Aku masih di depan loby kalibata mall, menunggu mas Pasha. Ku lihat mobil mas Pasha melaju ke arah ku. Kita semua masuk ke mobil. Mas Pasha membantu memaukkan belanjaan ke dalam bagasi. Setelah semua beres, mas Pasha kembali masuk ke mobil dan duduk di belakang setir.
“Udah siap ya,” tanya mas Pasha,
“Bismillah, sudah mas.” Kata ku.
Mas Pasha segera melajukan kendaraan meninggalkan mall kalibata ke rumah ibu. Jarak mall kalibata dengan rumah tidak terlalu jauh. Melewati beberapa perumahan sudah sampai. Begitu sampai di rumah, terlihat bapak sudah duduk di teras rumah.
“Kasihan bapak pasti sudah kangen menunggku kedatangan kami” batin ku, melihat bapak sedang bengong di teras duduk di kursi roda sendirian.
"Kok lama banget ya, belanjanya apa aja sih" ucap bapak sambil mencari Arya.
"Arya, sini embah kangen,” ucap bapak, mendorong kursi rodanya, mendekati Arya langsung memeluk dan mencium nya.
"Embah Kong ini Arya beliin es krim" sambil menyodorkan es krim ke mulut Bapak.
Aku tertawa geli melihat kelakuan Arya.
"Embah Kong gak suka es krim, nanti gigi embah sakit lho," sambil berkata-kata bapak mundur menghindar dari es krim yang disodorkan Arya.
Ku lihat mas Pasha masuk langsung mencium punggung tangan bapak.
"Nak Pasha gimana? sehat-sehat kan?" tanya bapak sambil memangku Arya, dan mas Pasha mendorong kursi roda bapak masuk ke dalam.
Sri istri Tono terlihat baru keluar dari dapur, langsung menghampiri ku dan meraih tangan ku untuk bersalaman.
"Gimana mba Citra kabarnya? ini nanti Arya gede di jalan aja deh" ucap Sri, kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Makasih ya mba oleh-oleh nya. Banyak banget deh, ada susunya juga, wah Didik sama Nisa kesenangan nih" suara Sri sambil senyum bahagia melihat isi kresek yang sudah disiapkan ibu dan Diah tadi.
"Iya Sri sama-sama," ucap ku.
Kulihat Tono, mas Pasha dan bapak asyik ngobrol di ruang tamu. Arya masih duduk di pangkuan bapak, sambil memainkan kaca mata yang digunakan bapak ku.
Yuk mba Cit, nanti keburu sore, aku pulang ya?" ucap Diah.
"Ayuk, aku antar ke stasiun ya,” ucap ku, langsung melangkah ke arah mas Pasha kemudian berkata
"Mas yuk antar ibu sama Diah ke stasiun!" pinta ku.
"Pak, habis dari stasiun aku pulang ya, mau istirahat nih. Mas Pasha juga tadi dari kantor belum istirahat'!" kata ku.
Aku pamit ke bapak, dan ku cium punggung tangan bapak. Bapak mengusap kepala ku. Katanya,
"Ati-ati ya Cit, jaga kesehatan," suara bapak yang selalu membuat aku teduh.
"Pak, aku nanti nginep di rumah Sarah ya, besok pagi langsung ke Bekasi rumah Yani baru aku pulang!" ibu berkata-kata sambil melangkah ke tempat parkir mobil.
Semua oleh-oleh untuk Mba Sarah dan Yani sengaja tidak diturunkan dari mobil biar gak repot.
Tuti menggendong Arya naik ke mobil dan duduk di pangkuan nya. Ibu langsung masuk mobil lewat sisi pintu yang satunya dan duduk di jok penumpang di sebelah Tuti. Sementara Diah, Bondan dan Seno duduk di jok paling belakang.
Arya yang memegang mainannya bermain bersama Seno dan Bondan, katanya,
"Seno, ini bagus lihat deh mobil-mobilan ku!"
Arya memperlihatkan mobil-mobilan yang ada di tangan nya. Seno mendekati Arya kemudian bermain bersama. Bondan masih duduk anteng disebelah Diah. Bondan agak pendiam.
"Hore udah sampe stasiun, kita naik kereta juga kan ma?" tanya Arya.
"Nggak Arya, kita antar embah uti, Tante Diah sama Bondan dan Seno aja ya, kita naik keretanya besok-besok aja" sambil merayu Arya supaya tidak ngambek.
Aku mencium punggung tangan ibu sambil berkata,
"Ati-ati ya bu, nanti sampai stasiun langsung naik ojek aja gak usah naik angkot, biar gak kelamaan di jalan" suara ku pelan sambil membantu membawakan kresek oleh-oleh nya. Kemudia aku melanjutkan bicaranya,
"Diah salam ya untuk suami mu Gafur, terus jangan lupa titip oleh-oleh untuk bude Tati udah dibawa gak Di?" tanya ku sambil melihat kresek yang dibawa Diah.
"Itu, dibawa Bondan yang punya bude" jawab Diah sambil menunjuk kresek yang di bawa Bondan.
Bude Tati adalah kakak ipar ku dari almarhum Rahman yang sudah meninggal karena kelainan jantung satu tahun yang lalu.
Rumah Diah bersebelahan dengan bude Tati. Sejak kakak ku Rahman meninggal hingga kini Bude Tati tidak menikah lagi. Dia membesarkan dua anaknya dari gaji PNS nya.
"Itu keretanya udah datang Cit, ibu pergi dulu ya!" ibu memeluk ku dan aku langsung mencium punggung tangan ibu. Mas Pasha juga ikut mencium punggung tangan ibu. Kemudian Mas Pasha mengantar ibu masuk ke dalam kereta. Setelah ibu duduk mas Pasha pamit keluar kereta. Aku memperhatikan ibu, Diah, Bondan dan Seno yang mencari tempat duduk dari jendela kereta. Kulihat mas Pasha keluar kereta. Tuti tetap menggendong Arya menjaga supaya Arya aman digendongannya.
"Udah dapat duduk semua mas?" tanya ku ke mas Pasha yang melangkah mendekati ku.
"Iya, udah aman, semua sudah duduk. Bawaannya tadi di pegang semua." jawab mas Pasha masih mengamati kereta yang akan segera berangkat.
Ku lihat kereta mulai bergerak. Diah, Bondan dan Seno melambaikan tangan nya, kita semua ikut melambaikan satu tangan hingga kereta melaju cepat meninggalkan stasiun.
"Yuk, sekarang kita pulang ya" mas Pasha berkata sambil menggandeng tangan ku.
Tuti berjalan di depan ku sambil menggendong Arya.
"Yuk mas, aku mau istirahat juga nih, dari tadi sudah ngantuk." Suara berat ku, menahan lelah ingin segera istirahat.
“Arya mau ikut mama atau mbak," tanya ku ke Arya, saat aku menaiki mobil.
"Ama mbak Tutik aja, mau main mobil-mobilan disini ma," suara Arya yang masih sibuk dengan mainannya.
Mobil bergerak menuju rumah kontrakan ku. Dengan cepat sudah tiba di depan rumah. Tuti turun untuk membuka gerbang. Arya aku gendong khawatir mendadak membuka pintu mobil. Mas Pasha memasukkan mobil ke garasi. Aku menurunkan Arya dari mobil kemudian aku juga langsung turun.
"Mas, mau kopi nggak biar aku buatin?" tanyaku.
"Iya Cit, mas dari tadi udah pengen ngopi nih, capek banget rasanya badan ini."
"Tut, gerbang langsung di kunci ya, itu belanjaan turunin!" perintah ku ke Tuti.
"Baik bu," Tuti menjawab sambil berlari ke arah mobil dan membuka pintu bagasi mobil untuk mengambil belanjaan yang ada di mobil.
Aku melangkah cepat ke dapur membuatkan kopi hitam panas kesukaan mas Pasha.
"Ini mas kopinya!" sambil menyodorkan kopi ke depan meja mas Pasha.
Mas Pasha langsung menyeruput kopi panas ku sedikit.
"Hmmm nikmat, seger nih badan rasanya,"
Aku menyandarkan kepalaku di bahu mas Pasha dengan manja. Rasa rindu dan kangen terpisah karena pekerjaan.
"Eh Arya mana? tanya mas Pasha karena gak terdengar suara Arya sedari tadi.
Sebelum menjawab aku menunjuk peti mainan, kataku "tuh masuk ke peti mainan, mainannya ditumpahkan semua!"
"hahaha, mas Pasha tertawa ngakak melihat kelakuan Arya.
Kata ku lagi "udah biarin aja nanti dia capek kan ngantuk, habis gitu tinggal di beresin Tuti semua mainannya." Jelasku.
"Iya, itu Tuti capek mungkin biar dia istirahat dulu" jawab mas Pasha.
Sedari tadi setelah Tuti menyimpan belanjaan yang diambil dari mobil dibawa ke dapur, Tuti tidak keluar dari kamar nya.
"Tuh kan bener mas, tidur tuh anak di peti!"
Mas Pasha mengangkat dan menggendong Arya menidurkan di kamar tempat tidur Arya. Aku segera memangil Tuti.
"Tut, ini diberesin ya mainan Arya, ibu sama bapak mau istirahat,” pinta ku. Sebelum Tuti menjawab aku langsung berkata
"Makanan semua dimasukin kulkas aja ya?"
Sambil berlari ke ruang tamu Tuti menjawab,
"Baik bu."
Aku masuk ke kamar dibelakang ku mas Pasha memeluk ku dari belakang. Sudah tidak sabar menahan rasa rindu untuk melepas kangen.
"Sabar mas!" kata ku, kemudian tangan ku meraba mencari saklar lampu untuk mematikan lampu kamar. Kemudian kita berdua melepas kangen, hingga terlelap tidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments
Aryoseto
memang selalu.bikin.bahagia ya kalau bersama keiuarga
2022-10-07
0