"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Aleta yang mulai takut dengan tatapan pria tersebut.
"Berapa banyak uang yang orangtuaku berikan padamu heh, dasar j*lang tidak tau diri?" tanya pria itu dengan nada dingin.
"Maksudmu apa, aku tidak mengerti?" tanya Aleta.
"Halah, kau ingin membodohiku maaf Nona kau tidak bisa, cepat katakan berapa banyak uang yang kau dapatkan dari orangtuaku?" tanya pria tersebut yang semakin mendekat.
"Sepertinya ada kesalahpahaman disini, aku tidak sengaja masuk ke kamarmu dan juga aku tidak mengerti apa yang kau maksud jadi sekarang aku akan pergi," ucap Aleta.
"Kesalahpahaman kau bilang, kau pikir aku percaya," ucap pria tersebut.
"Aku tidak butuh kepercayaanmu yang jelas aku harus pergi sekarang," ucap Aleta dan membalikkan tubuhnya.
Sebelum Aleta membuka pintu tiba-tiba tangannya ditarik hingga ia pun membalikkan badannya menghadap pria tersebut lalu pria tersebut pun mencium Aleta, Aleta terkejut saat merasakan benda kenyal itu berada di bibirnya ia berusaha untuk melepaskannya, namun usahanya gagal karena pria tersebut jauh lebih kuat dan lama kelamaan Aleta pun pasrah.
"Huh huh a aku rasa ini salah," ucap Aleta yang mengambil nafas.
"Salah bagaimana?" tanya pria tersebut.
Saat dirasa pria tersebut melepaskan ciumannya Aleta segera menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari kamar tersebut, namun lagi-lagi usahanya kembali gagal karena pria tersebut menggendongnya dan menaruh Aleta di ranjang.
"A apa yang kau mau?" tanya Aleta.
"Sama seperti yang kau mau," ucap pria tersebut lalu kembali mencium Aleta kali ini ciuman pria tersebut cukup ganas hingga tanpa sadar mereka berdua pun melakukan perbuatan yang tidak seharusnya mereka lakukan, mereka melakukannya hingga jam 2 dini hari.
Pria tersebut melakukannya beberapa kali dan setelah puas baru mereka tidur, pria tersebut memeluk Aleta begitupun dengan Aleta yang hanya pasrah karena dipeluk pria tersebut bagaimana tidak, Aleta saja sudah tidak punya kekuatan lagi untuk memberontak dan melepaskan pelukan tersebut.
Pagi harinya Aleta terbangun dan saat ia membuka matanya ia melihat dada bidang seorang pria lalu Aleta melihat pria tersebut, pria yang memiliki wajah tampan.
Aleta baru menyadari jika pria tersebut sangat tampan karena semalam kamar gelap jadi Aleta tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana rupa pria tersebut dan entah apa yang ada dipikiran Aleta hingga ia tersenyum saat mengingat bagaimana ganasnya mereka melakukan kemarin malam.
Aleta mulai tersadar 'Astaga Aleta, apa yang kamu pikirkan?' tanya Aleta pada dirinya sendiri dalam hati.
Aleta pun beranjak dari kasur dan merasakan sakit di seluruh tubuhnya terutama bagian sensitifnya, 'Gila sakit banget,' ucap Aleta dalam hati lalu menggunakan pakaiannya sebelum ia pergi ia terlebih dulu menghampiri pria tersebut dan yang lebih gila Aleta justru mencium singkat pria itu.
"Aku rasa apa yang kita lakukan ini salah bahkan kita tidak saling mengenal, aku tidak tau kenapa ini bisa terjadi, tapi aku berharap kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucap Aleta lalu pergi dari kamar tersebut.
Aleta pergi menuju rumahnya saat ia masuk kedalam rumah ternyata disana sudah ada keluarganya di ruang tamu "Darimana saja kamu Aleta semalaman tidak pulang?" tanya Ayah Abram.
"Bukan urusan Ayah, mau Aleta pulang malam atau gak pulang pun terserah Aleta," ucap Aleta.
"Dasar anak kurang ajar! kamu mau jadi apa heh sekarang seluruh kota tau kelakuan buruk kamu," ucap Ayah Abram dengan emosi.
"Kenapa Ayah harus peduli soal itu? bukankah itu yang Ayah mau semua orang tau kalo cuma Aleta anak yang gak berguna di keluarga Alianggra?" tanya Aleta yang tak kalah emosi.
"Kamu benar-benar memang gak berguna sebagai anak, seharusnya kamu menjadi contoh untuk Adik-adik kamu, tapi kamu malah kayak gini, kamu juga harus mencari pasangan agar kamu dapat membanggakan keluarga Alianggra," ucap Ayah Abram.
"Aku membanggakan keluarga Alianggra, untuk apa aku gak peduli dengan keluarga ini begitupun dengan Ayah, apa selama ini keluarga Alianggra bangga dengan apa yang Aleta lakuin? gak Yah," tanya Aleta.
"Jaga bicara kamu Aleta! dia ini Ayahmu," ucap Bunda Dea.
"Terus kenapa kalo dia Ayahku, apa dia pernah nganggep aku anaknya? jangankan Ayah bahkan Bunda dan semua yang ada disini juga sama saja, asal Bunda tau, Aleta pikir beberapa hari ini sikap Bunda berubah karena Aleta akan menikah, tapi ternyata semua yang Bunda lakuin hanya akting supaya Vanya yang menikah dengan Geo. Aleta sangat salut dengan akting Bunda, seharusnya Bunda masuk nominasi aktris terbaik," ucap Aleta.
"Kak, aku tau Kak Aleta sedang emosi, tapi bagaimanapun juga kita ini satu keluarga Kak, bukankah seharusnya kita ini berbaikan," ucap Vanya.
Aleta melihat ke arah Vanya dengan senyum "Berbaikan tidak ada dalam kamusku," ucap Aleta laku pergi menuju kamarnya dan menangis.
"Kenapa jadi kayak gini?" tanya Aleta pada dirinya sendiri.
"Hiks hiks semuanya hancur mulai dari keluarga, hati, bahkan fisikku. Aku perempuan yang gak akan diinginkan oleh semua pria yang ada saat ini," ucap Aleta.
Saat sedang menangis Aleta teringat jika kemarin malam ia dan pria tersebut melakukan pelepasan beberapa kali "Apa aku akan hamil kayaknya gak mungkin deh?" tanya Aleta.
"Gak mungkin, kan aku cuma satu kali berhubungan badan kayaknya gak mungkin deh," gumam Aleta.
Saat Aleta sedang merebahkan tubuhnya tiba-tiba ponselnya bergetar dan Aleta pun mengangkat sambungan telepon tersebut "Halo," ucap Aleta.
"Lo kenapa Al kok lemes banget gitu jangan lemes dong, kan kemarin lo tunangan sama Geo?" tanya Tami.
Aleta hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya ini ia yakin jika Tami belum tau kalo yang bertunangan bukan Aleta melainkan Vanya dan jika Tami tau tentang hal itu, dapat Aleta pastikan Tami akan langsung menemui Geo dan menamparnya.
"Kenapa diem aja Al gimana acaranya kemarin?" tanya Tami.
"Ya gak gimana-gimana, Mi," ucap Aleta.
"Ih lo ya Al, bikin gue iri aja, akhirnya ya lo dapet cowok yang baik banget buat lo, asal lo tau Al kalian berdua itu cocok banget," ucap Tami.
"Aku saranin kamu jangan iri sama aku Mi," ucap Aleta.
"Kenapa emangnya, orang hidup lo itu sempurna banget apalagi setelah lo sama Geo," ucap Tami.
"Aku tutup dulu ya Mi, capek banget soalnya," ucap Aleta.
"Hemm, Yaudah deh kalo gitu lo istirahat aja Al sampai ketemu tiga hari lagi ya," ucap Tami lalu Aleta pun memutuskan sambungan telepon tersebut.
Tami tau bagaimana hubungan Aleta dan Geo bahkan saat Geo menyatakan perasaannya ke Aleta, Aleta meminta pendapat dari Tami sebab itu Tami percaya jika Geo tidak akan melukainya, namun semuanya salah.
Di dalam kamar Aleta melamun sambil memandang langit kamarnya, "Aku harus gimana sekarang? aku gak tau lagi, semua orang membenciku saat ini," tanya Aleta yang kembali menetes air matanya.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Aleta lalu masuklah Bi Ratih yang membawa beberapa makanan.
"Non Aleta, makan dulu ya," ucap Bi Ratih.
"Bi hiks hiks hiks, Aleta gak kuat Bi," ucap Aleta dan menangis di pelukan Bi Ratih.
"Udah ya Non jangan nangis lagi Bibi gak tega liatnya," ucap Bi Ratih.
"Bibi tau semua ini?" tanya Aleta.
"Bibi juga gak tau Non, Bibi baru tau setelah Non Aleta berangkat dari rumah ke hotel, Bibi dengar dari Hana kalo yang bertunangan itu Non Vanya bukan Non Aleta," ucap Bi Ratih.
"Kenapa mereka tega banget sama Aleta Bi, padahal Aleta gak pernah ngelakuin kesalahan ke mereka, Aleta ngerasa kalo Aleta itu bukan anak kandung Ayah sama Bunda, Bi," ucap Aleta.
"Non Aleta ngomong apa sih, Non Aleta itu anak kandung dari Tuan dan Nyonya," ucap Bi Ratih.
"Terus kenapa mereka ngelakuin ini Bi?" tanya Aleta.
"Mungkin Tuan dan Nyonya belum sadar jika mereka punya anak perempuan yang tegar kayak Non Aleta," ucap bi Ratih.
"Makasih ya Bi udah mau nenangin Aleta," ucap Aleta.
"Sama-sama Non, bibi juga seneng banget liat Non Aleta senyum daripada nangis," ucap bi ratih.
"Aleta!" panggil Bunda Dea.
"Bi, Aleta ke Bunda dulu ya," ucap Aleta dan diangguki Bi Ratih.
Aleta pun menghampiri Bunda Dea yang berada di ruang tamu, "Ada apa Bun?"tanya Aleta.
"Kak Leta harus bisa terima kenyataan kalau Geo itu pasangannya Vanya," ucap Vanya.
"Iya Kak, bener kata Vanya kamu harus terima semuanya demi kebahagiaan Adik kamu," ucap Bunda Dea.
"Kenapa Bunda kayak gini? Apa salah Aleta?" tanya Aleta.
"Aleta!" bentak Ayah Abram.
"Kenapa Ayah mau nyuruh Aleta buat terima semuanya, kenapa sih kalian gak pernah memperlakukan Aleta layaknya seorang anak? Kenapa? Apa karena Aleta bukan anak kalian, jadi kalian membeda-bedakan Aleta?" tanya Aleta dan mulai meninggikan suaranya.
"Jaga ucapan kamu!" teriak Ayah Abram.
"Kenapa Ayah mau marah iya? Kalau mau marah, ya marah aja Yah gak ada yang ngelarang kok lagian Aleta juga udah terbiasa sama bentakan Ayah," ucap Aleta.
Plak
Ayah Abram menampar Aleta cukup keras bahkan suara tamparan tersebut cukup nyaring.
Aleta sendiri menatap tak percaya ke arah Ayah Abram, "Aleta bener-bener kecewa sama Ayah," ucap Aleta dan pergi dari rumah.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kamiem sag
Gaes
sebenarnya ALETA tu anaknya siapa sih
2023-10-07
0
Erny Manangkari
penasaran dengan ceritanya..
2022-09-07
1
Yanti Ariani
penasaran aja sama novel ini.belum.ketemu bagusnya...maaf ya Thor..🙏
2022-08-21
0