Aku masih berkumpul sambil makan di ruang tamu, berdiskusi untuk rencana kepidahan tugas ke surabaya. Aku melanjutkan bicaranya,
"Menurut ku ini keputusan yang terbaik mbak, kalau kerjaan yang dari rumah itu apa pasti nggak ada, kan itu perusahaan perdagangan, kerjaannya ya jualan barang. Kalau kerjaan administrasi pastinya harus ke kantor, aku kan untuk ke kantor susah nantinya." Jelas ku ke mbak Nina.
“Mbak Cuma kepikiran sama kamu aja Cit, kasihan kamu. Lagian kan sekarang belum pulih betul, malah kamu pergi, mba gak tega!” ucap mbak Nina sambil menahan sedih.
Tono dan Sri banyak diam, karena mereka juga tidak bisa bantu banyak untuk aku. Karena Tono yang hanya lulusan SMA dengan gaji kecil, untuk kebutuhan sehari-hari dan cicilan motor aja sudah mepet. Malah kadang keluarga Tono ikut makan masakan ibu, yang belanjanya dari uang yang diberi aku tiap bulannya.
Ibu kemudian menelpon bude Sarah, meminta pendapat mengenai kepindahan tugas kerja aku ke Surabaya. ponsel mbak Nina diambil dari dalam tas nya. Kemudian ibu mencari nama bude Sarah di ponsel mbak Nina, setelah terlihat nama bude Sarah, langsung di tekan call. Nada dering terdengar memanggil bude Sarah.
"Halo, Assalamualaikum." Suara bude Sarah terdengar lembut dari seberang telpon.
"Waalaikumsalam Sarah, ini ibu, lagi apa Sarah?" tanya ibu basa basi. Kemudian tanpa menunggu jawaban dari Sarah ibu melanjutkan bicaranya,
"Sarah, ini ibu lagi di rumah Citra. Alhamdulillah Citra sudah boleh pulang dari rumah sakit!"
Suara bude Sarah memotong kalimat ibu.
"Alhamdulillah Bu, sekarang keadaan Citra gimana Bu? sudah pake kaki palsu?" tanya bu Sarah.
"Ya belum Sarah, masih pake tongkat, kaki palsu Minggu depan baru jadi katanya, ibu telpon kamu mau minta pendapat!" sekali lagi belum selesai ibu menyelesaikan kalimatnya, bude Sarah memotong pembicaraan.
"Pendapat apa Bu?'
"Minggu depan Sarah ditugaskan pindah kerja ke Surabaya, rencana perusahaan tempat Sarah kerja mau buka cabang di Surabaya. Sarah dan Pasha yang akan memimpin sebagai kepala cabang disana!" ucap ibu menjelaskan.
"Lha Citra kan lagi repot Bu saat ini, dengan kondisi begitu siapa yang akan bantu Citra disana, Tuti nggak mungkin sendiri mengerjakan semua kebutuhan Citra, aku kurang setuju Bu!"
"Ibu juga sudah bilang gitu ke Citra, tapi menurut Citra itu yang terbaik. Karena untuk posisi kerjaan di Jakarta gak ada. Daripada Citra gak bekerja, Citra memilih pindah ke Surabaya," suara kekhawatiran ibu takut ditinggal Citra.
"Coba ibu kasih nasehat Citra lagi bu, untuk mempertimbangkan baik buruknya, semoga Citra dapat kerjaan lagi di Jakarta jadi kan Arya masih bisa diurus Nina, terus Tuti fokus sama kerjaan rumah aja, itu saran aku Bu!" Kemudian bu Sarah melanjutkan kalimatnya,
"Atau besok aku ke rumah Citra ya sama Wawan, sekalian mau lihat keadaan Citra. Sementara gitu dulu ya Bu, ini aku lagi motong baju, lagi banyak jahitan yang harus selesai besok Bu!" ucap bude Sarah.
Ibu menutup telpon bude Sarah, dan meletakkan ponsel mbak Nina diatas meja televisi. Suasana menjadi hening dengan pikiran masing-masing. Aku juga tampak diam memikirkan banyak hal. Hanya terdengar suara drama di telivisi yang tidak ditonton. Arya terlihat tertidur pulas diatas karpet sambil memegang mainannya dengan bantal di kepalanya, seperti nya setelah selesai makan disuapi Tuti, Arya kekenyangan dan menjadi ngantuk.
Keheningan menyelimuti ruang tamu, kekhawatiran akan kepergian aku ke Surabaya menyelimuti pikiran masing-masing. Apa yang akan terjadi kedepannya untuk keluarga ku. Dalam keheningan dengan pikiran masing-masing, suara ponselku berbunyi.
drreeettt .... drreeettt
Kuambil ponsel, kulihat nama mas Pasha di layar ponsel. Aku segera mengangkatnya,
"AssIamualaikum mas, sibuk ya, dari tadi aku telpon tapi gak diangkat!" tanyaku langsung nyerocos.
"Iya Cit, meeting beberapa kali. Terus mas harus segera siapkan dokumen yang mau ditandatangani bos segera, jadi mas mau balas wa kamu juga gak sempat, maafin mas ya Cit!" ucap mas Pasha.
"Iya mas, gak papa kok aku ngerti."
"Meeting ini juga berkaitan dengan pekerjaan kita Cit!" baru aja mas Pasha ingin melanjutkan bicaranya, aku berkata,
"Iya mas, tadi aku terima email dari kantor, Siti yang kabari aku. Mengenai kantor baru di Surabaya!"
deg
Mas Pasha langsung terdiam, beberapa saat kemudian baru melanjutkan bicaranya,
"Laku rencana kamu gimana Cit. Saudara-saudara kamu, ibu, bapak dan yang lain pendapatnya apa?" tanya mas Pasha penasaran.
Mas Pasha khawatir orang tua dan semua saudara ku tidak menyetujui rencana dari kantor, ini yang membuat mas Pasha menjadi stres.
"Nanti aku yang kasih pengertian ke mereka semua mas, gak papa, kalau aku intinya setuju aja untuk ke Surabaya"
Mendengar kata-kata ku, mas Pasha merasa plong, berarti dia gak usah repot-repot untuk menjelaskan dan meminta pengertian dari keluarga ku. Mas Pasha pulang ke rumah dengan hati yang ringan, menyetir mobil menuju rumah dengan hati lapang. Sedari tadi mau berkabar dengan aku mengenai kepindahan ke Surabaya berat sekali. Makanya telepon dan wa sampai tidak dibalas karena bingungnya.
Mobil mas Pasha sudah didepan garasi. Tuti berlari keluar untuk membukakan pintu garasi, setelah dibuka mobil dilajukan masuk garasi. Tuti kemudian menutup pintu garasi.
"Ini kok banyak sandal, lagi ada siapa Tut?" tanya mas Pasha sambil melihat jejeran sandal di teras rumah.
"Embah uti, embah kong dan saudara-saudara ibu, pak!" sahut Tuti berjalan dibelakang mas Pasha.
Sebelum masuk mas Pasha berucap,
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," kompak semua yang ada di ruang tamu menjawab salam mas Pasha.
"Baru pulang kerja ya nak Pasha," bapak basa basi.
Kemudian mas Pasha mendekati bapak, memegangi tangan dan mencium punggung tangannya, kemudian melangkah mendekati ibu yang duduk di sofa sebelah bapak, dan mencium punggung tangan ibu. Mas Pasha meletakkan tas yang diselempangkan di bahunya di lantai pojok sebelah sofa, kemudian duduk dan mulai bicara,
"ibu, bapak, mungkin sudah denger kabar dari Citra, mengenai rencana kantor yang menempatkan kami di Surabaya. Ini dikarenakan agar kami tidak perlu bolak balik harus keluar kota terus, seperti biasa yang kita lakukan selama ini. Jadi kita ditempatkan di Surabaya untuk memonitor penjualan wilayah Jawa timur. Kantor melakukan ini karena melihat kondisi Citra yang sudah tidak mungkin memonitor penjualan wilayah Jawa tengah, dan saya juga gak perlu bolak balik ke jawa Timur dan bali. Jadi kalo saya ditempatkan di Jawa Timur cukup bolak balik ke rumah. Begitu pak, Bu rencana kantor."
lanjutnya.
"Tapi konsekuensinya, ibu, bapak dan saudara-saudara jadi jauh dengan Citra. Tapi saya berharap kalau ibu, bapak atau saudara-saudara Citra sering main ke Surabaya, pastinya kami seneng banget"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments