Eksekusi

Eksekusi

     Hembusan angin perlahan mengusap seluruh  tubuh. Sesekali mata Arif terpejam, saat dibelai oleh lembutnya sentuhan sang bayu. Sore itu cuaca cukup cerah. Iring - iringan awan yang bergerak teratur menuju lautan lepas  menjadi pemandangan yang sangat indah. 

     Sementara itu, kedua netra Topan mengamati sekumpulan ombak yang berlomba - lomba, saling berkejaran mencapai bibir pantai. Dari atas bukit itu pula sesekali ia menyaksikan perahu nelayan yang sedang mencari ikan. Tapi anehnya, tidak ada satupun  dari perahu  - perahu tersebut yang mendekati pulau yang mereka pijak .

     "Aku heran Rif... !" seru Topan. Matanya masih tertuju ke laut lepas. Perlahan  ia bangkit dan duduk bersender  pada batang pohon damar yang cukup besar.

     "Heran kenapa, Pan ?" Jawab kawannya yang masih rebahan. Dengan posisi terlentang berbantalkan kedua tangannya, Arif terus mengamati rombongan awan yang berjalan berarak. 

     "Apakah pulau ini sangat ditakuti, sehingga tidak ada satupun perahu nelayan yang mendekat ke pulau ini ?" tanya Topan menunggu jawaban. Walaupun sebenarnya ia tak membutuhkan jawaban tersebut. Karena mereka akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di pulau tersebut.

     "Siiialll.... " ucap Topan saat mendapati Arif yang sudah terpejam. Sesekali suara - suara aneh keluar dari rongga tenggorokannya. Sementara Topan  tetap terjaga, menikmati panorama yang jarang didapatnya. Fikirannya terbang,  menerawang jauh menembus jarak dan waktu. Teringat akan kedua orang tua yang sangat disayanginya. Walaupun berkali - kali ia membantah dan tidak mendengarkan nasehat keduanya, namun rasa rindu yang  begitu dalam membuat kedua matanya berembun.

     "Ibu, bapak, Maafkan Topan. Selama ini Topan sering membuat ibu dan bapak marah. Sekarang Topan merasakan beratnya kehilangan kasih sayang ibu dan bapak. Do'akan agar Topan bisa meninggalkan pulau ini dengan selamat."

     Ucapnya dalam hati. Tanpa terasa, kedua mata yang berembun itu kini menumpahkan tetes demi tetes bulir - bulir bening. Tak bisa lagi dibendung rasa  rindu yang menyatu dengan kesedihan.

Betapa larutnya remaja itu akan perasaan yang nelangsa. Hingga ia tak menyadari bahwa malam sudah datang. Topan beranjak dari duduknya, dihampiri sahabatnya yang masih terlelap. 

     "Rif... Arif. Bangun Rif."

     "Iya Pan, lama juga aku tertidur" ucap Arif sambil mengucek matanya. Diedarkan pandangannya pada sosok sahabatnya yang tengah sibuk. 

     "Sedang apa kau, Pan ?" 

     "Aku sedang membuat senjata, Rif."

     "Senjata....?!" Seru Arif kaget.  Diamati lagi benda yang sedang dipegang kawannya. Hanya sebatang bambu, batinnya. Kenapa Topan mengatakan itu senjata. 

     "Selesai juga. Sekarang Kita sholat maghrib berjamaah. Nanti kita lihat, betapa mematikannya sumpit ini" ucap Topan. Diletakkannya benda yang berbentuk seperti tongkat tersebut.

     "Iyaa..."

     Setelah selesai menunaikan tugasnya sebagai seorang hamba. Keduanya menyantap beberapa buah yang Topan dapatkan sore tadi. Ada banyak buah - buahan hutan yang siap disantap oleh mereka.

     Kini kedua remaja tersebut berjalan di bawah temaram sinar rembulan. Sesekali sang rembulan menampakkan wujudnya yang utuh. Tak jarang pula cahayanya terhalang tebalnya awan hitam yang datang.

    Keduanya tampak memindai apapun yang bisa dijadikan target sumpit beracun yang mereka bawa. Dengan berjalan menerabas semak - semak  dan ilalang, keduanya memusatkan pendengaran dan penglihatan mereka. 

     Topan memberikan beberapa buah duri tajam yang panjangnya sekitar sepuluh senti kepada Arif. Kemudian dia memasukan satu duri ke lubang sumpit yang ia bawa. Dia memberi kode agar Arif mengikuti apa yang dilakukannya..

     "Hati - hati, jangan sampai kulitmu tertusuk duri ini. Ujungnya sudah aku baluri dengan getah yang mengandung racun." 

     "Oke !" jawab Arif. Keduanya melemparkan pandangan saat indera pendengaran mereka menagkap kehadiran makhluk lain di sekitar mereka. Mata kedua remaja itu dibuat mendelik tak berkedip, saat seekor babi hutan dengan tubuh besar berjalan perlahan ke arah mereka. 

     "Mahkluk apa itu, Pan ?" tanya Arif gugup. Badannya sontak gemetaran, menahan rasa takut yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Persendiannya terasa lemas dan degup jantungnya semakin cepat. Sementara sosok binatang besar dengan taring yang tajam semakin mendekati keduanya.

        

      "Babi hutan, Rif" jawab Topan tenang. Sumpit yang ada di tangannya kini bersiap membidik sasaran. Suara khas yang keluar dari binatang tersebut, membuat suasana makin mencekam. Kepala binatang tersebut mengendus ke segala arah. Kini jarak kedua remaja tersebut hanya tinggal sekitar dua meter dari babi hutan yang bersiap menyerang.

     Arif semakin gelisah saat menyaksikan binatang di hadapan mereka menghentak - hentakkan kakinya, bersiap untuk  menerjang apapun  yang ada di hadapannya. Dan tanpa diduga, babi hutan tersebut berlari hendak menabrak Arif yang tampak gelisah. 

     "Menyingkir Rif... !" seru Topan panik. Didorongnya Arif hingga selamat dari terjangan babi hutan yang ganas. Sejurus kemudian ia gunakaan sumpit beracun yang ada di tangannya. 

     Wuuusss.....

     Sekali bidik, sebuah duri yang mengandung racun mematikan menancap tepat di badan besar binatang buas itu. Babi hutan yang sudah merasakan reaksi dari jarum beracun, seketika ambruk tersungkur ke tanah. Badannya kejang - kejang beberapa  saat sebelum akhirnya tak bergerak sama sekali. 

     "Kau tidak apa - apa, Rif ?" seru Topan saat kawannya bangkit. Arif hanya meringis pelan.

     "Tidak apa - apa Pan, hanya sedikit lecet terbentur batang pohon tadi"  jawab Arif. Merinding dirinya, saat menyaksikan seekor babi hutan berbadan besar teronggok tak bernyawa.

     "Benar - benar mematikan sumpit ini Pan" seru Arif Lagi.

     "Benar Rif. Getah beracun itulah yang membuat sumpit ini sangat mematikan" jawab Topan meyakinkan. Kini keduanya berjalan kembali ke tempat mereka beristirahat. Sebuah gubuk kecil mereka dirikan, sekedar untuk melindungi dari hawa dingin malam hari. 

#####

     Malam ini sinar rembulan tidak mampu memberikan penerangan yang memadai. Iring - iringan awan hitam mencegah sang rembulan membagikan cahayanya. Hal tersebut membuat aura mencekam menyelimuti seluruh pulau misterius itu.

     Lolongan anjing hutan yang bersahut - sahutan seolah memanggil malaikat maut datang. Sementara itu, di atas bangunan besar yang berdiri di tengah pulau tersebut, terbang berputar - putar puluhan  burung gagak hitam. Suaranya yang khas mampu menghipnotis siapapun yang mendengarnya. 

     "Bawa anak itu ke meja operasi !" seru lelaki tua dengan rambut yang sudah memutih. Jari telunjuknya mengarah ke anak muda berusia lima belas tahun yang sedang  terduduk bersender pada dinding tembok yang sudah kusam. Tangannya merangkul kedua lutut kakinya yang menekuk. Sorot matanya tajam menghujam dua orang yang berdiri di depan pintu sel. 

         Ya. Bocah itu dan puluhan lainnya sedang berada di dalam sebuah ruangan penjara dengan teralis besi berukuran sepuluh meter persegi. Mereka tidak tahu kesalahan apa yang membuat mereka diperlakukan bagai hewan peliharaan. Berdesak - desakkan di ruangan sempit dengan makan seadanya. Nyawa mereka bisa melayang kapan saja tanpa bisa dicegah.

Yang paling menyakitkan adalah, organ dalam mereka diambil lalu  diperdagangkan bagai daging hewan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah.

     "Baik boss... !" seru pengawalnya singkat. Tangannya sigap membuka gembok sel yang terbuat dari baja. Sementara Jhoni, pria tua yang rambutnya sudah memutih tersenyum puas. 

     "Tidaaakkkk.... jangan bawa aku. Aku tidak mau mati. Lepaskan aku !" jerit bocah yang yang sudah diincar oleh Jhoni. tangannya berontak saat akan di bawa. Sementara kakinya menendang - nendang ke segala arah. Kawan - kawannya hanya mematung dan membisu.

     "Lepaskan aku... !"  umpatnya lagi saat ia berhasil dikeluarkan dari sel tahanan. Dia terus memberontak agar dilepaskan hingga dua kali tamparan keras mendarat di pipinya.

     Plaakkk..... plaaakkk..... 

     "Kau ingin bebas haahhh ?!" baik kau akan kubebaskan ke alam lain. Hahaha.... !" seru Jhoni dengan sombongnya.

     "Kau yang akan mampus, tua bangka gila !" hardik bocah lima belas tahun dan tubuh kurus itu. Sontak saja kawan - kawannya bangkit berdiri dan menggedor - gedor sel besi yang mengurung mereka. Seketika itu juga suasana menjadi ricuh. Perlahan tapi pasti rasa khawatir merayap ke sekujur tubuh Jhoni. Bergegas ia meninggalkan tempat tersebut.

     "Cepat eksekusi dia. Dan bereskan kericuhan ini."

     "Baik boss !"  jawab sang pengawal. Dengan wajah bengis, ia lepaskan tembakan ke atas beberapa kali. Ternyata hal tersebut cukup efektif, terbukti dengan kembali tenangnya keadaan di dalam sel.

     Sementara itu, di sebuah ruangan yang cukup sempit  berdiri seseorang  yang berpakaian seperti dokter yang sedang melakukan pembedahan. Dengan pakaian kebesarannya, dia siap melakukan tugasnya. Di hadapannya kini terbaring bocah yang tadi di bawa oleh pengawal Jhoni. 

     "Lepaskan aku.... !" jerit histeris bocah tersebut menggema ke seluruh bangunan. 

     "Tolonggg.... !" teriaknya berkali - kali. Namun semuanya sia - sia, karena tangan dan kakinya sudah terikat. Sekuat apapun ia berontak  tetap tak mampu melepaskan dirinya.

Makin lama jeritannya semakin keras. Namun kini yang terdengar bukan jeritan kemarahan, melainkan jeritan kesakitan. Ia terus menjerit saat pisau bedah membelah dadanya, dan mengeluarkan jantung, hati dan  paru - parunya.

     Hingga akhirnya jeritannya semakin lemah seiring tetesan darah yang menganak sungai membasahi meja operasi.  Di belakang sang eksekutor, berdiri Jhoni dengan senyuman puas.

Terpopuler

Comments

Author15🦋

Author15🦋

amin

2023-07-01

1

Author15🦋

Author15🦋

sukak, kakak pinter banget merangkai kata

2023-07-01

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Ngeri

2022-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!