka masih ingat putri mereka, Isabella?"
"Seperti nya tidak. Kenangan masa lalu tidak bisa begitu saja kembalikan." Aku tidak sanggup dengan ini semua, sangat menyebalkan. Aku harus ke tempat Vhylen dan menenangkan diri. Aku sudah muak dengan anggota keluarga yang aneh ini.
"Ughh, aku merasa sakit."
"Mau aku panggilkan dokter?"
"Tidak perlu, Ku hanya ingin tidur saja. Makasih banyak karena sudah membawakan ku sarapan. Aku memutuskan untuk tidur lagi saja kak. Berenang nya baru siang nanti kan?"
"Iya. Kamu istirahat aja kalau begitu, Azumi. Aku akan memanggilkan dokter jika kamu mulai merasa tidak baik sekali."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments