Aku membuka lemari, memilih pakaian yang cocok untuk ke kantor. Melirik baju kuning lengan panjang.
"kemeja kuning dengan celana panjang hitam sangat pas untuk ku," batin ku.
Aku termasuk jarang menggunakan rok. Lebih sering bercelana panjang untuk ke kantor dan meeting-meeting, kecuali jika ada acara resmi yang menuntut aku untuk menggunakan rok atau kain.
Setelah selesai ber make up tipis-tipis, aku ke ruang kerja mas Pasha untuk berpamitan. Aku memeluk mas Pasha dari belakang, yang sedang duduk di kursi depan meja kerjanya. Kemudian kataku,
"Mas, aku kantor dulu ya, ketemu Bu Hera, sebentar!" ucap ku.
Mencium bau wangi sabun tubuhku, mas Pasha menyentuh kulit ku yang halus dan terasa dingin. Kemudian memeluk ku erat-erat, sambil berbisik
"Jadi kangen lagi ya" ucap nya sambil tersenyum mencium kening ku.
"hus aku nanti gak beres nih sama kerjaan, nanti malam lagi aja ya?" bujuk ku manja, sambil mencium ke dua pipi mas Pasha.
Ku tinggalkan mas Pasha sendiri di ruang kerja, aku keluar mencari Tuti dan Arya. Bola mataku berputar-putar mencari keberadaan Arya dan Tuti, tidak menemukan siapapun. Kemudian aku setengah berteriak memanggil Tuti.
"Tuti, kamu udah siap?" kata ku setengah berteriak, sambil melangkah menuju teras mencari Tuti.
"Sudah Bu, saya disini sama Arya!"
Ku dengar suar Tuti dari ruang teras rumah, sedang menemani Arya bermain mobil-mobilan kesukaan nya.
Aku memijit ponsel mencari kontak taksi langganan ku, aku call. Nada dering memanggil terdengar, aku tekan mode speaker.
Setelah terdengar suara dari seberang telpon kemudian aku berkata,
"pak, saya pesan taksi ya, di jalan mawar no 2," kataku.
Setelah mendengar jawaban dari pusat layanan taksi, siap menjemput kami. Aku tutup telpon.
Tidak begitu lama, sopir taksi yang akan menjemput menelpon ku memberi info kalo dia sudah dekat dari rumah untuk segera bersiap-siap. Setelah pembicaraan dengan sopir taksi selesai, aku bergegas menghampiri Tuti dan Arya di teras.
"Tut, semua bawaan sudah siapkan? sebentar lagi taksi datang!"
Tuti mengangguk kan kepalanya, kemudian aku berteriak memanggil mas Pasha.
"Mas, aku pamit nya, taksi ku udah dekat nih!"
Ku dengar langkah mas Pasha mendekati ku.
"Hati-hati ya, kalo udah beres cepet pulang aja. Mas harus beres nih hari ini laporan nya!" ucap mas Pasha.
Setelah berucap, mas Pasha memeluk ku. Kemudian mencium kening ku, setelah itu mendekati Arya sambil berkata,
"Arya, sini pelukan dulu," ucap mas Pasha, sambil berjongkok merentangkan kedua tangan nya. Arya berlari-lari kecil langsung masuk ke pelukan tangan mas Pasha. Kemudian mas Pasha mencium pipi Arya yang menggemaskan itu.
Arya menarik tangan mas Pasha, kemudian mencium punggung tangannya.
"Alhamdulillah, anak Arya pinter ya, sungguh sopan. Walau aktif dan pecicilan tapi tahu tata Krama. Aku mengagumi sikap Arya yang baik" gumam ku sendoroan.
Ku lihat taksi melaju mendekati rumah ku.
"Itu taksi kita Tut, kamu gendong Arya ya. Aku bawain tas nya bekal Arya!"
Tuti menggendong Arya kemudian aku menghampiri mas Pasha langsung aku genggam tangannya erat-erat, mas Pasha kembali menggenggam tanganku lebih erat, membuat tubuhku semakin hangat seakan memberi energi ke tubuh ku.
Ku lepas genggaman tangan nya kemudian aku masuk ke dalam mobil. Ku buka jendela pintu taksi, melambaikan satu tangan ke mas Pasha. Begitu pula mas Pasha melambaikan satu tangan untuk aku dan Arya, dan memberi sun jauh, dengan mengangkat dua jarinya dan menempelkan di bibirnya. Taksi meninggalkan mas Pasha yang masih berdiri di depan pagar rumah. Ku turunkan tangan setelah mas Pasha menghilang dari pandangan.
"Selamat pagi Bu, mau ke jalan Kartini sawah besar ya?" terdengar suara sopir yang ramah.
"Iya pak," ku jawab sambil mengecek semua berkas agar tidak ada yang ketinggalan.
"Alhamdulillah, lengkap semua!" bathin ku.
Aku duduk sebelah Arya, Arya masih asyik bermain mobil balap mungilnya, sementara Tuti duduk di sebelah Arya, memperhatikan Arya. Takut Arya menganggu aku yang sedang mengecek berkas-berkas pekerjaan nya.
"Ke jalan Kartini, mangga besar ya Bu?" tanya pengemudi taksi kepadaku.
"Iya pak, sahut ku."
Pengemudi taksi melakukan mobilnya kemudian bertanya lagi
"Lewat tol Bu?" tanya nya meminta persetujuan.
Sebelum ku jawab, kuambil dompet di dalam tas ku, ku tarik kartu e-tol yang terselip di dompet, ku serahkan ke pengemudi
"Iya pak, lewat tol. Ini ya pak kartu e-tol nya." Ucap ku sambil menyerahkan kartu e-tol.
Kartu e-tol diambil sopir taksi kemudian menempelkan di pintu masuk tol, terlihat pintu penghalang terangkat, kemudian taksi melewati pintu tol dan melaju kenjang meinggalkan gerbang tol menuju kantor ku.
"ini Bu kartunya!"
Ku ambil kartu e-tol.dari tangan sopir kemudian kumasukkan ke dalam dompet ku lagi. Ku lihat mobil melaju kencang, kebetulan jalanan masih tidak begitu padat.
Aku lanjut kan ber wa dengan beberapa teman kantor ku, menanyakan apakah Bu Hera sudah datang ke kantor atau belum. Siti sekretaris Bu Hera membalas wa ku, mengatakan kalau Bu Hera sudah ada di ruangan nya. Kusadari mobil taksi yang ku tumpangi melaju dengan tidak wajar, melirik wajah sopir dari balik spion, kemudian kata ku,
"Ada apa pak, kok bawa mobilnya belok belok gitu?" ucap ku, sambil memperhatikan mata sopir dari balik kaca spion.
"tapi tidak ngantuk biasa aja" batin ku.
"Gak apa-apa Bu?" jawab si sopir.
Tapi aku masih curiga ada sesuatu yang disembunyikan dari si sopir taksinya. Kenapa mobil berjalan kencang dan tidak stabil, padahal di depan juga tidak ada banyak kendaraan untuk pagi ini. Wajah pengemudi taksi mulai tegang.
Arya mulai gelisah dan agak rewel. Kemudian aku menenangkan Arya agar bisa tenang sambil memegangi Arya dengan kencang begitu juga Tuti, memegangi Arya sambil meringis ketakutan.
Aku berteriak minta agar sopir memperlambat laju mobil. Aku terus berteriak setelah itu terdengar,
Gubrak!!!
Suara keras mobil membentur pembatas sisi jalan.
"Allahuakbar" teriak ku.
Aku berteriak kesakitan kudengar Arya menangis keras dan Tuti meraung kaget. Dibelakang terdengar suara mobil mengerem mendadak. Ku lihat sopir taksi berusaha keluar dari mobil. Beberapa pengemudi mobil di tol berhenti untuk menolong ku. Dibukanya pintu mobil sopir yang sudah berada di atas karena mobil terbalik. Sopir berusaha keluar dari mobil. Kemudian ku lihat penolong membuka pintu jok belakang tepat Tuti yang berada di belakang jok sopir. Penolong berusaha menarik Tuti keluar dari mobil. Tuti berhasil keluar. Setelah itu penolong menarik tangan Arya dan menggendong untuk keluar dari mobil. Arya yang masih menangis histeris langsung di gendong Tuti.
Saat aku ingin berusaha bergerak, terasa Jantung ku berdetak kencang, serasa ada yang menghimpit sebagian tubuhku dan darah yang mengalir deras dari sisi kaki ku. Orang-orang yang akan menolong ku melepas kan tangan ku. Salah satu penolong berkata
"Gak bisa, ibu ini sepertinya terjepit pintu," ucap penolong itu.
"Sebaiknya kita balikan dulu mobilnya biar kita bisa lihat terjepit dimana nya," ucap penolong yang lain.
"Bu, pegangan handle mobil ya, kita mau balikan mobil nya dulu!" ucap penolong yang lain lagi.
Suara para penolong masih kudengar dengan jelas. Ku ikuti semua perintah dari penolong. Detak jantung ku makin berdetak keras, darah mengalir keluar dari kaki ku sangat kurasakan. Setelah itu terdengar,
Brukkkk!!!
Mobil sudah kembali diposisi semula, empat ban mobil sudah menginjak tanah. Kaki ku terasa makin sakit. Aku berteriak kesakitan.
Saat para penolong mendobrak paksa pintu samping ku. Baru kusadari ternyata pintu mobil menjepit kaki kiri ku. Aku berfikir sesaat, sebelum mobil terbalik dan menabrak pembatas jalan, pintu mobil sempat terbuka, kemudian satu kaki ku jatuh keluar, dengan cepat mobil terbalik dan menabrak bahu jalan.
Orang-orang berusaha mengangkat aku keluar dari mobil setelah pintu dipaksa dibuka. Tidak lama suara sirine ambulance terdengar.
"Alhamdulillah, aku, Arya dan Tuti segera dapat pertolongan" batin ku.
Aku diangkat ke tandu dan dimasukkan ke dalam ambulance di belakang, terlihat Tuti yang masih menggendong Arya ikut naik dan duduk di sebelah ku menyusul sopir taksi duduk di samping Tuti. Arya masih menangis sejadi-jadinya ketakutan melihat darah yang mengucur dari tubuh ku. Tuti kulihat kesakitan memegangi lengan kirinya. Ambulance melaju cepat membawa kami ke RSCM rumah sakit terdekat, itu pun kutahu setelah aku bertanya ke salah satu petugas ambulance nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments
Aryoseto
ya Allah kasihan. banget citra
2022-10-07
0