Rencana

"Hei, chieko-san. Mau ikut liburan sekeluarga bareng aku gak ke pulau pribadi?"

Saat jam istirahat aku menggunakan atap sekolah untuk makan siang tapi Hanakawa memutuskan untuk ikut bersamaku. Untung saja ketua mengizinkan nya, bahkan dia terlihat sangat menghormati Hanakawa dan berkata harusnya kamu tidak perlu minta izin jika itu bersama Hanakawa. Aku sebenarnya heran kenapa Hanakawa begitu di hormati namun di belakang mereka seperti menghina nya? Kalau untuk anggota Rox'iz, mereka tidak demikian. Yang aku maksud di sini adalah para guru dan orang-orang yang berpura-pura sebagai "teman" nya padahal setiap aku pergoki, mereka sedang berbicara jelek dan mengutuk Hanakawa itu jelmaan iblis. Bagaimana bisa, sosok imut nya yang bagaikan boneka ini kamu sebut sebagai 'iblis'?

Hanakawa sekarang berbaring di atas pahaku layak nya seekor kucing yang ingin di belai kepalanya. Sebenarnya pahaku sudah sangat pegal dengan beban dari kepalanya selama hampir 5 menit lebih, tapi kalau aku bergerak untuk membangunkan nya aku akan merasa tidak enak.

"Liburan musim panas? Pulau pribadi ya. Di mana itu?" Tanyaku sambil mengunyah ayam goreng yang ada di kotak bekal ku. Hanakawa dengan matanya yang berbinar melihatku antusias.

"Rahasia."

"Oke, aku tidak akan ikut." Sontak Hanakawa terbangun panik, menatap ku kecewa sambil mendesis kesal.

Aku hanya tertawa lalu kembali mengunyah bekal ku.

"Hum, nanti kamu juga tau sendiri kok. Gak jauh dari Jepang ada pulau kecil di dekat nya dan itu pulau yang di beli oleh orang tua ku."

"you are so rich. uh, yeah, you're the son of that famous company. Aku sampai lupa hehe"

"Nyeh, padahal aku ini sponsor kostum dari band mu tau." Aku mengangguk. Itu benar, kostum buatan nya sangat bagus hingga kepopuleran band kami selalu berada di peringkat ke atas. Itu semua berkat tangan terampil yang di miliki kakak perempuan nya. Tapi sepanjang karir ku, aku tidak pernah bertemu langsung dengan perancang nya. Setiap manager ingin memesan kostum baru, beliau memesan nya lewat pesan seluler dan mengirim rincian ukuran tubuh dari kami.

"Apa kakak mu juga ikut dalam liburan keluarga ini?"

"Eh, ya, tentu saja. Kakak ku juga keluarga ku jadi dia akan meliburkan butik nya untuk liburan ini. Kenapa emang nya?" Bagus, aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat langsung sosok designer hebat yang merancang tiap kostum yang Rox'iz gunakan untuk manggung. Aku jadi punya alasan besar harus mengikuti liburan keluarga ini. Tapi, aku bertanya-tanya, kenapa aku di undang dan teman ku yang lain tidak ya?

"Tidak apa. Aku hanya ingin melihat langsung designer kostum kami. Aku sangat penasaran dengan sosoknya jadi aku akan ikut."

Setelah aku berkata demikian, Hanakawa malah terdiam seribu bahasa. Dia menundukkan kepalanya dengan wajah masam dan tatapan kosong itu—apa aku salah ngomong lagi seperti yang pernah aku katakan beberapa Minggu yang lalu? Saat aku menyebut kata "gereja" dan aku sekarang membahas kakak nya pun termasuk obrolan kurang menyenangkan bagi nya? Aku benar-benar tidak paham dengan tingkah Hanakawa yang mood nya kadang berubah sangat cepat. Mungkin, ada banyak Hanakawa lain yang tidak aku ketahui.

"Oh... Baiklah, aku akan memberi tahukan keluarga ku kalau kamu setuju untuk ikut, Azumi." Kan? Ternyata benar, barusan tadi itu emang termasuk obrolan terlarang baginya. Gereja dan kakak nya. Entah apa hubungan nya, tapi seperti ada keterkaitan di antaranya.

Dan ini kali kedua nya aku membuat 'mood' Hanakawa berubah 180°. Lebih baik aku buka topik baru, kalau saja itu bisa buat dia setidak nya tidak menatap ku seperti itu lagi.

"O..ohh, apakah anggota Rox'iz yang lain tidak kamu ajak?"

"Maaf ya Chieko, aku bukan nya egois, tapi aku mengajak mu dengan alasan pemulihan mental mu setelah kejadian itu. Kamu gak mungkin kan bilang ke anggota yang lain kalau kamu tau-tau pulih secepat itu? Aku yakin mereka akan mengizinkan mu kok." Jelas Hanakawa panjang—mood nya berubah sangat cepat ya. Tapi dia ada benar nya sih, aku tidak mungkin bilang kalau mental ku sudah baik dengan sihir, setidaknya itu kata yang masuk akal walau Hanakawa selalu menentang nya. Pasti mereka bakalan curiga dan mungkin tidak akan percaya juga.

Jadi itu alasan yang sangat bagus yang aku sendiri tidak kepikiran.

"Bel sudah berdering. Ayo kita bergegas kembali ke kelas, Chieko-san. Hari ini pelajaran fisika yang sangat aku sukai." Hanakawa loncat dari bangku panjang itu dan berjalan menuju ambang pintu atap sekolah. Aku menyusul kemudian saat sudah membereskan kotak bekal ku.

"Ternyata kamu suka fisika ya, Izumi."

"Tentu saja, itu karena guruku adalah kakak laki-laki satu-satunya dari ibuku." Kami berdua pun bergegas pergi dari atap dan turun menuju kelas. Aku baru tau kalau guru fisika, Aran Ryousuke itu keluarga dari Hanakawa. Mungkin ada banyak keluarga dia yang tidak aku tahu tapi aku hanya ingin bertemu dengan kakaknya yang luar biasa.

.

.

.

.

.

"Minggu depan kita sudah memasuki liburan musim panas, jadi nikmati waktu liburan kalian ya. Dan jangan lupa untuk mengerjakan pr saat liburan musim panas kalian berakhir. Sekian dulu pelajaran hari ini, kalian sudah boleh pulang." Setelah pemberitahuan singkat itu, Aran-sensei membereskan barang nya kemudian pergi meninggalkan kelas— disusul Hanakawa dan aku.

"Ryo-sensei." Hanya Hanakawa saja yang bisa memanggil nya begitu, aku jarang mendengar yang lain memakai nama itu untuk memanggil Aran-sensei.

"Iya, ada apa ponakan ku yang mungil."

"Cih. Mungil begini juga umurku sudah legal, oke. Oh ya, Ryo-sensei bakal ikut kita kan ke pulau itu?" Aran-sensei menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Melihat kami dengan wajah bingung sedikit sedih.

"Maaf ya, Hanakawa kecil. Om gak bisa ikut karena ada kerjaan. Kan ada kakak mu?"

Setelah mendengar jawaban Aran-sensei, Hanakawa melangkah masuk kedalam kelas. Kesal, ya, aku bisa lihat itu karena dia menggembungkan pipinya sambil menghentakkan kakinya. Imut. Tapi, apa memang dia begitu benci seperti itu ya sama kakaknya sendiri. Kalau ada yang sebut 'kakak nya' pasti dia akan marah.

"Hahaha masih sama aja ya anak itu."

"Maaf, Aran-sensei, hubungan mereka emang tidak sedang bagus ya belakangan ini?"

Dia menggeleng dan tersenyum tipis. "Mereka berdua hanya bertengkar kecil. Hanakawa dari dulu selalu gitu kalau udah marahan sama seseorang."

Aku hanya menjawab oh. Aran-sensei pun pamit bergegas menuju ruang guru. Aku juga niatnya ingin masuk ke kelas, tapi baru ingat aku harus izin dulu sama ketua buat pergi liburan sama Hanakawa nanti. Sebenarnya aku merasa sungkan meminta izin, mengingat setelah liburan akan ada festival budaya dan kita akan tampil di acara itu. Tapi aku tidak mau membuat Hanakawa kecewa kalau misalnya aku tiba-tiba membatalkan nya.

.

.

.

.

"Bagaimana keadaan mu?"kepalaku tiba-tiba terasa berat sekali. Seseorang baru saja berbicara padaku tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena kelopak mataku sangat sulit untuk terbuka. Berat. Tangan dan kaki ku juga seperti mati rasa.

"Tak perlu memaksakan dirimu, Yuuzy. Tidur saja lagi. Aku akan membangunkan mu saat makan malam siap." Ucapnya lagi kemudian bayangan itu pergi meninggalkan ku—di sebuah kamar besar, sendirian dengan lampu gantung mewah di atas ku.

Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya aku sering sekali terbangun di kamar ini. Tapi aku tidak bisa mengingat bagaimana bisa dan kenapa.

Saat aku mencoba untuk mengingat kembali apa yang sudah terjadi pada diriku, aku malah berakhir tak sadarkan diri dan kembali ke dunia ku.

Melihat sekeliling ruangan yang bernuansa emas kecoklatan membuat kepalaku semakin sakit, aku rasanya ingin sekali berjalan keluar namun kaki ku tidak bisa bergerak. Kepala ku rasanya seperti ditahan oleh sesuatu yang sangat berat sehingga sangat sulit bagiku untuk mengangkatnya. Setidaknya, aku ingin tangan ku bisa bergerak, namun nihil. Sekujur tubuh ku seperti kaku dan tidak di bolehkan untuk pergi beranjak kemanapun.

"Ughh, ayo lah. Aku bosan di sini. Aku harus keluar." Setelah memaksakan diri untuk bangkit, akhirnya aku bisa menggerakkan semua tubuh ku. Aku turun dari ranjang dan berjalan lunglai ke ambang pintu.

Saat aku ingin merah gagang nya, tiba-tiba itu berputar. Ada seseorang yang ingin masuk ke dalam.

Pintu itu pun terbuka lebar dan di balik nya ada Vhylen dengan sebuah nampan berisi bubur dan air di sampingnya.

"Hei hei, Yuuzy. Kamu mau kemana? Kamu masih sakit tau. Jangan maksain diri buat berdiri." Dengan terburu-buru dia meletakkan nampan itu ke atas meja di tengah kamar dan menggendong tubuh ku naik keatas ranjang lagi. Sial, padahal sudah susah payah aku terbangun, dia datang malah membaringkan ku lagi di ranjang.

"Ayo makan dulu. Ini bubur ayam, enak loh."

"Umm, Vhylen? Itu, aku... Aku boleh makan diluar aja gak? Aku bosan di kamar." Setidaknya aku harus ada alasan agar bisa keluar dari sini. Aku harus tau sedang di era mana aku berasal.

Awal nya Vhylen nampak bingung kemudian menghentikan gerakan menyuapi nya dan pergi lagi. Sepintas sebenarnya aku tau, kalau dia ingin pergi mengambil kursi roda.

"Ayo naik, kita makan di luar."

.

.

.

.

Saat aku berada di luar kamar, aku menyusuri beberapa koridor dalam rumah ini bersama Vhylen yang mendorong kursi roda ini di belakang. Rumah ini cukup kuno dan mahal menurut ku, jadi agak kurang tepat kalau aku menyebut ini "rumah".

Beberapa pelayan "istana"—setidaknya itu lah kata yang lebih pantas untuk tempat seluas dan semegah ini, menyapa kami berdua sambil menunduk memberi hormat. Vhylen membalas sapaan itu dengan senyum dan lambaian tangan nya yang anggun.

Hampir tiap tempat aku melihat gerak-gerik pelayan yang begitu sibuk membersihkan, menyajikan, bahkan berlarian kesana-kemari untuk menjemur pakaian. Aku tidak akan pernah bisa menghitung seberapa luas istana ini dan butuh berapa lama aku akan sampai di ambang pintu luar dari lokasi awal di kamar ku.

Setelah melewati beberapa pilar raksasa di tiap sudut, akhirnya pintu depan berjumpa dengan ku. Pelayan yang berjaga di depan nya membungkuk dan membukakan pintu yang super tinggi dan berat itu dengan lebar. Cahaya matahari langsung merambat mengisi ruangan dan terpampang jelas halaman depan yang luas, indah dan sangat terawat—bahkan di manapun itu tak luput dari sentuhan para pelayan yang sedang memangkas tanaman.

Aku sempat dibuat berdecak kagum dan mataku sedikit berbinar melihatnya. Aroma semerbak mawar merah pun tercium di hembusan angin sepoi-sepoi. Suasana ini sangat klasik dan aku menyukainya.

"Ayo kita duduk di sana." Vhylen mendorong lagi kursi rodanya menuju ayunan di dekat air mancur yang mengarah langsung ke pagar istana. Aku bisa melihat jelas di belakang ku berdiri dengan megahnya sebuah istana berwarna putih emas dengan beberapa patung pembawa kendi air di beberapa tempat.

Aku perlahan naik ke dalam ayunan di susul oleh kakak. Tak lama setelah itu, pelayan datang menyusul membawa bubur ayam yang sempat di bawa Vhylen ke dalam kamar.

Vhylen mulai meniup bubur itu dan menyuap ku. Sungguh, pemandangan di sini sangat indah. Sampai aku lupa betapa susah payahnya aku untuk mencapai titik ini. Tapi untuk saat ini, aku masih terlena. Aku seperti nya mulai lupa kalau aku sebenarnya ada di dunia mimpi yang berlanjut untuk yang kedua kalinya. Suapan kedua dari Vhylen masuk ke mulut ku saat harum semerbak itu tercium kembali.

Sial, kali ini aku benar-benar di buat mabuk sama dunia ini.

.

.

.

.

"Azumi... Azumi? Azumi Chieko-san?!"

"Eh, ah, ada apa? Apa?"

"Astaga. Kamu melamun lama banget loh tadi. Kami sampai manggil kamu berkali-kali tapi gak sadar juga." Di hadapan ku sudah berdiri Rikka yang menggenggam erat kedua lengan ku dengan ekspresi wajah cemas. Terlihat beberapa peluh menetes dari jidatnya.

Tunggu, aku melamun? Ah, sekarang aku sudah di buat sadar dari mimpi yang tiba-tiba datang itu. Sudah dua kali aku mengalami hal yang sama tapi aku tidak mengerti kenapa aku nampak seperti sedang melamun ketimbang sedang bermimpi. Ini benar-benar membuat kepalaku menjadi berat dan pandangan ku sedikit kabur.

"Maaf kan aku ketua. Aku tadi bermimpi indah."

"Haha, jelas-jelas kamu tadi itu bengong, Chieko. Kamu gak tidur di depan kami tapi diem aja kek patung." Anggota Rox'iz yang lain tertawa renyah dan sesekali memukul pelan pundak ku. Iya, itu sungguh tidak masuk akal. Ini lebih cocok di sebut menghayal daripada mimpi. Kalaupun iya, mungkin saat menuju kemari aku langsung jatuh tersungkur kemudian tidur dengan nyenyak bermandikan debu.

"Soal liburan yang kamu bicarakan tadi, aku izinkan. Kamu liburan nya beneran 2 Minggu di sana?"

"Iya. Tapi sebenarnya kemungkinan gak bakal sampai selama itu sih. Paling lama 10 hari lah. Gak papa nih? Latihan nya gimana?"

"Aku gak terlalu memusingkannya sih, Azumi. Yang terpenting kamu bisa sembuh dari shock itu. Akan lebih terganggu nantinya saat kamu tampil dan kamu masih belum pulih juga mentalnya kan?" Aku mengangguk. Saat bel masuk terakhir berbunyi aku bersama anggota yang lain pun bergegas menuju kelas masing-masing. Akhirnya aku bisa merasa tenang berlibur keluarga bersama Hanakawa. Yang aku paling nantikan di momen ini adalah bertemu sang designer, Viona Izumi.

.

.

.

"Buatkan satu salinan kalung yang seperti ini."

"Kekuatan nya?"

"Boleh samakan saja dengan punyaku?"

"Baiklah, tapi untuk apa?"

"Nanti kamu juga tau. Buatkan saja, gak usah banyak tanya lagi."

Episodes
1 Hanakawa Izumi
2 Penyihir dan Gadis Gereja
3 Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4 Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5 Rencana
6 Pengumuman 1
7 Liza
8 Kecewa oleh si terkasih
9 Pengumuman 2
10 Gadis kecil bergaun putih
11 Pengumuman 3
12 Jalan-Jalan
13 Sudah Waktunya
14 Pengumuman Khusus
15 Kapal Pesiar
16 Mimpi dan Arwah penasaran
17 Pengumuman 4
18 Berlayar dan Menghilang
19 Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
20 Awet Muda
21 Pulau Pribadi Izumi
22 ビーチ!!!! (Pantai)
23 Ilusi Hitam dan Merah
24 愛してます (I Love You)
25 Eps fanservice (bukan lanjutan)
26 Eps fanservice part 2 (tamat)
27 Pemanggilan Arwah
28 Xavier Arvincer
29 Kembali ke Tokyo
30 Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
31 Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
32 Bertemu Kembali
33 Malam Menyapa
34 Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
35 Konser Menjadi Bencana
36 Kembali ke mansion
37 Teka Teki
38 Mengejar Monster
39 Maafkan Aku
40 Maaf, Semuanya Salahku
41 Gabrielle Vallen
42 Kamu? Izumi?!
43 Biru di tangan
44 Penghianatan
45 Taman depan Izumi
46 Piknik para Fotografer
47 Perasaan Canggung
48 Ritual pemanggilan iblis
49 Kopi
50 Gagal Lagi?
51 Pindah rumah
52 Kumat lagi
53 Bangkitnya Yuuzy
54 Wanita Menyebalkan
55 Siapa kau?
56 Yuuzy Kembali
57 Sangat Menyebalkan
58 Sudah saatnya
59 Menyelamatkan nya kembali
60 Kembali Berlayar menuju laut kematian
61 Selalu Saja Salah
62 Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
63 Terhisap Dalam Malam
64 Ruang Hampa
65 Sebuah Harapan
66 Tertangkap Basah
67 Tidak akan gagal kali ini
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Hanakawa Izumi
2
Penyihir dan Gadis Gereja
3
Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4
Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5
Rencana
6
Pengumuman 1
7
Liza
8
Kecewa oleh si terkasih
9
Pengumuman 2
10
Gadis kecil bergaun putih
11
Pengumuman 3
12
Jalan-Jalan
13
Sudah Waktunya
14
Pengumuman Khusus
15
Kapal Pesiar
16
Mimpi dan Arwah penasaran
17
Pengumuman 4
18
Berlayar dan Menghilang
19
Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
20
Awet Muda
21
Pulau Pribadi Izumi
22
ビーチ!!!! (Pantai)
23
Ilusi Hitam dan Merah
24
愛してます (I Love You)
25
Eps fanservice (bukan lanjutan)
26
Eps fanservice part 2 (tamat)
27
Pemanggilan Arwah
28
Xavier Arvincer
29
Kembali ke Tokyo
30
Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
31
Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
32
Bertemu Kembali
33
Malam Menyapa
34
Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
35
Konser Menjadi Bencana
36
Kembali ke mansion
37
Teka Teki
38
Mengejar Monster
39
Maafkan Aku
40
Maaf, Semuanya Salahku
41
Gabrielle Vallen
42
Kamu? Izumi?!
43
Biru di tangan
44
Penghianatan
45
Taman depan Izumi
46
Piknik para Fotografer
47
Perasaan Canggung
48
Ritual pemanggilan iblis
49
Kopi
50
Gagal Lagi?
51
Pindah rumah
52
Kumat lagi
53
Bangkitnya Yuuzy
54
Wanita Menyebalkan
55
Siapa kau?
56
Yuuzy Kembali
57
Sangat Menyebalkan
58
Sudah saatnya
59
Menyelamatkan nya kembali
60
Kembali Berlayar menuju laut kematian
61
Selalu Saja Salah
62
Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
63
Terhisap Dalam Malam
64
Ruang Hampa
65
Sebuah Harapan
66
Tertangkap Basah
67
Tidak akan gagal kali ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!