Audy pun mengetuk pintu kamar Mama Febby, tapi tidak ada respon dari Mama Febby, "Kamu kenapa disini?" tanya Papa Daffa.
"Hem, tadi Audy salah, Pa, karena ngomong kasar sama Mama dan kayaknya Mama marah deh sama Audy sampe sekarang kok Mama gak ngerespon Audy sama sekali dari tadi," ucap Audy dengan wajah sendunya.
"Yaudah, kamu tunggu di ruang tamu aja ya, biar Papa yang bicara sama Mama kamu," ucap Papa Daffa dan diangguki Audy.
Papa Daffa pun masuk ke dalam kamar, "Mama ada masalah sama Audy?" tanya Papa Daffa.
Mama Febby pun menangis, "Mama tau Arka memang salah, dia pantas mendapatkan balasan atas perbuatannya, tapi Mama gak bisa dengar Arka di hina sama orang lain apalagi yang hina Arka ini Adiknya sendiri, Pa," ucap Mama Febby.
Papa Daffa pun memeluk Mama Febby, "Udah ya, jangan dipikirin apa yang dikatakan Audy, dia tadi udah sadar kalau apa yang dikatakannya salah, dia udah mau minta maaf sama Mama loh. Gak baik ah marahan sama anak sendiri," ucap Papa Daffa dan diangguki Mama Febby.
Saat Mama Febby dan Papa Daffa keluar dari kamar, tiba-tiba saja Aidy berlari dan memeluk Mama Febby sambil menangis.
"Maafin Audy, Ma. Audy salah, harusnya Audy gak bilang kayak tadi ke Mama," ucap Audy.
"Kamu gak sepenuhnya salah, harusnya Mama juga gak marah karena kelakukan Arka memang tidak bisa dimaafkan," ucap Mama Febby.
"Jadi, sekarang baikan ya, Ma?" tanya Audy.
"Iya dong sayang," ucap Mama Febby.
Audy pun memeluk erat Mama Febby dan dibalas tak kalah erat oleh Mama Febby, "Nah gini dong kan Papa seneng lihatnya," ucap Papa Daffa.
Aleta sendiri yang melihat kehangatan keluarga Mama Febby merasa iri, bagaimana tidak selama hidupnya ia tidak pernah merasakan pelukan hanya dari Bunda Dea, jika mereka berpelukan itupun karena sebuah tuntutan.
Tanpa sadar Aleta mulai berkaca-kaca dan perlahan menangis, "Kamu kenapa nangis?" tanya Kak Sandra.
"Gapapa kok kak, mungkin ini bawaan bayi," ucap Aleta.
"Ish, baby-nya jangan nakal-nakal ya, kasihan bundanya loh kalau baby nya nakal," ucap Audy.
"Iya aunty," ucap Aleta, dengan menirukan suara anak kecil.
"Ish, jadi gak sabar deh pengen lihat baby nya nanti, kalau cowok pasti ganteng dan kalau cewek pasti cantik deh," ucap Audy.
"Doain ya aunty," ucap Aleta.
"Iya, baby," ucap Audy.
"Tapi, kenapa kamu yakin banget kalau nanti baby nya bakal ganteng sama cantik?" tanya Aleta.
"Iya dong Kak, soalnya Kak Arka aja gantengnya gak ketulungan terus Kak Aleta juga sama cantik banget," ucap Audy.
"Kamu nih bisa aja," ucap Aleta.
Jujur saja Aleta sangat penasaran dengan Arka, meskipun Aleta pernah bertemu langsung, tapi tetap saja Aleta ingin melihat pahatan sempurna ayah dari anaknya.
.
"Sayang, kamu beneran udah siap ketemu sama Arka?" tanya Mama Febby.
"Iya, Ma. Aleta udah siap ketemu sama Mas Arka," ucap Aleta.
Ya, Aleta memanggil Arka menggunakan Mas karena keinginan Mama Febby.
"Yaudah, sekarang kamu duduk di sofa aja ya, Papa kamu lagi manggil Arka," ucap Mama Febby dan diangguki Aleta.
Disisi lain, Arka yang tengah asik dengan pekerjaannya di kamar pun menatap pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka dan menampilkan Papa Daffa.
Arka sendiri bekerja seperti biasanya yaitu di kantor, tapi yang membedakan adalah saat akan berangkat kerja Arka akan menghubungi keluarganya jika ia akan keluar dan mereka akan menyembunyikan Aleta dengan alasan karena Aleta belum siap bertemu dengan Arka dan Arka pun memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya di rumah agar tidak terlalu menyulitkan untuknya dan keluarganya.
"Kenapa, Pa?" tanya Arka.
"Kamu siap-siap sana," ucap Papa Daffa.
"Siap-siap buat apa, Pa?" tanya Arka.
"Aleta mau ketemu sama kamu," ucap Papa Daffa.
"Dia mau ketemu Arka, yakin, Pa?" tanya Arka.
"Kenapa kamu gak mau ketemu sama Aleta?" tanya Papa Daffa.
"Ya gak lah, Pa. Arka justru pengen banget ketemu sama Aleta," ucap Arka.
"Yaudah, kalau gitu kamu siap-siap sana," ucap Papa Daffa.
"Arka gak usah siap-siap, Pa. Orang kayak gini aja Arka udah ganteng," ucap Arka.
"Percaya diri banget kamu, Ka," ucap Papa Daffa.
"Emang bener kok, Pa," ucap Arka.
"Udah gak usah banyak bicara, kamu siap-siap buat ketemu Aleta aja biar Aleta suka sama kamu," ucap Papa Daffa.
"iya, Pa," ucap Arka.
"Nanti kalau kamu udah selesai, kamu bisa ke ruang tamu. Aleta bakal nunggu kamu di sana," ucap Papa Daffa dan diangguki Arka.
Beberapa saat kemudian, Arka pun selesai bersiap-siap, Arka jamin pasti Aleta akan terpesona dengannya karena saat ini Arka begitu tampan dengan kaos berwarna putih dan celana jeans.
Arka keluar dari kamar dan menuju ruang tamu, saat sampai di ruang tamu Arka dapat melihat seorang perempuan yang membelakanginya, dapat Arka pastikan jika perempuan itu adalah Aleta, ibu dari anaknya.
Arka pun menghampiri keluarganya yang ada di ruang tamu, "Eh Arka udah datang, duduk dulu," ucap Kak Sandra.
Aleta yang mendengar nama Arka pun menjadi tegang apalagi saat Aleta melihat bayangan Arka yang duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat yang di duduki Aleta.
"Sayang, ini Arka," ucap Mama Febby, yang berada di samping Aleta.
Aleta pun tersenyum kearah Mama Febby dan kembali menundukkan kepalanya.
"Kok nunduk sih Kak, Kakak gak mau lihat Kak Arka apa?" tanya Audy.
"Eh, i itu...," Aleta sangat gugup sehingga tidak dapat berbicara secara jelas.
"Kalau emang dia masih belum siap ketemu sama Arka, Arka gapapa kok, Ma. Arka ke kamar aja," ucap Arka.
Arka pun berdiri dan bersiap untuk kembali ke kamarnya. Namun, belum sempat Arka melangkah pergi tiba-tiba Aleta berbicara pada Arka.
"Mas Arka jangan pergi, Aleta udah siap kok ketemu sama Mas Arka," ucap Aleta dan memandang Arka, tapi setelah itu Aleta kembali menundukkan kepalanya.
Arka yang mendengar hal itu cukup terkejut apalagi saya mendengar Aleta memanggilnya dengan sebutan Mas, Arka kembali duduk dan menatap lekat pada Aleta.
"Jangan nunduk sayang, lihat Arka daritadi lihatin kamu loh," ucap Mama Febby, yang semakin membuat Aleta malu.
"Ayo Kak lihat wajahnya kak Arka dong," ucap Audy.
Bukan hanya Audy, tapi Kak Sandra pun menyuruh hal yang sama pada Aleta yaitu melihat Arka. Mau tidak mau akhirnya Aleta pun mendongakkan kepalanya dan menatap Arka yang saat ini juga tengah menatapnya.
Setelah tatapan singkat tersebut, Aleta kembali menundukkan kepalanya, "Ish, Kak Aleta mah malu-malu," ucap Audy dan dihiraukan oleh Aleta.
"Karena Aleta sudah mau bertemu dengan Arka, jadi bagaimana kalau kita bahas mengenai pernikahan kalian berdua," ucap Papa Daffa.
"Pa, apa tidak terlalu cepat untuk Arka menikah?" tanya Arka.
"Kamu mau perut Aleta besar dulu baru kamu mau menikah dengan Aleta?" tanya Papa Daffa, dengan tegas.
"Bukan gitu, Pa. Tapi, Arka rasa ini semua terlalu cepat," ucap Arka.
"Kamu lihat Aleta, dia saat ini lagi hamil, Ka. Kalau kamu gak tanggungjawab sekarang takutnya Aleta jadi omongan orang," ucap Papa Daffa.
Sejujurnya Aleta merasa jika Arka tidak ingin menikah dengannya dan Aleta dapat mengerti itu, lagipula Aleta juga tidak ingin mengganggu kehidupan Arka.
"Gapapa, Pa. Kalau memang Mas Arka gak mau biar Aleta sendiri saja yang merawat anak Aleta," ucap Aleta.
"Gak, Mama gak mau ya sayang. Pokoknya kamu harus menikah dengan Arka," ucap Mama Febby.
"Tapi, Aleta gak mau mengganggu kehidupan Mas Arka, Aleta bisa kok merawat anak Aleta sendiri," ucap Aleta.
"Aku akan menikahi Aleta secepatnya," ucap Arka.
"Aleta gapapa kok Mas, Mas Arka tidak perlu melakukan hal itu," ucap Aleta.
"Anak yang kamu kandung adalah anak saya, saya tidak ingin anak saya kekurangan kasih sayang seorang Ayah, jadi saya akan menikahi kamu," ucap Arka.
Batu saja Aleta akan menjawab, tapi Mama Febby menyelanya, "Kapan kalian akan menikah?" tanya Mama Febby.
"Satu Minggu lagi, Arka akan suruh Kevin menyiapkan semuanya," ucap Arka.
"Yes, Audy bakal punya kakak perempuan," ucap Audy.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Erny Manangkari
suka dengan ceritanya
2022-09-07
1
Lissaerlina
lanjuttttt 💪💪💪💪
2022-08-03
0
AnGgun Zha
sukaaa,, lanjut thor
2022-08-03
0