Dokter Tavip masih terus memandangi ku, walau jika aku tanya tetap jawabannya selalu tidak ada apa-apa. Mungkin wajah ku mirip dengan saudaranya, atau masa lalu nya. Aku juga tidak tahu. Yang ku ingat adalah ucapan dokter Tavip saat itu, kalau aku sudah boleh pulang, karena kondisi aku yang sudah mulai membaik. Untuk meyakinkan kalimat dokter Tavip, kembali aku bertanya,
"Jadi saya sudah boleh pulang ya dok?" suara ku kegirangan karena sudah kangen dengan rumah. Kulihat Mbak Nina juga ikut senang mendengar kabar itu. Sampai ikut berdiri disebelah dokter Tavip.
"Iya, sudah boleh, tapi Bu Citra jangan sungkan-sungkan untuk bercerita apa saja ke saya ya, kan sudah saya bilang, saya siap mendengarkan curhatan Bu Citra 24 jam!" ucap pak dokter, sambil tersenyum.
Aku mengangguk. Sebelum berkata pak dokter sudah melanjutkan bicaranya,
"Sekarang saya ke pasien yang lain ya? ditunggu lho telponnya Jangan nggak telepon ya, saya bisa kangen dengar suara Bu Citra kalau sudah gak ada di rumah sakit lagi nih," Pak dokter Tavip berkata sambil mengusap tangan ku dan berlalu meninggalkan ruangan perawatan ini.
Mbak Nina langsung mengambil ponselnya dan mengabarkan berita gembira ini ke ibu di rumah. Nomor rumah dicarinya dari layar ponsel, setelah terlihat segera dipijit call. Suara dering memanggil terdengar, setelah telpon terangkat mbak Nina langsung bicara,
"Halo, Assalamualaikum," suara mbak Nina tidak sabaran ingin bercerita.
"Waalaikumsalam mbak Nina, apa kabarnya mbak Citra?" suara Sri dari seberang telepon terdengar antusias ingin mengetahui perkembangan aku.
"Baik Sri, tapi aku mau bicara sama ibu, ada nggak Sri, ibu!” pinta mbak Nina.
"Ada, sebentar ya mbak" Sri bergegas memanggil ibu yang sedang belanja sayuran di warung Bu Ratih depan rumahnya.
"Bu, ada telepon dari mbak Nina," ucap Sri.
Mendengar Sri menyebut nama Nina, ibu langsung berlari masuk dan segera mengangkat telepon.
"Iya Nin, gimana keadaan Citra?" tanya ibu buru-buru.
"Bu, aku ada kabar baik, tadi pas kunjungan dokter, katanya dokter Tavip, hari ini Citra sudah boleh pulang, Nanti kita ketemu di rumah Citra ya Bu? suara gembira mbak Nina terdengar jelas.
"Alhamdulillah, beneran Nin!" tanya ibu setengah tidak percaya. Termasuk cepet ya Nin penyembuhan Citra nya. Terus kondisi Citra gimana sekarang, sudah gak ada keluhan sakit kan kakinya?" ibu semakin penasaran tentang keadaan ku.
Sejak pertama ibu menjenguk ku dan pingsan, ibu tidak disarankan untuk menengok aku lagi ke rumah sakit. Takut kondisi ibu yang lemah malah bikin repot banyak orang, begitu pula bapak, hanya selalu meminta kabar dari mbak Nina untuk mengetahui kondisi ku.
Bapak, sudah setahun duduk di kursi roda karena kena struk, sudah berobat dan sudah mulai bisa jalan seperti biasa. Pagi-pagi saat ingin ke kamar mandi berwudu, bapak terpeleset dan jatuh, setelah dibawa ke rumah sakit bawa kena struk kedua, tapi Alhamdulillah tidak berat, tangan masih bisa digerakkan hanya kaki kanan bapak ada retak karena kena benturan dari lantai akibat terjatuh. Sejak saat itu bapak jadi trauma kalau mau latihan jalan lagi. Katanya kaki yang retaknya sakit untuk berjalan. Sejak saat itu bapak menggunakan kursi roda untuk aktivitas berjalan. Lamunan ku terjaga ketika mbak Nina bicara, katnya,
"Bu, jangan lupa ya masakin kesukaan Citra, biar nanti di rumah dia senang, pasti Citra udah kangen sama masakan ibu!" ucap mbak Nina.
"Ya, sekarang ibu mau lanjut belanja di warung Bu Ratih ya, siap-siap masak untuk Citra pulang," ucap ibu.
"Ya udah ya Bu, aku juga mau kasih kabar ke mas Yusrizal nih. Supaya nanti dia pulang kerjanya ke rumah Citra aja, jangan lupa masak yang banyak ya Bu. Pinjam uang sama Sri aja dulu kalau uang ibu kurang, nanti pulang biar aku ganti. Ini aku diminta Citra ke ATM untuk ambil uang persiapan pulang," terang mbak Nina.
Tanpa menunggu jawaban dari ibu, telpon langsung ditutup mbak Nina. Kemudian Mbak Nina sibuk mencari nama mas Yusrizal di daftar ponsel nya. Setelah terlihat, buru-buru dipijit call untuk segera menghubungi mas Yusrizal. Kemudian mbak Nina mengaktifkan mode speaker, agar aku bisa ikut mendengarkan pembicaraan mbak Nina dengan mas Yusrizal.
Terdengar suara nada dering memanggil dari ponselnya, kemudian suara mas Yusrizal mengangkat teleponnya.
"Halo istriku tersayang, apa kabar? baru aja mas mau telpon kamu!" suara becanda mas Yusrizal menggoda mba Nina.
"Mesti deh cengengesan, tadi pagi Pak Ojat, tetangga depan sudah anterin sarapan kan?" suara mbak Nina yang perhatian dengan mas Yusrizal, takut sarapan suaminya tidak terurus. Jadi pesan makan dengan tetangga depan rumah bu Ojat, dan minta diantar sekalian setiap pagi.
"Udah sayang, tenang aja, mas baik-baik aja kok, ini kamu gimana sekarang, makannya juga dijaga ya? terus Citra gimana kondisi nya sekarang?" pertanyaan mas Yusrizal bertubi-tubi, sampai mbak Nina bingung mau jawab yang mana.
Sambil tersenyum mbak Nina menjawab "Aku juga Alhamdulillah baik-baik mas, ini lagi nemenin Arya main mobil-mobilan. Mas aku mau kasih kabar, hari ini Citra udah boleh pulang, nanti mas pulang kerja ke rumah Citra ya."
"Alhamdulillah...," suara lega dan rasa syukur mas Yusrizal kegirangan mendengar kabar baik ini. Kemudian lanjutnya,
"Siap bos, nanti mas pulang langsung ke rumah Citra ya!".
Setelah berpesan ke mbak Nina untuk hati-hati, mas Yusrizal pamitan untuk melanjutkan pekerjaannya.
Mbak Nina dan Tuti sibuk mengemas semua baju-baju dan perkakas yang ada di ruangannya. Bersamaan dengan itu seorang perawat kaki-laki masuk menyapa,
"Pagi Bu Citra"
"Pagi pak Reno, kok sendiri pak?" tanyaku.
"Itu dokter Haris masih diruang sebelah. Pasien sebelah sudah sebulan tuh Bu, tapi blom bisa jalan, masih nangis aja banyak keluhan. Beda sama Ibu Citra, mau gerak badannya jadi cepet sembuh!" suara semangat Pak Reno sambil memegang kaki ku yang puntung. Kemudian Pak Reno melanjutkan kalimatnya nya,
"Kita latihan lagi yuk Bu!"
Tanpa menjawab aku langsung duduk di tepi ranjang, kedua kaki aku turunkan. Kemudian pak Reno menahan kaki ku yang puntung dan aku mengangkat sekuat tenaga agar Pak Reno mengukur kekuatan kaki ku yang puntung itu. Kemudian katanya,
"Lakukan masing-masing seperti biasa ya Bu 10 kali!" pinta Pak Reno
Tapi seperti biasa setiap Pak Reno meminta 10 kali, pasti yang aku lakukan 19 kali atau bahkan dua kali lipat. Aku harus kuat dan harus cepet pulih. Mungkin itu yang bikin pak Reno semangat melatih aku. Saat aku berlatih dokter Haris masuk ke ruangan ku. Melihat aku sedang melakukan gerakan naik turun dengan satu kaki untuk mengatur keseimbangan, dokter Haris berkata,
"Wah ibu Citra kok udah lancar banget, kapan latihannya? kan baru dikasih kemaren materinya?" ucap dokter Haris.
mbak Nina ikut nimbrung, dan berkata,
"Setiap ada waktu kosong Citra latihan sendiri pak, nanti saya yang pegangin, awalnya sakit, tapi setelah kedua kali sudah gak katanya!” Terang mbak Nina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments
Aryoseto
pasti kamu kuat cit
2022-10-15
0