BAB 15

Feng Lias menegakkan batang pohon tersebut menjadi 8 tiang.

Feng Lias juga membelah pohon kayu itu menjadi tipis-tipis, meskipun itu masih sangat kasar, setidak masih bisa untuk menutupi mereka dari panas dan hujan menjadikan dinding pondok mereka.

"Ibu, untuk sementara atapnya aku letakkan dedaunan saja, ini juga sudah hampir sore," ucap Feng Lias.

"Tidak apa-apa, besok ibu akan merangkaikan daun ilalang untuk di jadikan atap," ucap Ibu.

"Apa Ibu bisa melakukannya?" tanya Feng Lias.

"Tentu saja, sejak ibu sudah tak punya kekuata lagi, ibu belajar berbagai hal lainnya, karena hanya ini yang bisa ibu lakukan," ucap Ibu tersenyum kecut.

"Aha! Aku punya ide, bagaimana jika bulu kelinci kecil ini saja kita jadikan atap," ucap Feng Lias mengalihkan pembicaraan agar ibu tidak sedih.

"Auauauauaua," omel kelinci tersebut.

"Hahaha... Momo, dia hanya bercanda saja, jangan kamu masukkan dalam hati," ucap ibu mengendong Momo.

"Kenapa bunyi kelinci seperti itu ya?" tanya Feng Lias dalam hati. "Oh iya, akukan bukan lagi di duniaku yang dulu, di sini hewannya sangat aneh-aneh dan aku harus terbiasa di sini," ucap Feng Lias mengamgguk.

"Ayo Feng Lias, ibu sudah memasak daging kura-kuranya, mari kita makan," ajak Ibu.

Feng Lias dan Ibu duduk bersila di atas dedauan bersama ibu dan Momo.

"Awas kamu makannya rakus, aku tidak sanggup memelihara hewan yang makannya banyak," ancam Feng Lias menatap Kelinci kecil itu.

Kelinci itu bersembunyi di belakang Ibu dengan takut.

"Hahaha... kalian yang akur, kitakan tinggal 1 tempat," ucap Ibu tersenyum.

"Ayo Momo, ini bagianmu," ucap Ibu memberilan beberapa potong daging kura-kura.

Kelinci itu melahapnya dengan cepat.

"Masakan Ibu memang selalu enak," ucap Feng Lias memujinya.

"Kamu bisa saja," ucap Ibu tersenyum.

Kelinci itu berdecit, meminta makanan lagi.

"Sudah aku tebak, kamu makannya bahkan lebih banyak dariku," ucap Feng Lias memebelalakan matanya.

"Sudahlah, ayo ini untuk Momo lagi," ucap Ibu lembut sambil mengusap kepala Momo.

Hewan itu pun makan dengan lahap.

"Ibu, aku ingin mengambil dedaunan untuk atap rumah kita," ucap Feng Lias setelah ia makan.

"Baiklah, ibu akan beres-beres," angguk Ibu.

Feng Lias kembali masuk dalam hutan dan mengambil dahan-dahan pohon yang masih berdaun rindang dan membawanya pulang dan menyusun di atas pondoknya.

"Ibu, semuanya sudah selesai, ibu istirahatlah, aku memetik daun obat untuk ibu jual besok," ucap Feng Lias menenteng bakul di punggungnya.

"Apa kamu tidak lelah?" tanya Ibu.

"Tentu saja tidak, aku masih banyak simpanan tenaga," ucap Feng Lias memperlihatkan otot lengannya.

"Baiklah, tapi kamu tetap harus hati-hati ya, di sana banyak hewan buas," pesan Ibu.

"Siap Ibu, aku berangkat dulu," ucap Feng Lias melangkahkan kaki menuju hutan yang kemaren ia sempat ia melihat nafas di dalam tanah, ia sangat penasaran apa isi tanah itu.

Sesampinya di sana, hutan tak berpenghuni itu Feng Lias masuk ke dalam dan melihat keadaan.

"Aku ingat, tanah bernafas itu ada di sini," ucap Feng Lias duduk di atas sebuah pohon tumbang.

Tiba-tiba Pohon yang di duduk oleh Feng Lias itu bergerak dengan sendirinya.

"Eh ada apa ini?" tanya Feng Lias memegang pohon tersebut.

Yang lebih membingungkan pohon itu bergerak meleok-leokkan batangnya.

"Ini pasti ada yang tidak beres," ucap Feng Lias berdiri di atas pohon tersebut.

Batang pohon itu malah mengeluarkan sayapnya dan terbang ke langit.

"Astaga apa yang terjadi?" tanya Feng Lias memeluk erat batang pohon itu yang membawanya terbang, namun tak lama batang pohon itu terjatuh ketanah dan Feng Lias juga itu terjungkang.

"Aduuuhh! Kenapa mendaratnya sangat sadis, oh pinggangku!" ucap Feng Lias memegang pingganngnya.

"Tapi kenapa pohon ini bisa terbangbdan bersayap?" tanya Feng Lias penasaran.

Feng Lias berdiri dan membersihkan sebagian pohonnya, ternyata kerak dari pohon kayu itu ada seperti warna emas.

Tiba-tiba pohon kayu itu seperti mengerang.

"Ekhhh... kenapa pohonnya bersuara?" tanya Feng Lias kaget tapi ia sangat penasaran dan ia pun menuju pangkal pohon itu dan membersihkannya.

"Astaga!!!" teriak Feng Lias mundur kebelakang.

"Tolong aku, jika kau bisa menolongku, maka aku akan menjadi pengikutmu," ucap pohon kayu itu dan ternyata dia adalah naga emas.

"Ehk... kau bisa bicara?" tanyaFeng Lias memiringkan kepalanya.

"Tentu saja, karena aku hewan legendaris yang sudah lama bersembunyi di sini karena luka-luka di tubuhku," ucap Naga itu.

Feng Lias memberanikan dirinya untuk mendekati Naga besar itu dan membersihkan kerak di tubuhnya yang membentuknya seperti pohon kayu.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Feng Lias.

"Aku terluka akibat menyerang para penjahat dari negara Selatan, mereka ingin menundukkanku dan aku menolaknya, jika melawanku terang-terangan merwka tidak akan sanggup, tapi mereka malah bermain licik dan menjebakku sehingga aku terluka dan untung saja aku bisa melarikan diri di negara Feng dan bersembunyi cukup lama di sini sehingga tidak ada yang menemukanku, jika aku sembuh, alu akan .engahamcurkan negara selatan itu ," ucapnya geram.

"Hm... karena kau sudah mengakuiku sebagai Tuanmu, aku ingin kita mengikat sebuah janji agar kau tidak berkhianat," ucap Feng Lias.

"Janji seperti apa?" tanya Naga itu heran.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Harman LokeST

Harman LokeST

seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuussssss Lias

2024-03-13

0

wak-Kat

wak-Kat

👌

2023-02-05

0

Harman LokeST

Harman LokeST

seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt

2022-11-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!