BAB 3

Lias pun naik panggung dan lawannya adalah pria bertubuh besar, otot-otot pria itu terlihat dan badannya kekar.

"Astaga, tubuhnya sangat besar," ucap Lias kaget dengan lawannya.

Mulai

Pria besar itu menangkap tubuh mungil Lias dan menghempasnya ke lantai membuat punggung Lias sangat sakit. Namun Lias kembali berdiri dan lagi, pria itu mengangkat tubuh Lias dan memutarnya dan kembali membantingnya kelantai.

Kali ini Lias tak sanggup bangun, ketika Pria itu mendekati Lias, Lias langsung merentangkan tangannya.

JURUS BUNGA API

Duaaaarrrr!

Tubuh pria itu terbakar. pria itu berlari ke arah ke ramaian dan berusaha memadamkan api di tubuhnya. Sayangnya pria itu terkena luka bakar di sekujur tubuhnya.

"Hehehe, ternyata kau berguna juga," ucap Lias menyengir meskipun ia dalam keadaan terbaring di lantai.

Pembawa acara itu melemparkan 4 uang koin di hadapan Lias dan Lias dengan susah payah mengambil dengan cara merayap karena ia tak sanggup berdiri.

"Kenapa ini ada 3 koin, bukankah perjanjiannya ada 5 koin?" tanya Lias tak terima.

"Seharusnya kau bersukur jika aku memberimu 3 koin atau kau juga tidak akan di bayar, karena kau juga terluka parah, jika kau tak terluka baru kau mendapatkan 5 koin," ucap pembawa acara itu.

"Dasar penipu," umpat Lias. Ia pun berusaha turun dari panggung dengan merangkak dan di tertawakan oleh para penonton.

"Ibu lihatlah dia seperti anjing yang berjalan dengan 4 kaki," ejek seorang anak laki-laki kecil.

"Sialan! Anak kecil saja mengejekku, aku harus menjadi kuat agar tidak di rendahkan orang lagi," ucap Lias meraih sebuah pagar dan ia berusaha bediri.

"Astaga! punggungku sangat sakit," ucap Lias. Ia pun berjalan pulang dengan membawa sebatang kayu untuk di jadikan tongkat.

"Wah... sepertinya Tuan Muda kita sudah tua tak sanggup berjalan lagi," ejek para pemuda, mereka dari kalangan bawah tapi mereka bisa berkultivasi.

Lias hanya menatap mereka tanpa bisa berbuat apa pun karena dalam keadaan sakit. "Lihat saja nanti jika aku sudah menjadi kuat, kalian akan ku hajar habis-habisan," ucap Lias kesal.

"Hahaha... sepertinya mulutmu saja yang tajam, tapi lihatlah, berjalan saja kau di temani tongkat, bagaimana kau bisa melawan kami," ucap mereka tertawa meledek.

Lias pun pergi tanpa mempedulikan mereka lagi.

"Lias," ujar Ibu membantu Anaknya untuk masuk ke gubuknya itu. Ibunya pelan-pelan mendudukan Lias di tempat tidur yang hanya terbuat dari kayu dan di alas dengan sehelai kain tipis. Ibu pun berlari mengambil secangkir air minum yang terbuat dari bambu.

"Lias, minum dulu," ucap ibu menyerahkan air minum itu kepada Lias.

"Terima kasih Ibu," ucap Lias meneguk air minum tersebut.

"Apa yang terjadi denganmu Lias?" tanya ibu khawatir sambil mengusap kepala anaknya itu.

"Aku tidak apa-apa Bu," ucap Lias, ia mengambil tangan ibu yang ada di kepalanya lalu meletakan 3 keping koin di tangan Ibu.

"Dari mana kau mendapatkan uang ini Lias?" tanya ibu kaget.

"Tadi aku mengikuti pertandingan dan inilah hasilnya," jawab Lias.

"Dengan uang segini tak sebanding dengan rasa sakitmu ini Nak, Ibu harap, kau tidak melakukannya lagi, biar ibu yang bekerja mencari tanaman obat saja untuk memenuhi kebutuhan kita," ucap ibu sedih.

"Tidak Ibu, aku anak laki-laki, aku yang akan menghidupimu, aku yang akan mencari tanaman obat, Ibu duduk saja di rumah," ucap Lias yakin.

"Tapi kamu kan belum mengenal tanaman obat," ujar ibu.

"Benar juga, besok aku akan ikut ibu untuk ikut dengan Ibu untuk belajar tanaman obat," ucap Lias.

"Baiklah, kamu lebih baik istirahat dulu untuk memulihkan diri dulu, Ibu akan meracik obat param agar sakitmu sedikit berkurang," ucap Ibu membaringkan Lias ke tempat tidur dan ia pun langsung ke dapur memilih bahan obat.

Setelah pembuatan obat, ibunya pun membawanya ke tempat tidur.

"Ibu hanya bisa membuat obat luar saja, karena Ibu tak punya tenaga dalam untuk membuat obat dalam," ucap Ibu sambil meletakan obat yang ia tumbuk tadi diatas meja kayu.

"Tidak apa-apa Bu," ucap Lias tersenyum.

Ibu pelan-pelan memotong bajunya dan mengobati luka di memar di tubuh Lias dengan cara menempelkan obat itu ke tubuhnya.

"Ini mungkin akan sembuh 2-3 hari, Kamu harus istirahat ya di rumah," ucap Ibu.

"Baik Bu," ucap Lias nurut.

xxx

Ke esokan harinya Lias bangun dari tempat tidurnya. Ia melihat Ibunya yang sedag bersiap-siap berangkat.

"Ibu mau ke mana?" tanya Feng Lias mengucek-ucek matanya.

"Ibu mau berangkat mencari bahan obat, kamu di rumah saja," ucap Ibu.

"Tidak Ibu, aku harus ikut Ibu, Ibu juga sudah berjanji akan mengajariku tentang bahan obat," ucap Feng Lias.

"Tapi kamu masih sakit," ucap Ibu khawatir.

"Tidak apa Ibu, aku sudah kuat," ucap Lias melompat-lompat.

Ibu menghela nafas. "Baiklah," ucap Ibu memberikan baju yang ia jahit semalaman.

"Terima kasih Ibu," ucap Lias menerima baju tersebut dan memakainya.

Mereka pun berangkat ke hutan dan tidak lupa Lias membawa parang panjangnya, namun ini bukan hutan larangan, tapi sangat sulit mencari bahan obat di bandingkan di hutan larangan namun di sana lebih banyak hewan yang berbahaya. Jadi Ibunya hanya mendapat sedikit bahan obat karena sudah di petik duluan.

"Haishh... Sepertinya di sini sudah di petik duluan," ucap Ibu kecewa.

"Ibu, bagaimana jika kita memetiknya ke hutan sana," ucap Lias.

"Jangan! Di sana sudah masuk perbatasan hutan larangan," ucap ibu melarang.

"Tapi Ibu, di sini sudah tidak ada lagi tanaman obatnya, Ibu tidak mungkin pulang dengan tangan kosongkan? Mari ikut aku," ajak Lias memegang tangan Ibunya dan mereka masuk lebih jauh lagi.

"Eh apa mereka ingin masuk ke sana?" tanya para pemetik tanaman obat melihat Lias membawa ibunya masuk kehutan lebih jauh lagi.

"Sepertinya anaknya itu tidak waras lagi membawa Ibunya mati bersama dengannya, padahal ia sama sekali tidak bisa berkultivasi," ucap pemetik obat yang lain.

"Biarkan saja, aku tak ingin mati di sana," ucap yang lainnya dan mereka kembali mencari-cari tanaman yang tumbuh di balik rumout liar.

Ding ding.

Misi baru

Bunuh 1 ekor hewan level 1

Hadiah 10 poin

Bunuh 1 ekor hewan level 2

Hadiah 20 poin.

"Wah, poinnya banyak nih," ucap Lias mengangguk-angguk.

"Wah di sini banyak sekali tanaman obat tumbuh dengan subur," ucap Ibu senang, tempat ini bagaikan surga bagi pemetik obat.

"Ibu petiklah dengan tenang, jika ada hewan yang datang, biar aku yang akan membunuhnya," ucap Lias.

"Iya," ucap Ibu singkat dan ia langsung menerpa tanaman obat yang begitu banyak.

Ding ding

Hewan level 1 mendekat.

Lias melihat dari arah barat nampak seekor babi hutan yang besar datang menghampirinya, larinya sangat cepat.

Lias juga berlari ke arah babi hutan itu sambil mengangkat parangnya.

"Hiaaaaaatttt!" teriaknya menebas parangnya ke arah babi hutan itu, namun hanya luka di kulit luarnya.

"Aku harus cari cara untuk menusuk matanya," ucap Lias

Melihat anaknya bertarung, ibunya sangat ketakutan. "Lias lari!" teriak Ibu.

"Tidak Ibu, Ibu lanjutkan saja memetiknya, usah pedulikan aku," ucap Lias yang sambil bertarung.

JURUS PERCIKAN API

Duaaarrr!

Kesempatan datang, Lias melompat lalu menghunuskan parangnya ke arah mata babi tersebut hingga babi itu hilang kendali. Lias naik di punggung babi tersebut lalu memotong leher babi tersebut dan tersungkurlah babi itu.

Ding ding

Anda mendapatkan 10 poin.

"Poin ini aku gunakan untuk mempertajam parangku ini sebelum aku menjadikannya pedang," ucap Lias.

Mempertajam parang

Memuat...

Loading...

Mulai

10%...

30%...

45%...

Ding ding

Hewan level 1 datang mendekat.

64%...

"Ayolah cepat," ucap Lias tak sabaran.

78%...

85%...

97%...

100%...

Selesai.

Hampir saja seekor rusa bertanduk banteng menabrak Lias, secepatnya Lias mengibaskan parangnya hingga melukai wajah rusa itu.

JURUS PERCIKAN API

Duarrrrrrrrr!

Rusa itu berbalik arah dan lari, Lias mengejarnya lalu kembali menebas kaki rusa itu. Ia pun jatuh terguling-guling, Lias pun menancapkan parangnya di leher rusa tersebut.

Ding ding

Anda mendapatkan 10 poin.

"Poin ini aku gunakan untuk kecepatanku," ucap Lias.

Kecepatan.

Memuat...

Loading...

Mulai...

10%...

30%...

50%...

55%...

70%...

85%...

90%...

100%...

Selesai.

"Wah, sepertinya tubuhku menjadi ringan," ucap Lias. Ia pun mengangkat rusa itu lalu membawanya ke dekat Ibunya yang terduduk lemas melihat anaknya yang sedang bertarung, ia sangat-sangat khawatir.

"Kamu tidak apa-apa kan Nak?" tanya ibu khawatir sambil memeriksa tubuh anaknya itu.

"Ibu tak perlu khawatir, ini rusa yang ku bunuh tadi, panggangkan untukku nanti Bu," pinta Lias.

"Iya Ibu buatkan untukmu," ucap Ibu setelah merasa lega.

"Lihatlah, tanaman obat ibu masih sangat sedikit, mari aku bantu ibu memetiknya," ucap Lias membawa ambung kecil itu.

Ding ding

Hewan level 2 mendekat.

"Ibu tetap petik obatnya, ada hewan lainnya datang," ucap Lias menyerahkan ambung kepada ibunya dan memenga parang panjangnya.

Datang lagi seekor badak bercula batu, ia berjalan tidak secepat rusa tadi.

Feng Lias mendekatinya dan mengayunkan parangnya dan kena cula membuat parangnya retak.

"Astaga! Culanya sangat keras, aku harus melukai ekornya," ucap Feng Lias mengangkat parangnya.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Zaenuddin Putra-cirebon

Zaenuddin Putra-cirebon

crita gak nyambung

2024-03-27

0

Harman LokeST

Harman LokeST

foooooikkkuuuuuuuuuosssssssss teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssss Lias

2024-03-13

0

Lord Of Domains

Lord Of Domains

kok gini ya

2024-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!