Cynthia pulang dengan memasang wajah cemberut, Ia turun dari mobilnya dengan sedikit membanting pintu mobil.
"Huu ...pikir siapa dia? Sok banget tuh Om-om," umpatnya sembari berjalan masuk ke dalam rumah, sementara di dalam rumah sang Ayah, Benny tampak sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
"Hei gimana bro! Ah kamu bisa aja, apa? Besok malam? Boleh ... tapi aku ajak putriku, bagaimana? Oke ... sampai jumpa besok!"
Benny menutup teleponnya dan kemudian ia melihat Cynthia yang sedang duduk di kursi dengan wajah yang kesal. Benny menghampiri putrinya dan bertanya, "Kamu kenapa? Pulang-pulang mukanya ditekuk seperti itu."
"Tahu nggak sih, Pi! Hari ini tuh Cynthia ketemu sama Om-om yang bikin tekanan darah Cynthia naik setinggi-tingginya, bikin sebel tahu nggak sih, Pi!" ucapnya sembari mengepalkan tangan.
"Om-Om? Emang kamu ketemu di mana?" tanya Benny sambil membaca koran yang ada di depannya.
"Nggak sengaja ketemu di jalan, Pi! Dia seumuran Papi gitu, tapi ... Kayaknya lebih tua an Papi deh hehehe."ucapnya sembari tersenyum kepada Papinya. Benny melirik kearah putrinya dengan wajah masam.
"Bagus! Papi sendiri di bilang sudah tua, asal kamu tahu gini-gini Papi tuh dulu di idolakan sama teman-teman sekolah Papi," ucap Benny tak terima. Cynthia tampak membulatkan matanya saat Benny bercerita tentang masa mudanya.
"Papi dulu adalah ketua OSIS, banyak cewek-cewek yang ngantri jadi pacar Papi, secara Papi tuh udah ganteng, keren, tuh kamu lihat sendiri, Papi masih terlihat keren, kan!" ucap Benny percaya diri, rupanya sang putri justru tertawa kecil mendengar pengakuan Benny.
"Tampan, Pi! Masa sih, termasuk cowok populer dong Pi!" goda Cynthia sembari melihat penampilan Papinya sekarang yang seolah bertolak belakang dengan cerita yang disampaikan.
"Iya dong! Tapi kepopuleran Papi tiba-tiba meredup dengan kedatangan siswa baru, dia adik kelas Papi, namanya Rico."
"Rico? Seperti nama duda itu, hmm mungkin beda orang, hello emangnya yang punya nama Rico, dia doang." gumamnya sembari terus mendengarkan cerita Benny.
Cynthia tampak serius mendengarkan cerita Benny hingga ada satu hal yang membuat Cynthia tidak bisa menahan tawanya.
"Gadis incaran Papi, ternyata suka sama Rico, hhh ... nasib-nasib," ucap Benny sambil melengkung kan tubuhnya, sontak pengakuan Benny membuat Cynthia tertawa. Gadis itu sungguh-sungguh tidak menyangka jika nasib percintaan Papinya begitu mengenaskan.
"Hei kamu ngetawain Papi, ya!" seru Benny menatap wajah Cynthia yang terlihat memerah karena menahan tertawa secara tiba-tiba.
"Enggak kok, siapa juga yang ngetawain Papi, hahaha ... ups! Maaf Pi! Cynthia nggak bermaksud ngetawain Papi, tapi ngenes banget sih kisah cinta Papi, terus apa gadis yang Papi incar itu jadi pacarnya siswa baru itu?" tanya Cynthia sembari mengernyitkan dahinya.
Benny tersenyum, kemudian Benny menceritakan hal yang mengejutkan kepada Cynthia.
"Kamu tahu, ternyata Rico menolak gadis itu, Rico tidak menyukainya, dan tak di sangka Papi dan Rico menjadi teman baik, ya meskipun kami berbeda kelas, dia adik kelas Papi, tapi Rico sudah terlihat begitu dewasa, kita punya hobi yang sama, yaitu climbing, kita berdua sering banget tuh luar kota hanya untuk sebuah pendakian."
Cynthia tampak serius mendengarkan cerita Benny, hingga akhirnya Benny menceritakan tentang Almarhum sang Mami.
"Rico tahu jika Papi suka dengan gadis itu, dia ingin membantu Papi untuk mendekati gadis incaran Papi, dan akhirnya dengan kegigihan Rico mendekatkan kami, Papi dan gadis itu akhirnya berpacaran dan menikah, iya ... dia adalah mendiang Mami-mu." ucapnya sembari melihat wajah Cynthia yang sedang tersenyum.
"Baik banget ya teman Papi! Apa sekarang Papi masih berhubungan dengan teman Papi itu?" tanya Cynthia penasaran.
"Masih dong! Bahkan besok malam Papi di ajak nostalgia tuh sama teman-teman sekolah Papi, ya reuni kecil-kecilan lah, kamu ikut ya! Papi sudah bilang sama teman-teman Papi untuk mengajak kamu!" seru Benny.
"Reuni Pi? Sama teman-teman sekolah Papi? Wow boleh juga, ah tapi udah pada tua semua dong Pi! nggak-nggak Cynthia nggak mau." balas gadis itu sambil menggigit jarinya.
"Ya nggak tua-tua banget lah, ada Kok yang masih muda, Papi aja yang mukanya boros, jadi kelihatan tua." celetuk Benny sambil garuk-garuk kepalanya.
"Hehehe, Papi nggak tua kok, cuma keriput aja!" sahut Cynthia yang kemudian segera berlari ke atas kamarnya.
"Huuh dasar anak bandel! Pokonya besok kamu ikut Papi, Papi nggak mau ninggalin kamu sendirian, entar Kamu nya yang main jauh sama teman-teman mu,"
"Iya iya Pi! Cynthia mau mandi dulu!" sahut Cynthia sembari berjalan menuju kamarnya.
Benny menggelengkan kepalanya, sejenak pria itu menatap foto almarhum istrinya yang berbeda di atas meja di sebelah tempat duduknya.
"Lihatlah! Putri kita sekarang sudah dewasa, dia cantik seperti dirimu, andai saja kamu masih hidup, mungkin kamu akan bangga memiliki putri secantik dia."
Benny tampak memeluk potret itu, potret seorang wanita yang sedang tersenyum.
*
*
*
Di dalam kamar mandi.
Cynthia rupanya sedang berendam sembari menikmati lilin aromaterapi yang terletak di dekat bathtub. Tiba-tiba saja terdengar suara ponsel berdering. Cynthia segera melihat siapa yang sudah menghubunginya.
"Juna? Ngapain lagi sih anak"
"Halo! Ada apa lagi? Sorry kita udah putus, nggak usah telepon-telepon aku lagi, bye maksimal!"
Cynthia terlihat memutar bola matanya dan tak habis pikir kenapa laki-laki itu masih saja ingin bersamanya, padahal Cynthia sudah memutusnya tiga hari yang lalu.
"Dasar cowok! Udah di putusin masih saja telepon-telepon, males banget!"
Cynthia Kembali memejamkan matanya dan menghirup kembali aromaterapi itu, dan lagi-lagi suara dering telepon mengganggu pendengarannya.
"Astaga! Nggak bosan-bosannya gangguin aku mulu, Duuhh ngerepotin aja."
Cynthia segera meraih ponselnya dan dengan cepat Cynthia membuka percakapan. Tanpa melihat nomor siapa yang sedang menghubunginya.
"Halo! Eh udah aku bilangin ya, nggak usah telepon-telepon aku lagi, ngerti nggak sih, kita udah putus tus tus." ucapnya yang hampir saja menutup ponselnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang memanggil nama Cynthia.
"Eh Cynthia Cynthia, ini aku Abel."
Sejenak Cynthia terperanjat ternyata telepon itu dari Abel, temannya sendiri.
"Halo! Ini beneran Abel?" tanyanya tak percaya.
"Ya ampun, Cynthia! Masa kamu nggak nyimpen nomorku sih, lihat dong siapa yang lagi telepon?" protes Abel yang membuat Cynthia garuk-garuk kepala.
"Hehehe, Sorry! Aku nggak lihat, Aku pikir itu tadi Juna." ucap Sinta meminta maaf.
"Hhh ... kebanyakan cowok si Kamu." ucap Abel.
"Iya sorry, Aku beneran nggak ngerti, eh ada apa Kamu telepon?" tanya Cynthia sembari bermain air sabun.
"Enggak ada apa-apa, eh gimana tadi kamu anterin tuh anak orang? Di marahin nggak sama bokap nyokap nya?" tanya Abel penasaran.
"Kamu tahu nggak sih, siapa Daddy dari gadis itu?" tanya Cynthia sembari mengeratkan giginya.
"Ya mana Aku tahu?" Abel tampak menaikkan pundaknya.
"Sumpah ya baru kali ini Aku nemuin spesies manusia yang bikin darting ku meningkat, pria yang sok kecakepan, sok ganteng, huuu ... ternyata dunia ini begitu sempit, kenapa Aku harus ketemu sama dia lagi sih, parahnya tuh Om-om ternyata Daddy-nya Kiara guys!"
"Apa? Jadi Om Rico, si tampan itu adalah Daddy-nya Kiara! Waahh asyik dong, jadi kesempatan tuh untuk deketin Daddy-nya." celetuk Abel.
"Maksud mu?"
...BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Dedeh Dian
he he ..ok thor
2022-10-14
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
siap2 ketemu lagi deh 😁
2022-09-21
0
CANTIKA
dulu ditaksir maminya,ehhh jd jodoh anaknya😄😄,seru thor
2022-08-24
0