Penyihir dan Gadis Gereja

"Aku akan membawanya ikut kembali kerumah, Ibu. Jangan khawatir. Aku bisa mengendalikan nya."

"Tidak perlu memaksakan dirimu, oke."

Bayang-bayang mimpi itu dalam sekejap menghilang dan digantikan dengan cahaya matahari yang menyilaukan. Dia berusaha berkedip pelan, lantas membuka matanya.

Tatapan nya beralih menuju kearah seseorang yang sedang duduk tertidur di kursi sambil melipat tangan nya di atas pinggiran ranjang.

Dia mencoba memanggil namanya, tapi takut salah memanggil nama dan suaranya tidak cukup mencapai jangkauan itu.

"Hng? Astaga, aku ketiduran.. eh, Izumi, sudah sadar? Bagaimana keadaan mu?" Gadis itu, Chieko, menghampirinya dan menatapnya dari dekat. Chieko mengelus rambut Izumi dengan pelan, tatapan nya sendu juga marah. Izumi tersenyum tipis.

"Terima kasih, Chieko. Maaf karena aku telah merepotkan mu." Chieko hanya menggeleng pelan. Tatapan nya masih sama seperti sebelumnya. Dia juga terlihat sangat menyesal sekarang. Dalam keheningan, mereka tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun. Hanya memberi Hanakawa minum kemudian kembali terdiam.

Bau obat mulai berhembus di tiup angin dari kaca jendela yang sejak tadi Chieko buka karena gerah. Matahari sudah mulai meninggi dan jam pelajaran ketiga telah usai tanpa kehadiran mereka berdua.

"Hei... Tadi itu, kamu kenapa?" Tanya Chieko dengan tatapannya yang masih sama. Entah berapa kali sudah Hanakawa memperhatikan raut wajah nya yang tidak berubah sejak awal dia melihat kehadiran nya di sampingnya. Berat rasanya dia menjawab pertanyaan yang bahkan itu sebenarnya tidak ada hubungan nya dengan Chieko, tapi melihatnya menunggu, Hanakawa menghela nafas berat lalu menceritakan semua kejadian setelah Chieko pergi meninggalkan dirinya di kelas.

.

.

.

.

.

.

Aku sudah duga dia akan langsung membenciku, tapi aku tidak akan menyerah agar bisa dekat dengan nya. Dia adalah tokoh masyarakat yang populer, perfomanya harus bagus makanya harus sering-sering latihan. Walau aku bisa baca pikiran nya, dia bohong saat bilang ingin latihan.

Kelas begitu ramai namun tidak ada yang mau mendekat menuju kemari, mereka terkadang menatap tidak suka ke arahku. Aku tidak mengerti, segitu dendam nya kah penghuni kelas ini karena kesempatan mereka agar bisa sebangku dengan nya, pupus karena kehadiran ku. Mereka benar-benar serakah kalau demikian, toh mereka sudah mempunyai bangku mereka sendiri lantas kenapa harus cemburu?

Di jam istirahat ini aku mencoba memakan sandwich buatan bibi sambil membaca buku novel yang kubawa dari perpustakaan di rumah. Novel ini menceritakan tentang hubungan kakak adik yang tragis dan tidak memiliki ending yang bagus. Aku sudah membacanya puluhan kali dan tidak pernah merasa bosan dibuatnya. Kisah ini hampir sama dengan yang ku alami, hanya saja belum menemukan ending nya apakah akan baik atau buruk, seperti yang ada dalam novel ini.

"Roh Angelina kemudian di panggil kembali dan di masukkan kedalam raga yang baru saja selesai dipermak oleh profesor-- bukan kah ini seperti 'dia'?" sambil mengunyah sandwich ditangan ku, aku menatap tiap baris kalimat dalam novel itu. Aku masih di buat takjub saat membaca adegan pemangilan roh yang di lakukan oleh profesor. Aku tau, sedikit tidak masuk akal, kebanyakan profesor tidak menyukai hal spiritual, tapi mungkin lain cerita kalau dia adalah kakak kandung nya yang tidak mengikhlaskan kepergian adik kesayangan nya.

"Tapi semua itu tetap ada konsekuensinya, misalnya, tumbal? Atau mungkin nyawa profesor itu sendiri."

Brak--

Saat kunyahan sandwich yang terakhir, aku dibuat terkejut oleh seseorang yang tiba-tiba saja menghampiri dan menggebrak mejaku. Hampir saja aku tersedak, cepat-cepat aku meminum susu kotak sampai habis.

Aku sebenarnya tidak kesal, hanya saja kaget. Sambil melirik ke pelaku, aku sudah melihat 2-- tidak, 5 orang murid dikelas ini yang berdiri mengerumuni ku dari samping dan belakang tempat dimana aku duduk.

Apa aku terlalu berisik ya bergumam sendiri sambil membaca novel ini? Ah, aku rasa tidak. Suaraku bahkan tidak bisa didengar oleh Chieko padahal aku berdiri tepat di dekatnya.

"Hanakawa Izumi.. aku peringatkan kamu agar tidak terlalu menempel sama idola kami, Chieko-san. Kami bahkan menahan hasrat kami untuk memeluk ataupun menyentuhnya. Kamu, mentang-mentang dari keluarga orang yang sangat kaya raya di kota ini, harus bisa jaga sikap, paham?" Gadis yang terlihat seperti preman, tidak, style seragam dia hampir 11/12 dengan Chieko, hanya saja ini lebih terbuka dan ada tato hati di lehernya. Aku tidak mengerti, apa sekolah ini tidak punya aturan untuk tidak menggunakan tato?

Tapi ternyata benar, mereka semua terlalu terobsesi dengan Chieko sampai menaruh dendam padaku dan melarang ku untuk dekat dengan nya.

"Hei, kenapa diam?" Gadis itu menarik rambutku dengan kasar sampai badanku sedikit terangkat dari kursi. Aku meringis kesakitan, berusaha melepaskan tangan nya tapi kalah ukuran dan aku semakin di buat kesakitan. Seperti kulit kepalaku akan terkelupas bersama dengan rambut-rambut yang di tariknya.

"Sa..sakit--" aku hanya di jadikan objek tertawaan bagi kawanan nya yang lain. Menatap hina diriku seolah aku pantas di perlakukan seperti ini. Penghuni kelas yang lain, hanya menatap dari kejauhan, kadang aku melihat mereka cekikikan saat aku merintih kesakitan sambil menangis. Tetap berusaha melepaskan genggaman gadis ini, karena aku sudah tidak kuat.

"Apa? Kenapa kamu melotot kearah ku?! HAH?!" Amarah nya semakin memuncak setelah aku menatap nya dengan air mata yang masih mengucur deras menahan rasa sakit di kepala, lantas dia dengan segenap kekuatan nya membanting ku kelantai hingga tulang punggung ku rasanya sedikit dibuat patah karena hantaman yang keras.

"Akhh..." Kepalaku sudah pusing, penglihatan ku mulai kabur dan tubuh ku jadi sulit bangkit dan menghindar. Gadis itu, yang aku tidak bisa ingat namanya, sekarang menyuruh kawanan nya yang lain untuk menghajar dan menendang seluruh tubuh ku yang masih terkapar tak bergerak sama sekali di lantai. Beberapa diantaranya memukuli wajah ku dengan sadis sampai darah mulai keluar dari ujung bibir ku. Tidak sampai di situ, gadis yang membanting ku tadi sampai menginjak perut ku dengan keras sambil tertawa kegirangan mendengar rintihan kesakitan ku yang semakin menjadi. Aku sudah mulai kesulitan bernafas, saat itu aku hampir kehilangan kesadaran. Tapi aku tetap memperhatikan semua nya, aku akan mengingat wajah-wajah ini dan akan terbalas suatu saat nanti.

Di ujung pintu kelas, aku sempat melihat beberapa guru hanya menonton sambil menahan tawa, kemudian pergi saat mataku sempat bertemu dengan mereka. Aku sudah duga ini adalah sekolah yang paling buruk di kota ini.

Saat bunyi bel masuk, mereka menghentikan aksinya. Ketuanya, mungkin, dia menarik kepalaku lagi dan memberiku peringatan.

"Mohon di ingat ya, nona muda Izumi." Dia membanting kepalaku kelantai sekali lagi dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Seisi kelas mendadak bisu dan tidak ada yang mau meladeni diriku yang babak belur dan penuh lebam. Aku, terkapar di lantai karena tidak mampu untuk bangun lagi hanya bisa menunggu. Menunggu Chieko datang. Aku tau dia tidak akan mengabaikan ku.

.

.

.

"Izumi!!" Setelah beberapa menit berlalu, aku mendengar suaranya. Chieko sudah datang, dia akan menyelamatkan ku. Aku sudah duga kalau Chieko ini satu-satunya orang baik di sini, meskipun dia telah menolak permintaan ku.

Chieko mengangkat pelan badan ku yang terkulai lemas di lantai, dengan seksama melihat seluruh tubuhku yang penuh lebam biru dan darah yang sudah mengering.

"SIAPA HAH?! SIAPA YANG BERANI MENGHAJAR ANAK ORANG INI, HAH?! NGAKU KALIAN!!" Chieko berteriak, kesal. Raut wajahnya merah padam dan matanya melotot tajam menatap seisi kelas yang sunyi senyap seperti tidak ada penghuninya membuat kemarahan Chieko bergema memenuhi ruangan. Baru pertama kali aku melihat seorang idola menatap sangar dengan penuh kemarahan yang membuat setiap orang yang melihatnya merinding. Dia seram sekali kalau marah, tapi terlihat keren di mataku.

Tapi aku sudah tidak kuat lagi, jadi percuma saja jika Chieko mengamuk di sini. Tidak akan ada yang mau membuka mulut.

"Chieko, aku minta tolong bawa saja aku ke UKS."

.

.

.

.

"Seperti itu lah kira-kira." Izumi menghela nafas setelah nya. "5 orang yang posisi nya ada di bangku depan secara acak, mereka adalah pelakunya--"

Belum selesai Izumi menyelesaikan kalimatnya, Chieko menghajar keras tembok UKS hingga sedikit retak. Emosi nya seperti tidak terkontrol dan tatapan nya begitu tajam sehingga Izumi terkejut dan mulai sedikit takut kalau saja Chieko tidak sengaja menghajarnya.

"Aku tidak akan memaafkan mereka!!"

"Chi..Chieko, tenang kan dirimu."

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG SETELAH MENDENGAR SEMUA NYA?!" Chieko melotot dan kembali menghajar tembok tadi membuat Izumi semakin takut dengan emosi yang di buatnya.

"Maafkan aku... Aku yang telah membuatmu seperti ini." Izumi menggeleng pelan. Air matanya hampir menetes sekali lagi karena tatapan yang di berikan Chieko padanya. "Aku bisa... Menghilangkan semua luka ini."

Izumi mengeluarkan liontin perak berbentuk hati dari dalam seragam nya dan digenggam nya erat. Saat itu juga cahaya menyilaukan keluar dari dalam genggaman kecil itu, membuat Chieko terbelalak tidak percaya dengan apa yang saat ini dilihatnya. Dalam sekejap, luka-luka dan patah tulang—yang sebenarnya tidak diketahui Chieko dan penjaga UKS barusan, hilang seketika. Izumi membuka seluruh plester yang ada di wajah nya dan menunjukkan nya pada Chieko.

"Ha..hahh?! Ba..bagaimana mungkin-- lohh?!"

"Chieko, kalem."

"Kamu ... Kamu penyihir."

"Gak loh!!"

"Kok ngotot?!"

"Aku bukan penyihir. Aku gak bisa jelasin, Chieko, tapi ini sudah ada sejak aku lahir. Memang ini pantas nya di sebut sihir sih tapi sekali lagi aku bukan penyihir seperti yang ada dalam pikiran mu." Chieko kembali terduduk di kursinya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi tepat di depan matanya sendiri. Izumi bangkit dari tempat nya dan menghampiri Chieko, memeluk nya.

"Makasih. Aku tau Chieko baik, kamu mau kan jadi teman ku, Chieko?"

Di luar sana rintik hujan mulai guyur membasahi jendela UKS yang terbuka, angin nya berhembus sedikit lebih kencang membuat belakang punggung Chieko basah terkena percikan air dari luar. Dalam dekapan Izumi, Chieko menatap heran. Dia tidak bisa menolak perasaan yang di rasanya kali ini dan membalas pelukan nya sambil berkata 'iya, tentu saja. Dan sekali lagi, maafkan aku.'

Izumi tersenyum lebar, melihat wajah Chieko dari dekat. Ada rasa syukur yang terlukis di wajahnya membuat Chieko hampir menangis. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Dengan keadaan Izumi yang sudah pulih—dengan cara tidak masuk akal dan di luar nalar Chieko sendiri.

Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kelas agar tidak di kira sedang membolos.

.

.

.

.

"Hei, apa tadi baru saja ada ritual penyembuhan dari liontin itu?" Di ruangan yang sangat gelap dan lembab, hanya ada cahaya minim dari sebuah lilin kuno yang terpasang di setiap sudut ruangan. Seseorang sedang mengawasi kuali besar menyala hijau di ruang tengah. Di samping nya ada dua orang pria berbadan besar pun ikut mengamati.

"Iya, dia boneka nomor 119 inisial H-I yang sedang mengincar target nya yang berinisial A-C." Ucap orang pertama yang ditugaskan untuk mengawasi. Setelah menyampaikan laporan dia langsung mengambil beberapa ramuan untuk melihat informasi yang lain.

"Anak bodoh itu, kenapa menggunakan ritual langsung di depan targetnya. Coba periksa kondisi alam bawah sadarnya, apa ada perubahan?" Salah satu dari pria berbadan besar itu kemudian memberi perintah dengan tegas yang langsung di laksanakan wanita tua yang meramu ramuan nya untuk melihat kedalam alam bawah sadar seseorang.

Selang beberapa menit, wanita tua itu menggelengkan kepalanya. Tidak ada perubahan yang terlihat setelah kejadian itu—wajahnya terlihat seperti mengatakan demikian.

Kedua pria besar tadi kemudian mengangguk dan pergi meninggalkan wanita tua itu sendirian di ruangan yang gelap. Seluruh lilin mati bersamaan dengan perginya mereka dan wanita tua berbaju serba hitam itu pun menghilang tanpa jejak di dalam ruangan tersebut.

.

.

.

.

Hujan semakin deras diluar sana, suasana kelas sangat senyap setibanya aku dan Izumi dikelas. Ternyata jam ini kosong jadi tidak ada guru yang masuk. Tau begitu, mending aku main bareng di UKS aja lama-lama sampai jam pulang—lupa, masih beberapa jam lagi kalau mau sampai jam pulang.

Izumi terlihat sangat senang kali ini, dia tidak henti-hentinya memainkan tangan ku di atas meja. Aku baru pertama kalinya bicara banyak dan suaranya menjadi terdengar jelas walau aku tidak mendekatkan wajah ku ke mulutnya—lagi.

"Hem, Izumi. Nanti pulang sekolah mau temenin aku ke gereja gak?" Karena ucapan ku, Izumi langsung membanting tangan ku. Dia melotot kearah ku dan melangkah mundur menjauh dari tempat duduk nya.

Aneh, apa segitu buruk nya ya kalau aku mengajak nya ke tempat ibadah.

Tapi, melihat raut wajah nya, seperti penolakan secara langsung padahal aku belum mengatakan apa tujuan ku mengajaknya ke sana.

Cepat-cepat Izumi merubah ekspresinya kembali, tapi jadi datar. Menatap kosong ke arahku, tatapan yang sama seperti tadi pagi ketika dia baru pertama kali masuk ke dalam kelas.

"Maaf, aku baru ingat hari ini ada acara Keluarga di rumah. Aku kemungkinan langsung di jemput oleh para pengawal ku yang tadi pagi. Maaf ya, Azumi." Dia secara tiba-tiba pula mengubah nama panggilan ku menjadi 'azumi'. Setelah itu dia tidak menunjukkan raut wajah senang nya seperti tadi. Hawanya mulai makin dingin di tambah tatapan kosong yang terlukis di wajahnya, membuatku semakin merinding—bukan karena dingin tapi perubahan drastis dari Izumi yang polos setelah mendengar kata gereja.

Sayang banget sih kalau misalnya dia tidak bisa. Padahal aku ingin memperkenalkan nya pada teman masa kecil ku yang sekarang menjadi pendeta di sana.

Dia adalah pemuda tampan yang baik juga lemah lembut. Setiap kata yang di ucapkan nya membuat hati jadi meleleh.

Aku niatnya bukan memperkenalkan, tapi, mengajak nya bertanding catur sekali lagi karena kemarin aku sudah di buat kalah 5 kali.

"Aku harap, hujan akan segera berhenti agar aku bisa mampir ke tempat 'nya'"

Terpopuler

Comments

Rika Alvionita

Rika Alvionita

wattt?!

2022-12-04

1

Vinko 14

Vinko 14

"Chieko, kalem" - percakapan terbaik dari semua yang pernah kubaca

2022-08-20

4

lihat semua
Episodes
1 Hanakawa Izumi
2 Penyihir dan Gadis Gereja
3 Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4 Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5 Rencana
6 Pengumuman 1
7 Liza
8 Kecewa oleh si terkasih
9 Pengumuman 2
10 Gadis kecil bergaun putih
11 Pengumuman 3
12 Jalan-Jalan
13 Sudah Waktunya
14 Kapal Pesiar
15 Mimpi dan Arwah penasaran
16 Pengumuman 4
17 Berlayar dan Menghilang
18 Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
19 Awet Muda
20 Pulau Pribadi Izumi
21 ビーチ!!!! (Pantai)
22 Ilusi Hitam dan Merah
23 愛してます (I Love You)
24 Eps fanservice (bukan lanjutan)
25 Eps fanservice part 2 (tamat)
26 Pemanggilan Arwah
27 Xavier Arvincer
28 Kembali ke Tokyo
29 Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
30 Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
31 Bertemu Kembali
32 Malam Menyapa
33 Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
34 Konser Menjadi Bencana
35 Kembali ke mansion
36 Teka Teki
37 Mengejar Monster
38 Maafkan Aku
39 Maaf, Semuanya Salahku
40 Gabrielle Vallen
41 Kamu? Izumi?!
42 Biru di tangan
43 Penghianatan
44 Taman depan Izumi
45 Piknik para Fotografer
46 Perasaan Canggung
47 Ritual pemanggilan iblis
48 Kopi
49 Gagal Lagi?
50 Pindah rumah
51 Kumat lagi
52 Bangkitnya Yuuzy
53 Wanita Menyebalkan
54 Siapa kau?
55 Yuuzy Kembali
56 Sangat Menyebalkan
57 Sudah saatnya
58 Menyelamatkan nya kembali
59 Kembali Berlayar menuju laut kematian
60 Selalu Saja Salah
61 Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
62 Terhisap Dalam Malam
63 Ruang Hampa
64 Sebuah Harapan
65 Tertangkap Basah
66 Tidak akan gagal kali ini
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Hanakawa Izumi
2
Penyihir dan Gadis Gereja
3
Penyihir dan Gadis Gereja (2)
4
Masa Kecil dan Kemalangan Kumpulan Gadis
5
Rencana
6
Pengumuman 1
7
Liza
8
Kecewa oleh si terkasih
9
Pengumuman 2
10
Gadis kecil bergaun putih
11
Pengumuman 3
12
Jalan-Jalan
13
Sudah Waktunya
14
Kapal Pesiar
15
Mimpi dan Arwah penasaran
16
Pengumuman 4
17
Berlayar dan Menghilang
18
Ritual Aneh (Pengorbanan Roh Laut)
19
Awet Muda
20
Pulau Pribadi Izumi
21
ビーチ!!!! (Pantai)
22
Ilusi Hitam dan Merah
23
愛してます (I Love You)
24
Eps fanservice (bukan lanjutan)
25
Eps fanservice part 2 (tamat)
26
Pemanggilan Arwah
27
Xavier Arvincer
28
Kembali ke Tokyo
29
Hantu Leher Panjang (Bagian 1)
30
Hantu Leher Panjang (Bagian 2)
31
Bertemu Kembali
32
Malam Menyapa
33
Kembali ke Tokyo (Edisi Hanakawa)
34
Konser Menjadi Bencana
35
Kembali ke mansion
36
Teka Teki
37
Mengejar Monster
38
Maafkan Aku
39
Maaf, Semuanya Salahku
40
Gabrielle Vallen
41
Kamu? Izumi?!
42
Biru di tangan
43
Penghianatan
44
Taman depan Izumi
45
Piknik para Fotografer
46
Perasaan Canggung
47
Ritual pemanggilan iblis
48
Kopi
49
Gagal Lagi?
50
Pindah rumah
51
Kumat lagi
52
Bangkitnya Yuuzy
53
Wanita Menyebalkan
54
Siapa kau?
55
Yuuzy Kembali
56
Sangat Menyebalkan
57
Sudah saatnya
58
Menyelamatkan nya kembali
59
Kembali Berlayar menuju laut kematian
60
Selalu Saja Salah
61
Menyusul Kembali, Milik ku Yang Berharga
62
Terhisap Dalam Malam
63
Ruang Hampa
64
Sebuah Harapan
65
Tertangkap Basah
66
Tidak akan gagal kali ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!