Totok teman mas Pasha sudah bangun, duduk di atas tikar. Melihat mas Felix masih tertidur pulas, katanya,
"Ini Felix malah masih ngorok, bangun Lix lantainya mau dibersihkan nih!" seru mas Toto sambil menggoyang-goyang kan tubuh mas Felix.
Mas Toto dan mas Felix adalah sahabat mas Pasha di Bogor, saat kuliah. Dulu waktu kuliah sama-sama satu kamar. Setelah menikah mas Toto pindah ke Bandung ikut tugas istrinya mbak Dhanty, sementara mas Felix tetap di Jakarta rumah orangtuanya. Tadi malam mbak Sita, istrinya mas Felix juga datang, tapi mbak Sita harus pulang untuk mengurus anak-anaknya sekolah pagi hari. Jadi mbak Sita pulang lebih dulu, sementara mas Felix meningap di RS menemani mas Toto.
Mas Felix ikut terbangun, dan langsung duduk bersandar di bahu mas Toto,
"Ih sana ach emang aku laki-laki apaan!” ucap mas Toto, sambil menegakkan kepala mas Felix dari sandarannya
"Udah gak papa masih ngantuk nih" disandarkan lagi kepala mas Felix di bahu mas Toto, sambil dipegangi tubuh mas Toto.
Setiap ngumpul, mereka selalu begitu. Rame, ribut dan heboh. Walau umur udah tambah banyak, tapi kelakuan tidak berubah.
"Udah kalian semua mandi, atau pindah ke kursi nanti petugas kebersihan pasti mau bersih-bersih lantai tuh," ucap mas Pasha, sambil memberikan nasi uduk yang masih tersisa dua di atas meja. Kemudian melanjutkan kalimatnya,
"Ini kalian sarapan ya, ada teh hangat nya juga."
Dua bungkus nasi uduk dan dua gelas teh hangat langsung diambi masl Toto, dan yang satu bungkus langsung diberikan ke mas Felix.
"Makasih Rey, kebetulan nih aku udah laper!" ucap mas Toto.
Mas Toto langsung membuka nasi bungkus dan menyantapnya.
Sementara mas Felix yang masih terlihat ngantuk, mencium ada bau sedap nasi uduk yang dipegangnya, langsung terbuka matanya. Katanya,
"Wah pagi-pagi udah ada sarapan, asyik deh.” Ucap mas Felix yang langsung menyantap nasi uduknya.
“Hei Felix pelan-pelan makannya, ntar keselek lho!" ucap Mas Pasha.
Mbak Nina, berbisik ke Tuti yang sedang meminum kan susu Arya.
"Tut, kamu ke kantin lagi sana. Beli nasi uduk sama teh panasnya. Itu yang dikasih Rey untuk temannya punya kita berdua" suara pelan mbak Nina berbisik ke Tuti.
Mbak Nina langsung memberikan uang lima puluh ribuan ke Tuti, kemudian Mbak Nina menggantikan Tuti memegangi gelas susu Arya dan menjaga Arya. Tuti bergegas melangkah keluar kamar menuju kantin.
"Aku udah mbak makan nya, udah kenyang," sahut ku, kemudian aku meminta mbak Nina konsentrasi menjaga Arya.
Mas Pasha sibuk dengan ponselnya, sepertinya sedang membalas pesan yang dia terima. Tidak lama ponsel nya berdering, mas Pasha mengangkatnya.
"Iya, udah dimana sekarang Bu?"
tidak kudengar suara dari seberang telepon, kemudian mas Pasha melanjutkan bicaranya.
"Iya Bu, aku jemput ya?"
Kemudian mas Pasha yang duduk di bangku sebelah ranjang ku berkata,
"Cit, mas jemput ibu dulu ya, udah sampai stasiun Senen katanya!"
Ternyata dari tadi malam mas Pasha sibuk ber WA dengan keluarga malang, ibu mertua ku.
Aku mengangguk, sambil berkata "Iya mas, hati-hati ya!"
Mas Pasha mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja kemudian berkata,
"To, Felix, aku jemput ibu dulu ya, sudah tiba di stasiun Senen. Kalian tunggu disini dulu ya biar sekalian ketemu ibu ku. Kan udah lama gak ketemu" pinta mas Pasha .
"Apa aku iku jemput juga dengan mobil ku, kalau yang datang banyak Rey?" sahut mas Toto
"Gak usah, cukup kok satu mobil aku" ucap mas Pasha, langsung melangkah keluar kamar menuju tempat parkir. Diikuti Toto dan Felix dibelakang Mas Pasha, katanya,
"Cit, aku temani Pasha ke tempat parkir dulu ya," ucap mas Felix sambil mengelus-elus selimut yang menyelimuti kaki aku.
"Iya mas Felix, makasih ya!" kataku sambil tersenyum.
Sesaat mas Pasha keluar kamar, Tuti juga masuk kamar. Sambil membawa dua bungkus nasi uduk dan dua gelas teh manis panas.
"Masih ada ya Tut, nasi uduk nya?"
"Masih mbak," jawab Tuti.
"Kamu langsung makan aja ya Tut, Arya biar mbak siapin juga nih!"
Mbak Nina, langsung ambil sebungkus nasi uduk jatahnya, kemudian diletakkannya di atas piring dan langsung menyuapi Arya.
"Arya, makan yang banyak ya, nanti ada embah malang. Arya bisa main sama embah kalo sudah kenyang!" bujuk mbak Nina ke Arya.
Tuti duduk di dipan tempat tidurnya, sambil makan. Mbak Nina masih menyuapi Arya duduk di dipan sebelah Tuti. Tiba-tiba pintu kamar terbuka,
"Selamat pagi Bu Citra" suara dokter Tavip beserta dua perawat mendampingi sambil membawa map plastik berisi catatan medis ku masuk ke ruangan ku dan berdiri di sebelah ku.
"Pagi dok, wah udah rapih aja nih pak dokter Tavip" jawab ku sambil tersenyum.
"Saya selalu senang kalau ketemu Bu Citra, terlihat selalu happy, apa sih Bu rahasianya?" tanya pak dokter membulatkan matanya, seolah enggan melepaskan pandangan dari wajah ku.
Mata bulat pak dokter terus melihat seluruh tubuh ku, dari atas hingga ke kaki. Setelah itu menatap tajam ke wajah ku, laku berkata
"Bu Citra sekarang apa yang dirasakan?" suara tegas dan penasaran dokter Tavip, dengan bola mata tetap memandangi wajah ku.
"Nggak ada Dok. saya mau tanya, setelah ini apa yang harus saya lakukan. Saya ingin segera bisa berjalan dok?' tanya ku
Dokter Tavip tersenyum makin lebar, kemudian makin mendekati ku, agak menunduk sambil memegang tangan ku berkata,
"Ini yang saya salut sama Bu Citra, semangat nya sangat luar biasa. Nanti ibu dipandu sama para suster untuk latihan berjalan dan ada dokter terapi yang segera akan mengunjungi Bu Citra!" jawab dokter Tavip. Kemudian melanjutkan bicaranya,
“Tapi bu Citra, harus yakinkan dulu setelah tidak ada keluhan disekitar jahitan di kaki yang diamputasi itu, nah supaya jahitan lekas kering ibu harus konsumsi makan yang baik" terang dokter Tavp.
Suster mengukur tensi ku, kemudian memasukkan ke dalam catatan medis. Sementara suster yang satunya meletakkan obat yang harus aku minum. Sambil berkata,
"Bu Citra, nanti kalo sudah makan tolong ini diminum ya?' pintanya sambil menunjukkan beberapa butir obat yang sudah disiapkan di mangkuk kecil.
"Baik sus, terimakasih." Ucap ku sambil menganggukkan kepala ku.
Sebelum berkata dokter Tavip mengambil kartu nama dari dalam dompetnya "Ini kartu nama saya Bu, kalau ibu ada butuh yang ingin dibahas, ibu bisa langsung telpon ke ponsel saya. untuk Bu Citra 24 jam saya senang kok dengar suara Bu Citra"
"Terima kasih pak dokter, saya sangat senang sekali punya seorang dokter untuk bertukar pikiran kedepannya!" jawab ku sambil tersenyum langsung mengambil Kartu nama dari tangan pak Tavip, kemudian meminta mbak Nina untuk memasukkan ke dompet ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments
Aryoseto
setiap cobaan pasti ada hikmahnya. itu semua untuk menguatkan kamu ya cit
2022-10-07
0
Maulana ya_Rohman
mertua akan datang dan cobaan yang sebenernya segera di mualai😊
2022-09-06
1