Suara Misterius

Suara misterius

Siang itu terasa sangat membosankan  bagi kedua remaja yang tak tahu, harus berbuat apa. Di tengah keterasingan dan di antara lebatnya hutan belantara yang menyimpan misteri menakutkan. Topan dan Arif memutuskan menempati sebuah gua yang mereka temukan di belahan timur pulau tersebut. 

Duukk...duuukk... duukkk

Topan terlihat sibut dengan aktifitasnya, sementara Arif rebahan beralaskan dedaunan yang sudah mulai mengering. Netranya mengamati setiap lekukan pada dinding gua. Kemudian dia arahkan pandangan pada kawannya yang berada di bibir gua.

     "Apa yang kamu lakukan, Pan?" tanya Arif penasaran. Diamati kawannya yang sedang menumbuk dedaunan di atas sebuah batu berbentuk ceper.

     "Aku sedang meracik ramuan mematikan" Jawab Topan santai. Tangannya memilh beberapa daun yang berada di sampingnya. Kemudian ia tambahkan beberapa biji - bijian dan getah dari pohon yang mengandung racun mematikan. Dengan cekatan, tangannya terus menumbuk dan mengulek hingga bahan - bahan itu menjadi halus.

     "Hati - hati, Pan. Bisa - bisa racun itu masuk ke tubuhmu" seru Arif khawatir. 

     "Tenang saja. Aku sudah membuat penangkalnya terlebih dahulu" jawab Topan. Diraihnya beberapa duri tajam yang ujungnya sudah dibaluri ramuan tadi. Lalu diarahkan sumpit yang  sudah diisi dengan duri ke atas sebuah pohon.

     BUUKKK... 

Tak lama kemudian seekor burung merpati jatuh di hadapannya. Sontak saja, Arif bangkit dan menangkap burung yang baru saja terjatuh.

     "Kita apakan  burung ini, Topan ?"

     "Biasa. Kita panggang !"  seru Topan dengan senyum lebar. Diraihnya dua buah batu, kemudian dibenturkan antara satu dengan yang lainnya hingga memercik api di antara daun- daun kering yang sudah dikumpulkan.

Setelah dua ekor burung merpati habis disantap, keduanya memutuskan menjelajah lebih jauh pulau tersebut. Walaupun pulau tersebut tidak terlalu besar, namun belum semua area mereka jelajahi.

Perlahan tapi pasti,  mereka terus menyusuri hutan belantara yang semakin lebat. Pohon - pohon besar berusia puluhan bahkan ratusan tahun telihat semakin rapat. Arif mendongakkan kepala ke atas. Matanya dibuat takjub saat menyaksikan sekumpulan monyet hutan tengan asyik bercengkerama. Ada juga yang bergelayutan dan berpindah dari satu akar gantung ke akar gantung lainnya. 

     "Ternyata kita tidak sendiri, Pan" ucap Arif sambil terus melangkah mengikuti kawannya. 

     "Iya, Rif. Pulau ini masih sangat alami. Satu - satunya bangunan yang kita tahu, ya bangunan besar itu" jawab Topan. Sementara itu, sekumpulan monyet hutan semakin berisik dengan suara khas mereka.   

     "Sayang sekali kita belum sempat menyelidiki bangunan itu, Rif" ucap Topan lagi. Kawannya hanya mengangguk pelan. Begitu asyiknya kedua remaja ini, hingga tak menyadari. Pemandangan yang tidak biasa di hadapan keduanya.

Di Depan mereka kini membentang tanah lapang yang sebesar ukuran lapangan sepak bola. Dataran yang cukup lebar tersebut  ditanami satu macam tanaman yang terlihat asing bagi mereka. Keduanya mendekat, memastikan tanaman yang ada di hadapan mereka. Betapa kaget keduanya saat memastikan apa yang mereka lihat.

     "Tanaman apa ini, Pan ?" tanya Arif keheranan. Sejauh mata memandang, hanya tanaman itu yang mereka lihat. Topan terkesima sejenak sebelum akhirnya buka suara.

     "Kalau tidak salah, ini yang dinamakan ganja."

     "Bukankah tanaman ini dilarang, Pan ?" tanya Arif lagi. Matanya dia arahkan ke segala arah. Memastikan tidak ada yang melihat mereka.

     "Iya benar, tanaman ini dilarang karena memiliki efek memabukkan"  jawab Topan. Mereka saling pandang, dan kemudian kembali melangkahkan kaki. Keduanya  masuk menerobos rapatnya tanaman ganja yang sudah memiliki ketinggian satu meter itu.

     "Siapa yang menanam ini, Pan ?"

     ""Aku tidak tahu, Rif. Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini."

     "Iya, Pan. Sepertinya ada yang mengawasi kita !" 

Bergegas keduanya berjalan dengan tergesa gesa. Sesekali mereka edarkan pandangan ke sekeliling untuk mengamati keadaan. Rasa cemas mulai merayap, menjalari seluruh tubuh keduanya. Langkah kaki yang tadi berjalan, kini sudah berlari. Tujuan mereka adalah sampai di ujung ladang ganja dan kembali masuk ke dalam hutan.

     Sementara itu, di tempat yang agak jauh di pinggir ladang ganja. Dua orang yang ditugaskan menjaga ladang tersebut asyik memainkan bidak - bidak catur. Dengan ekspresi tanpa beban, keduanya fokus mengalahkan kawannya.

     "Skak... !"  ucap pria berkaos hitam. Wajahnya tersenyum puas saat berhasil mengalahkan lawannya.

     "Apa kubilang. Pasti bisa kubalas, kau !" ucapnya lagi. Sementara lawannya hanya merengut, menyesali kekalahannya. Pria kurus ini kembali menata bidak - bidak catur yang berserakan.

     "Sekali lagi, ini penentuan. Siapa yang menang, berhak atas uang itu !" jawab pria kurus dengan topi rimba yang menutupi rambutnya yang jarang.

     "Baik. Siapa takut !" jawab kawannya. Keduanya duduk bersila di sebuah saung kecil di pinggir ladang ganja yang mereka jaga. Begitu asyiknya mereka saling mengalahkan, hingga tak menyadari ada penyusup yang masuk tanpa ijin. Di samping papan catur, ada beberapa lembar uang taruhan. Dua gelas kopi dan dua bungkus rokok ikut tersaji di situ.

Sementara itu, di kejauhan Topan dan Arif sedikit lagi mencapai ujung dari ladang ganja. Dengan wajah panik, keduanya terus berlari. Karena rasa takut yang teramat sangat, Keduanya tak menyadari ada jalan air yang cukup dalam di depan mereka.

     BRUUKKK... 

     "Aduuhh... !"

Keduanya terjatuh karena menginjak jalan air yang berbentuk parit kecil. Mereka mengaduh kesakitan dengan posisi saling menindih. Dari kejauhan pria berkaos hitam segera bangkit, diikuti kawannya.

     "Siapa di situ ?!" seru pria berkaos hitam dengan lantang. Perlahan keduanya melangkah, mendekati asal suara yang belum lama ia dengar.

     "Kau ambilkan senapanku !" perintah pria berkaos hitam kepada kawannya. 

     "Sepertinya ada penyusup masuk ke ladang kita" ucapnya lagi. Sementara itu, Topan dan Arif semakin panik. Keduanya bangkit hendak berlari, namun sial. Pria berkaos hitam justru melihat mereka dan tanpa ampun melepaskan tembakan.

     Doorrr.... doorrr...

Dua kali suara tembakan dari senapan laras panjang menyalak. Namun kedua timah panas itu, hanya melesat beberapa senti dari sasarannya. Secepat kilat Topan menunduk. Ditariknya Arif yang kebingungan agar mengikutinya. Keduanya berjalan jongkok menuju rimbunnya pepohonan hutan. Topan dan Arif berharap rapatnya tanaman ganja mampu menyembunyikan keberadaan mereka.

     "Jalan terus, Rif. Mereka mengejar kita!" seru Topan yang menyadari kawannya tertinggal  jauh.  Dia berhenti sejenak, menunggu kawannya yang terlihat kelelahan. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. Raut muka panik sangat jelas terlihat. Dengan posisi berjongkok Arif terus memaksakan langkahnya, walau berat.

     "Tunggu aku, Topan !" serunya dengan putus asa. Keduanya masih dalam posisi  berjongkok sambil berjalan. Sementara kedua penjaga ladang ganja semakin mendekat.

     "Hei.... jangan lari !" lelaki kurus berteriak sambil melesat masuk di antara tanaman memabukkan itu. Tangan kanannya menenteng senapan laras panjang yang menakutkan. Keduanya terus merangsek maju, mengejar Topan dan Arif. 

     "Kejar mereka. Jangan sampai lolos !" seru pria dengan kaos hitam. Sesekali pria kurus dengan topi rimba meletakan popor senapan di pundaknya. Jari telunjuknya bersiap menarik pelatuk dan matanya  membidik, mencari posisi kedua remaja yang terhalang oleh tanaman ganja yang mereka jaga.

     "Di mana mereka ?" Seru pria dengan kaos hitam sambil mengedarkan pandangan lurus ke depan. Sesekali ia melirik kawannya yang berdiri tak jauh darinya.

     "Terus maju. Mereka pasti belum jauh !" Seru kawannya yang terus berjalan menerobos tanaman ganja yang menghijau.

     Doorr... doorr...

Dua timah panas kembali melesat saat pria kurus dengan topi rimba melihat sesuatu bergerak gerak di antara rimbunnya tanaman ganja. Sekitar lima puluh meter di depannya kedua remaja yang diburu terus berjongkok sambil berjalan menuju hutan belantara.

     "Ayo cepat, Rif. Mereka semakin dekat !" Ucap Topan mengingatkan kawannya. Sesekali tangannya bersiap dengan sumpit beracun yang diselipkan di pinggangnya.

     "Kakiku terkilir, Pan" ucap Arif sambil meringis menahan sakit di pergelangan kakinya. Topan yang tak tega menyaksikan kawannya menahan sakit, segera menghampiri. Diraihnya tangan  kawannya berharap Arif bisa berlari. Di tengah kepanikan dan rasa takut yang menguasai dirinya. Arif tampak frustasi dan pasrah.

     "Kau pergilah, Topan. Selamatkan dirimu !" 

     "Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian !" 

     "Aku sudah tidak sanggup berjalan, apalagi berlari. Tinggalkan aku, Topan !" Seru Arif histeris. Air matanya tak lagi bisa dibendung. Di tengah ketidak berdayaan, remaja yang putus asa ini bangkit berdiri.

     "Saya menyerah !" Serunya sambil meringis kesakitan dan menahan tangis. Kedua tangannya diangkat ke atas tanda menyerah. Sedangkan dua puluh meter di hadapannya dua pria dengan wajah sangar semakin mendekat. Tatapan keduanya sangat menakutkan. Keduanya siap menembak kapanpun mereka mau.

     "Apa yang kamu lakukan, Rif ?" ucap Topan  lirih, dengan wajah penuh penyesalan. Dia sangat menyayangkan  apa yang sudah dilakukan kawannya. Menyerah, sesuatu yang tak pernah terbersit di dalam isi kepalanya. Namun Arif sudah menentukan keputusannya sendiri. Segera ia menjauh saat menyadari kawannya sudah berhadap hadapan dengan kedua penjaga ladang ganja. Kini dia tidak lagi berjongkok, melainkan merayap dengan cara tiarap. Dengan begitu posisinya semakin sulit diketahui keberadaanya.

     "Di mana kawanmu ?!" Tanya pria dengan kaos hitam. Dipandangnya wajah remaja di hadapannya. Kemudian diedarkan pandangannya,  menelusuri semua area ladang untuk mencari keberadaan Topan. Namun yang dicari tak juga terlihat. 

Arif berdiri dengan rasa takut yang menguasai diri. Tubuhnya bergetar hebat dan keringat dingin mengucur deras akibat rasa sakit, takut, dan putus asa yang menyatu dalam tubuhnya. Dia membisu dengan tangan tetap di atas kepala. Tatapannya kosong, tak ada aura kehidupan.

     "Hei... kamu tuli ?!" Hardik pria kurus dengan topi rimba di kepala. Moncong senapan ia dorong pelan higga kening remaja di hadapannya terangkat. Namun ia tetap membisu.

     "Aku tanya sekali lagi. Di mana kawanmu !" Ucap pria berkaos hitam. Suaranya pelan, namun terdengar menyeramkan dan penuh intimidasi. Matanya memindai tubuh remaja di hadapannya dari kaki hingga kepala. 

     "Sudahlah. Kita habisi saja dia. Buang - buang waktu saja !" Seru pria kurus kesal. Pundaknya yang kerempeng itu, tidak lelah meski terus menopang popor senjata laras panjang. Sementara moncong senjata itu hanya berjarak satu jengkal dari kening Arif. Baru saja pria kurus  selesai bicara, sebuah pukulan menghantam perut Arif.

     BUUGGH...

Arif mengerang kesakitan. Tubuhnya tertunduk, sementara tangannya memegangi perutnya. Pria berkaos hitam tersenyum puas. Kini tangannya mencengkeram leher remaja tersebut hingga terangkat. Kedua pasang mata beradu tatap. Arif tak kuat menatap sorot mata di hadapannya. Sorot mata yang memancarkan aura kebengisan.

     "Aa.... aku sendirian" ucap Arif pelan. Dengan posisi masih tercekik, ia coba menjawab. Namun bukannya senang, kedua orang di hadapannya justru murka. 

     "Kurang ajar... !, jelas - jelas kami melihat kalian berdua !"

     "Sudah bosan hidup, ini bocah !" 

     "Kalau begitu, kita bermain main sedikit" ucap pria kurus yang memegang senapan di pundaknya. Dijawab dengan senyuman oleh kawannya. Keduanya tersenyum penuh arti. Sementara, Arif hanya berdiri terpaku. Sulit mengartikan apa maksud dari ucapan yang baru didengarnya. Belum selesai ia mencerna itu semua.

     BUGGHH...

Popor senjata yang sedari tadi berada di pundak pria kurus. Kini sudah melayang menghantam pelipis Arif. Seketika ia menjerit kesakitan saat darah segar membasahi keningnya. Tubuhnya tersungkur ke tanah. Bagai kesetanan, pria kurus  kembali menyerang remaja yang sudah tak berdaya itu.

Kali ini kaki kanannya melayang menghantam dadanya. Seketika tubuh Arif terjengkang ke belakang.

     "Mampus kau, bocah tengik !" Hardik pria yang menendangnya. Kawannya hanya tersenyum menyaksikan kebiadaban yang dipertontonkan. Pria berkaos hitam bersiap membidik tubuh yang sudah meringkuk kesakitan.

     "Biar kuhabisi dia !" serunya dengan mengarahkan moncong senapan laras panjangnya ke tubuh Arif yang sudah  tak berdaya. Sementara pria kurus mengangguk dengan senyum lebar.

     "Lakukanlah !" Serunya singkat saat kawannya bersiap menarik pelatuk. Namun tiba - tiba kejadian yang sangat mengejutkan menggagalkan semuanya.

     "Hei... pengecut !" Sebuah suara yang cukup nyaring mengagetkan keduanya. Sontak saja mereka mencari arah datangnya suara. Keduanya mengarahkan pandangan ke seluruh area ladang yang mereka jaga. Namun mereka tak menemukan pemilik suara tersebut. 

     "Di mana dia ?!" Seru pria berkaos hitam. Matanya mencari ke sana ke mari, namun tak melihat apa - apa. Hanya pohon ganja yang bergoyang ditiup angin yang tak terlihat. 

     "Sepertinya tidak jauh" ucap kawannya yang ikut celingukan mencari asal suara. Namun yang dicari tetap belum menampakkan diri.

     "Hei..., aku di sini pengecut !" 

Kembali suara itu terdengar lantang seolah menantang. Pria berkaos hitam mengangkat senapannya yang belum sempat ia gunakan. Bergegas ia membalikkan badan, mencari asal suara. Tubuh Arif yang sudah tak berdaya ditinggalkan begitu saja.

     "Kurang ajar.... !"

     "Hei bocah tengil, di mana kamu ?!" 

     "Tangkap aku, kalau kalian bisa !" Kembali suara misterius itu bergema. Kedua penjaga ladang ganja dibuat frustasi. Raut muka keduanya memerah menahan amarah. Sesekali suara tembakan terdengar dari senapan mereka.

     "Kau ke sana, biar aku yang mencari di sekitar sini" ucap pria berkaos hitam. Kini keduanya berpencar, berlawanan arah. Dengan harapan bisa lebih cepat menemukan pemilik suara itu. 

Sementara itu, di antara tanaman ganja yang bergoyang ke segala arah. Tubuh rapuh Arif bergerak perlahan. Dengan cara merangkak tiarap, ia bergerak sejengkal demi sejengkal. Sesekali ia berhenti sejenak menahan rasa sakit yang begitu menyiksanya. 

Seluruh pakainnya sudah menyatu dengan tanah dan robek di mana - mana. Darah segar masih menetes dari pelipis dan sedikit menghalangi pandangannya. Sesekali ia menutup telinganya saat suara letusan senapan begitu menakutkan baginya. Rupanya pria berkaos hitam kehilangan kesabaran. Dia lepaskan tembakan ke segala arah. Di tengah kejengkelannya, pria berkaos hitam dikagetkan oleh suara yang membuatnya gila. 

     "Aku di sini !" Seru suara itu yang tak lain adalah suara Topan. Sontak pria berkaos hitam berbalik badan mencari asal suara yang tak jauh di belakangnya. Begitu kedua pasang mata beradu pandang, dan badan saling berhadap hadapan. Secepat kilat sebuah batu seukuran kepalan tangan melesat menghantam senapan laras panjang yang sedang membidiknya.

     "Aaauuu.... !" 

Lelaki berkaos hitam menjerit kesakitan saat tangannya dihantam sebuah batu yang cukup besar. Sontak saja, senapannya terjatuh ke tanah dan melepaskan peluru ke segala arah. 

Topan yang menyadari lemparannya mengenai sasaran, berbalik arah. Dia masuk ke dalam hutan yang ada di belakangnya. Ternyata  itu hanya siasat, agar pria tersebut mengejarnya .

      "Dasar bocah sialan !" Hardik pria tersebut. Diraihnya senapan yang terjatuh dan bergegas  mengejar Topan.

      DOORR...DOORR...DOORR...

     "Mampus kau !" Serunya dengan penuh amarah. Tiga kali timah panas ia muntahkan dengan cara membabi buta. Langkahnya dipercepat agar bisa menangkap buruannya. Baru beberapa pohon besar ia lewati. Tanpa ia duga, datang serangan mendadak dari atas. 

     "Kau yang mampus !" Seru Topan lantang. Tubuhnya melayang dari dahan sebuah pohon dengan kecepatan tinggi. Sementara tangannya menghantamkan sekuat tenaga sebuah batang kayu yang cukup besar. Pria  berkaos hitam tak siap. Tubuhnya ambruk ke tanah dengan kepala pecah. Senapannya terlempar tak jauh dari tubuhnya yang terbujur kaku.

Terpopuler

Comments

✨🥀Dhe carissa RCA🥀✨

✨🥀Dhe carissa RCA🥀✨

Mantap .... bikin tegang thor ....

2022-10-22

2

leeshuho

leeshuho

kerennnn

2022-09-03

1

leeshuho

leeshuho

rebahan santai

2022-09-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!