"Mama jahat. Mama tidak ada saat kakak mati dan juga mama telah membunuh kakek. Mama jahat. Mama harus menyusul kami sekarang!!"
"Ayo Mama, ikut kami ke neraka."
"Mama."
"MAMA!!!!"
"ASTAGA!!" Karena terlalu lelah mengurus 3 pemakaman sekaligus, tanpa sadar aku telah tertidur di teras cukup lama. Ternyata di luar sana sudah malam dan jam telah menunjukkan pukul 9 malam. Tubuhku rasanya lemas sekali dan pengelihatan ku sedikit kabur karena terlalu lama di tekan di atas tangan ku. Aku sudah 2 hari tidak makan karena merasa tidak selera sama sekali. Apapun yang pelayan ku buatkan, bahkan aku pun sampai di suap sama mereka, aku tetap tidak menelan sesendok pun makanan yang berusaha memaksa masuk dalam perut. Aku bilang 3 pemakaman ya tadi, Hem bisa di bilang aku kehilangan anak kandung ku satu-satunya saat kami sedang mengurus pemakaman Yuuzy dengan ayahku—kakek mereka. Polisi tidak tau kalau aku pelakunya karena di bar itu sejak dulu tidak pernah mau di pasangi kamera pengawas.
Izumi saat itu sangat putus asa dan sesampainya di rumah, dia tidak mau melihat jasad kakak nya yang sudah tertutup keseluruhan. Dia mengurung diri di kamar, saat beberapa saat aku sadar dia tidak mau keluar kamar, aku masuk,lalu kemudian aku justru malah melihat anak ku bermandikan darah di atas ranjang nya.
Tepat di sebelah nya ada sepucuk surat dan juga pisau berdarah. Kata tim forensik, Izumi melubangi kepalanya dan menggorok lehernya sangat dalam. Membuatnya tewas sejam kemudian karena kehabisan darah. Entah apa maksudnya Izumi melubangi kepalanya dan masih sempat bisa menggorok lehernya sedalam itu, tapi aku benar-benar tidak percaya dia terlalu larut dalam depresi dan shock nya. Harusnya aku biarkan saja di rawat di rumah sakit hari itu, tapi saat dia sadar dari pingsan nya di sana dia justru minta untuk dipulangkan saja.
Isi surat itu berbunyi 'aku ingin menyusul kak Yuuzy. Maaf mama.'
Aku kehilangan tiga orang sekaligus hari ini, membuat mataku hampir saja buta. Tapi aku tiba-tiba teringat dengan proyek penelitian kakak ku. Yang katanya dia bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati dengan memanggil arwah nya kembali dan di masukkan secara paksa ke dalam raganya sendiri. Mungkin aku harus berunding dengan maniak penelitian yang satu ini, hanya ini yang bisa menjadi harapan terakhirku agar bisa bersama mereka lebih lama.
Kakak ku, Aran Ryousuke ini seorang ilmuwan gila. Bukan berarti dia sudah tidak waras sih, dia memang gila. Apapun yang dia lakukan, apapun yang sedang dia teliti, terkadang hasilnya bisa bikin kita berfikir ini benar-benar di luar nalar. Dia menggabungkan elemen ilmiah dengan sedikit bumbu spiritual, yang membuatnya di kenal sebagai ilmuwan horor oleh teman satu proyek nya. Hari ini dia menunda satu hari pekerjaan nya untuk menemui ku di rumah besar ini sendirian.
Walau dia gila, tapi dia sangat perhatian layaknya kakak. Perhatian nya sampai membuat orang yang berusaha membuatku sakit menjadi tidak bisa bernafas lagi untuk melihat matahari pagi di keesokan hari.
Sebelumnya dia mengabari kalau akan datang telat karena ada urusan sebentar di kota sebelah. Ya, kota di mana suami—mantan suamiku pergi bersama selingkuhan nya untuk melakukan tindakan bejat. Aku seperti nya tau urusan nya kali ini dan aku tidak akan mencegahnya sedikitpun. Apapun tindakan kejam yang akan di lakukan nya akan menjadi obat penyembuh bagiku. Dia dan selingkuhan nya harus merasakan apa yang aku rasakan saat ini.
"Viona, kakak pulang." Aku baru saja memikirkan apa yang akan dilakukan nya selama 10 menit terakhir, sosok nya malah sudah tiba masuk kedalam rumah ini—dengan pakaian yang penuh darah dan di tangan nya dia seperti membawa bungkusan Hitam misterius yang cukup besar dan juga mengeluarkan tetesan darah dari plastik itu.
"Astaga, datang-datang udah mandi darah aja kamu kak. Selamat datang."
"Astaga juga, kamu keliatan lemas banget, Viona. Pasti kamu gak makan lagi kan? Haduh."
"Maaf kak sudah bikin khawatir. Tapi aku tidak bisa makan kalau masih terbayang bayangan kematian anak ku, si Izumi kecil yang malang." Kak Aran menyodorkan bungkusan itu padaku. Aku mengambilnya walau sempat di buat mual sebentar karena bau darah anyir yang cukup kentara. Aku tau orang gila ini kalau sudah 'main' pasti selalu bawa bungkusan kayak gini, alasan pengen jadiin bahan penelitian lah.
"Kak, aku sedang meneliti sesuatu. Yang dibungkusan ini tuh mayat seorang gadis yang selingkuh sama suami brengsek itu, haha. Kau tau, mereka baru saja mau melakukan 'itu' dan syukurlah gadis ini masih perawan, jadi sampel yang bagus untuk penelitian baruku untuk kamu, adik cantik ku."
"Hoeekk, yang benar aja kamu kak."
"Ya, Viona. Penelitian ini untuk kamu biar kamu tetap cantik dan awet muda selalu khuhuhu. Ayo dek, ikut aku ke lab. Lab ku belum kamu hancurkan kan di rumah ini?"
"Aku masuk kesana aja ogah. Terlalu horor." Aku dan kak Aran pun berjalan menuju ruang lab nya yang ada di bawah tanah. Sengaja biar kalau ada kejadian seperti ledakan atau kebakaran, orang yang di atas tidak akan pernah tau. Dentuman mungkin saja tidak bisa terdengar sampai ke sana. Jadi kakak ku bisa melakukan kegilaan nya dengan bebas tanpa campur tangan orang di rumah apalagi para pelayan yang selalu panik berlebihan jika ada sesuatu yang sedang terjadi.
.
.
.
.
Tibalah aku dan kakak di lab yang sudah lama tidak di kunjungi. Karena proyek barunya ini, kakak harus pergi keluar negeri beberapa bulan yang lalu untuk mencari tempat yang lebih besar dan peralatan yang tidak ada di lab di rumah ini seperti peluru.
"Ughh, walau lab ini di tinggal berbulan-bulan, tidak pernah kelihatan di tinggalkan sedikitpun. Rapi dan wangi banget di sini."
"Haha, itu berkat sistem robot membersihkan diri sendiri, lab ini jadi terawat. Makanya aku malas kalau ada pelayan yang terlibat lab ku. Kecuali kamu sih haha. Yaudah, ayo mulai. Pertama, masukkan potongan gadis itu kedalam panci yang super besar dan taburi garam kimia dalam nya. Itu mengurangi bau busuk baik dari darah atau bakteri yang sudah terkumpul dalam nya." Bisa-bisanya kamu menyuruhku untuk melakukan hal menjijikkan ini kakak gila. Yah, memang sih cuma di suruh masukin dan tambahin garam kek lagi masak sup aja, tapi, kalau yang keluar kepala juga kan aku bisa shock.
"Tenang kak, kepalanya udah ku potong kecil-kecil kok."
"KAMU ESPER KAHH?!" Bagaimanapun juga, ini katanya demi aku, jadi aku akan lakukan seperti apapun permintaan gila yang nantinya akan keluar dari bibir nya. Aku mengambil panci yang cukup besar dan memasukkan potongan daging manusia ini kedalam nya. Sebelumnya aku menaburi nya dengan garam satu botol di atas daging itu lantas ku siram dengan air satu ember full sampai daging nya tenggelam oleh air dan garamnya mulai mengeluarkan efeknya.
"Sudah kuduga kamu akan tertarik, Viona. Aku jamin 100% keriput mu akan hilang dan kamu akan tampak 10 tahun lebih muda di usia mu yang sekarang."
"Padahal aku masih 27 tahun, kok bisa ada keriput aja di wajahku?"
"Kamu terlalu stress mungkin dek sama pekerjaan designer mu dan juga karena sudah kehilangan kedua anak mu juga ayah kita. Kenapa kamu gak nyewa pegawai lagi aja sih buat butik nya, yang tugasnya sama kek kamu. Tinggal di ajarin aja kan trik yang sama yang kamu gunakan saat lagi mendesain busananya?" Benar juga, selama karirku sebagai designer, aku tidak pernah punya pegawai cadangan dalam bidang mendesain. Tapi tetap saja, aku tidak memerlukan yang namanya cadangan karena aku merasa hasilnya tidak akan pernah bisa sama dan kesan orisinil nya jadi tidak nampak kalau orang lain yang mengerjakan nya. Mungkin aku akan menyewa beberapa penjahit terkenal saja, aku sudah lelah menjahit sendirian dan lagi pegawai ku yang sebelum nya terlalu payah dalam bidang itu.
"Yah, mungkin gak dulu kak. Setelah ini apa?"
"Kita tunggu sampe baunya hilang baru deh nyalain kompor. Oh astaga, aku lupa ambil buku mantra nya dek, ketinggalan di rumah. Kamu bisa ambilin gak?" Pikun nya bahkan masih menempel di kepalanya padahal termasuk orang pintar yang paling gila yang pernah aku kenal dan ternyata itu adalah keluarga ku sendiri. Aku pun keluar dari lab dan meninggalkan kakak bersama daging-daging itu menuju ke rumah dan mengambil barang nya. Asli, pake di taruh di luar segala.
"Mama~"
"Eh?" Barusan aku mendengar seseorang berbicara. Seperti suara anak kecil tapi saat aku menoleh ke belakang tidak ada siapapun. Apa emang benar ya aku terlalu lelah dengan semua ini? Lebih baik aku segera bergegas saja lah mengambil barang itu karena aku sudah sangat penasaran dengan penelitian yang akan di buat nya kali ini. Dan ini untuk pertama kali nya aku menyaksikan ini dari awal hingga akhir.
Ah, ternyata tas itu ada di atas kursi. Aku pun mengambil nya lantas bergegas balik badan, kembali ke lab kakak dengan tas ini.
"Mama~"
Astaga, suara itu ada lagi. Ah, tidak peduli, aku akan bergegas dan mengabaikan semua gangguan itu. Aku tidak peduli.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di dalam sebuah ruangan dengan nuansa putih yang di penuhi oleh peralatan medis juga beberapa ramuan yang mematikan pun nampak berjejer rapi di rak besi yang di lindungi oleh kaca tebal. Seorang pria berambut hitam kehijauan sedang sibuk memperhatikan sebuah panci besar yang mengeluarkan uap yang sangat banyak. Sambil mencatat sesuatu, pria ini terus mengamati apa yang ada di hadapan nya.
"Kak, aku balik." Seseorang baru saja masuk dari balik pintu besi itu dengan membawa tas berisi barang-barang penting. Wanita ini kini ikut berdiri di sebelah nya dan mengamati panci itu dengan seksama.
"Huekk, banyak belatung yang keluar."
"Nanti juga hilang kok. Ya itu efek dari garam tadi. Aku sudah menyalakan kompor nya saat kamu pergi tadi." Pria itu mengambil tasnya dan sedang merogoh sesuatu yang ada di dalam. Di pegang nya sebuah buku tebal tua berwarna kecoklatan dan beberapa noda merah terlihat tiap lembaran yang dia buka. Buku ini berisi mantra terlarang yang hanya orang tertentu saja yang bisa mengaktifkan mantra ini, salah satunya adalah ilmuwan gila yang kerap di panggil sebagai 'Ilmuwan Horor'.
Setelah mendapatkan halaman yang ingin dia baca, dia menandai halaman itu dengan tetesan darah yang keluar dari jari jempolnya dari luka sayatan baru karena silet. Tetasan itu kemudian dia oleskan hingga membentuk lingkaran dengan bintang di tengah nya. Beberapa saat setelah berkomat Kamit membaca mantra, sesuatu keluar dari buku itu. Membuat wanita yang berdiri di sampingnya ternganga lebar melihat pemandangan yang ada di hadapan nya. Keluar sesuatu cairan ungu berkilau di dalam botol kaca kecil yang di tutup penutup kayu kecil dengan hiasan bintang di atasnya. Namun, meski itu terlihat indah untuk di pandang, ternyata cairan itu memiliki aroma yang sangat buruk, lantas memenuhi seluruh ruangan yang membuat para robot pembersih menyemprotkan cairan desinfektan dan wewangian kimia secara brutal. Sampai akhirnya bau busuk itu menghilang di telan wewangian berlebihan di ruangan ini.
"Ughh, aku akan sakit dengan ramuan ini. Huekk."
"Yah, semua nya yang berbau spiritual gak pernah ada yang bagus. Tapi hasilnya gak seburuk aroma yang dikeluarkan nya, jadi anggap saja itu berkah hahahah." Pria itu membuka tutup botolnya dan menuangkan nya sampai habis ke dalam panci yang berisi air dan juga daging. Kini tampilan di dalam nya turut berubah sesuai dengan ramuan yang di masukkan nya tadi.
"Sekarang malam bulan apa?"
"Hah? Eh, anu, kayaknya sih malam bulan purnama. Kenapa?"
"Bagus, ternyata aku tepat pada waktunya membuat ini. Gak sia-sia juga libur satu hari. Viona, ambil rempah di dapur lab." Wanita yang di panggil nya Viona itu pun pergi ke ruangan paling belakang lab kakak nya yang di jadikan sebagai dapur khusus lab. Mengambil semua keranjang rempah yang ada di dalam nya.
"Suka pedes gak?"
"Eh? Ya, sedikit."
"Ok. Setelah ini siap dan cahaya bulan purnama akan menyinari isi dalam panci ini, kamu harus menghabiskan apa yang ada di dalam nya sendirian." Viona tergidik ngeri, lantas terjatuh seketika di lantai dan melihat kakak nya dengan tatapan tajam. Dia di suruh memakan daging sesamanya? Tidak mungkin itu. Ternyata pria ini memang gila.
"Heii, apa yang kamu bicarakan kak? Gak mungkin aku makan daging orang."
"Haha. Aku tau, tapi ini enak loh. Aku gak mau makan karena ini di buat khusus untuk perempuan aja." Pria itu mematikan kompor nya dan kembali membantu Viona untuk bangkit. Aroma sedap mulai tercium keluar dari dalam panci itu, sangat ramai tapi membuat liur rasanya ingin menetes.
"Kamu lapar banget ya kak sampe ngiler gitu. Habiskan aja kak. Itu ketentuan penelitian ghaib ku kali ini. Tenang, porsi nya gak sebanyak yang kamu liat di awal dek. Dia menciut dan paling tinggal 1 atau 2 porsi aja, habisin ya dek." Perlahan cahaya bulan purnama bersinar biru terang merambat ke dalam lab dari balik jendela yang di pasang di langit-langit pojokan lab ini. Buru-buru Viona dan kakak nya mengangkat bersama panci itu dan meletakkan nya di atas meja hingga pas terkena sinarnya.
"Saking lancarnya aku jadi ingin menangis, hiks."
"Aku ingin muntah juga ingin makan itu." Setelah beberapa saat kemudian, cahaya itu berangsur-angsur menghilangkan jejak nya dan hidangan daging manusia ini sudah berkurang airnya dan hanya menyisakan daging di dalam panci.
"Sekarang waktunya, Viona."
"Tapi ...
"Sudah lah makan saja. Ini kayak kamu lagi makan daging Wagyu kok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments