Kami masih berkumpul di ruang keluarga, sambil cerita ringan, dan membungkus oleh-oleh yang akan dibagikan untuk kakak dan adik ku. Sambil memasukkan bungkusan ke kresek ibu bertanya,
"Cit, nanti jam berapa kita ke supermarket?, Diah takut kesorean pulang ke rumah?."
"Sekarang nggak papa, aku telpon mas Pasha dulu ya?."
Aku mengambil ponsel di atas meja. Langsung aku cari kontak mas Pasha dan ku tekan call. Sebelum memulai pembicaraan aku menekan mode speaker.
"Assalamualaikum mas, ini lagi dimana?."
"Ini mas sudah dekat rumah, minta tolong Tuti bukain gerbang ya?" pinta mas Pasha.
"Oh iya mas, ya sudah ya. Disini ada ibu sama Diah mau ngajak ke supermarket, aku tutup telpon ya mas, mau panggil Tuti nih!"
Klik
Telpon ku tutup dan ku letakkan di atas meja. Kemudian aku setengah berteriak memanggil Tuti yang sedang istirahat di kamarnya.
"Tut, tolong bukain gerbang, bapak datang!" ucap ku setengah berteriak.
Tuti yang sedang dikamarnya, berlari ke luar. Sambil menyahut,
"Iya bu!'
Kulihat Tuti berlari melewati ku dan langsung keluar untuk membuka pintu gerbang.
Ibu dan Diah memasukkan bungkusan oleh-oleh yang sudah dibungkus satu persatu ke dalam kantung besar. Ku lihat Diah mengangkat telpon entah dari siapa.
"Iya, ini baru mau ke supermarket dulu, habis itu langsung pulang!" jawab Diah.
Kemudian Diah melanjutkan bicaranya "Iya, nanti ibu yang ke rumah bude antar oleh-olehnya dari Citra ya, aku langsung pulang!" kemudian Diah menutup telpon nya.
Aku hafal yang dimaksud bude oleh Diah itu pasti bude Sarah kakak ku yang di Lenteng. Mungkin tadi bude Sarah telpon ke rumah dan dijawab ibu lagi di rumah ku bersama Diah.
"Ibu nanti mau langsung ke rumah bude Sarah ya?" tanyaku.
Sebelum ibu menjawab aku langsung berkata "ibu sebaiknya nginep aja di rumah bude Sarah, ini kan udah sore. Nanti sampai rumah malam tuh kalau ibu paksa pulang hari ini, hati-hati ya bu!" suara ku khawatir ibu akan nekat pulang larut malam sendirian.
"Iya, aku nginep Cit, besok pagi baru ke rumah Yani di Bekasi! antar oleh-oleh nya.” Jawab ibu.
Aku lega ibu berkata seperti itu, karena kalo aku mengantar ibu ke rumah bude Sarah, kasihan mas Pasha kecapean. Belum istirahat, mana besok harus bikin laporan kerjaan di rumah. Aku pun sama harus bikin laporan untuk besok di kantor.
Setelah ku lihat mas Pasha sudah masuk rumah, kataku,
"Ayuk mas antar ibu beli susu dulu ke supermarket, sekalian kita beli susu Arya juga sudah mau habis dan kebutuhan dapur!' Aku bicara sambil melangkah ke garasi menggandeng Arya, kemudian membuka pintu mobil sebelah sopir menaikkan Arya masuk ke mobil dan menyusul aku masuk untuk memangku Arya.
Ku lihat Ibu dan Diah masuk mobil dan duduk di jok belakang aku. Tuti bersiap untuk mengunci pintu gerbang saat mas Pasha memundurkan mobil nya keluar garasi.
Kita belanja di supermarket langganan di mall kalibata. Ibu sedari tadi sudah ijin untuk membeli susu untuk Didik, Nisa anak-anak dari Tono adik laki-laki ku yang memiliki dua anak pas sepasang, Sri, istri Tono sehari-hari di rumah mengurus anak-anaknya. Tono masih tinggal serumah dengan ibu. Sekalian menemani ibu dan bapak di rumah.
Diah juga aku suruh beli sekalian kebutuhan rumah yang mulai habis, di saat aku di supermarket, ponsel ku berdering. Aku buka tas dan ku ambil pondel, dan langsung ku angkat.
"Halo iya..." tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Cit, lagi dimana? suara bude Sarah di seberang telpon.
"Ini di supermarket mall kalibata, bentar lagi aku antar ibu sama Diah ke stasiun ya bude!"
"Bude cuma pesen, jangan boros-boros ya Cit, nggak usah semua kamu beliin kan udah pada punya penghasilan masing-masing" suara bude yang terlalu khawatir aku membelanjakan untuk semua kebutuhan keluarga ku.
"Nggak papa bude, aku lagi ada Rizki kok?" sahut ku enteng.
Ibu yang berdiri di sebelahku langsung bertanya.
"Sarah ya Cit, pasti bilang gak boleh membelanjakan adik-adik ya. Biasa deh Sarah terlalu pelit sama adik-adik nya," ibu seperti nya tidak suka dengan bude Sarah yang mengajari ku untuk pelit.
Aku terdiam tidak mau membuat konflik lagi. Aku takut salah bicara. Akhirnya aku katakan.
"Nanti kalo ibu ke rumah bude, gak usah diceritain aja, kalo bude tanya bilang aja gak beli apa-apa cuma Arya tadi jajan!"
kata-kata ku berusaha netral, untuk cari aman. Karena ibu kalo sudah marah diam nya lumayan lama, bikin aku nggak nyaman.
"Iya, beres. Tapi gak suka deh sama Sarah. Udah lagi banyak order jahitan pelit banget. Waktu itu Madina anak nya Yani lagi sakit, aku nengokin bukannya titip kek untuk beli buah ini nggak. Akhirnya uang yang kamu transfer aku ambil untuk beli buah itu pun Sarah tadinya gak mau ambilkan ke atm alasannya lagi sibuk." Ucap ibu setengah jengkel sama bude Sarah. Kemudian melanjutkan bicaranya,
"Padahal aku tahu bukan sibuk, tapi gak boleh aja tuh uang ibu ambil untuk bawain oleh-oleh Yani," suara ibu yang agak kesal karena Sarah yang kurang peduli ke adik-adik nya.
"Ya udah, sabar aja bu, sayang ibu gak punya rekening sendiri sih ya. Biar aku bisa langsung transfer ke rekening ibu, trus kalau ibu butuh bisa langsung ke atm untuk ambil sendiri!" suara ku menenangkan ibu yang lagi jengkel. Kemudian lanjut ku,
"Ibu, belanjanya udah!"
Ku lihat Diah mendorong troly, berjalan di sebelah ibu. Kata ku,
"Diah, udah semua belum belanjanya, jangan ada yang lupa biar besok kamu bisa masak. Gafur, suami kamu kan nggak pernah kasih uang belanja tuh!" tanya ku ke Diah,
"Udah semua mba Citra" jawab nya, sambil mata Diah masih melihat-lihat semua yang di pajang di supermarket.
Aku segera panggil Tuti, kata ku.
"Tut, udah semua juga?"
"Udah bu," jawab Tuti sambil mendorong troly ke kasir.
Kasir menghitung semua belanjaan.
"Mbak nanti bungkus kreseknya dipisah ya dari dua troli ini," aku beri pengarahan ke kasir sambil menunjuk dua Troly nya.
Petugas kasir segera menjawab
"Baik bu," jawabnya, sambil memasukkan ke kresek belanjaan yang sudah dihitung.
Dengan cekatan petugas kasir memasukkan barang belanjaan troly milik Diah dalam satu kresek. Kresek langsung diambil Diah, Begitu pula yang dari troly Tuti langsung dimasukkan ke kresek tersendiri. Tuti juga langsung mengambil kresek belanjaan. Aku ambil kartu ATM debit ku. Aku bayar semua belanjaan.
Aku menghampiri mas Pasha yang lagi asyik duduk di meja makan food court yang berada di dalam supermarket itu, letaknya persis di seberang kasir bersama Arya sambil makan es krim.
"Ayuk mas, udah beres. Sekarang ke rumah ibu antar oleh-oleh sekalian nengokin bapak, habis itu antar Diah dan ibu ke stasiun. Diah mau pulang, ibu mau kerumahnya bude Sarah," ucap ku, sambil melangkah ke luar mall.
"Ok, aku ke tempat parkir ya, nanti kamu tunggu di loby aja," pinta mas Pasha, langsung ke luar menuju tempat parkir sementara Arya dinaikkan ke dalam troly sama Tuti biar aman. Ku lihat Arya senang duduk di dalam troly yang di dorong sama Tuti, sambil memainkan belanjaan yang ada di Troly. Aku biarkan yang penting Arya anteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 438 Episodes
Comments
Sunmei
2like hadir kak semangay mampir ya k
2023-02-07
1
Aryoseto
senang ya.bisa bersama kekuarga
2022-10-07
0