"Jadi waktu si Aleta ini masuk ke dalam kamar lo itu, lo ngelakuin hal itu ke dia?" tanya Kevin.
"Hem," jawab Arka.
"Wah, Ka, lo keren," ucap Kevin.
"Keren?" tanya Arka.
"Iya, lo kan gak pernah punya pacar, tapi langsung jebol aja," ucap Kevin.
"Dasar aneh," gumam Arka.
"Btw, Tante Febby udah tau belum kalo lo udah jebolin anak orang?" tanya Kevin.
"Belum," ucap Arka.
"Terus kapan lo mau bilang ke Tante Febby? ya takutnya nanti malah Tante Febby tau sendiri dan marah sama lo, Ka," tanya Kevin.
"Gue juga bingung mau kapan bilangnya," ucap Arka.
"Gue sih cuma saranin secepatnya aja," ucap Kevin dan diangguki Arka.
"Terus si Aleta gimana?" tanya Kevin.
"Gue juga gak tau," ucap Arka.
"Kalo seandainya dia hamil?" tanya Kevin.
"Ya, semoga aja gak, lagian nih ya gue cuma sekali ngelakuin itu sama dia masa langsung jadi aja," ucap Arka.
"Ck, lo emang sekali, tapi lo udah berapa kali lolosnya?" tanya Kevin.
"Lolos apaan?" tanya Arka.
"Ya, benih lo tuh udah berapa kali keluarnya?" tanya Kevin.
"Gak ngitung gue kayaknya sih banyak banget," ucap Arka.
"Nah kalau kayak gini sih kemungkinan besarnya dia bakal hamil," ucap Kevin.
"Lo jangan coba nakut-nakutin gue dong," ucap Arka.
"Gue gak nakut-nakutin lo, gue cuma ngasih tau aja siapa tau dia hamil dan saat dia hamil nantinya lo udah tau mau berbuat apa," ucap Kevin.
"Gue mau pastiin aja dia hamil atau gak dan setelah itu gue kasih tau ke nyokap bokap gue, bonyok-bonyok deh nih muka," ucap Arka.
"Ya, itu udah resiko lo bro," ucap Kevin.
"Oh iya, ini berkas lengkapnya lo bisa baca sendiri," ucap Kevin dan menaruh berkas tersebut ke meja Arka.
Arka melihat sekilas mengenai tempat kerja Aleta, "Dia kerja di AXA grup, bukannya perusahaan itu gak ada yang berminat bahkan salah satu perusahan yang gak akan masuk nominasi perusahaan terbaik," ucap Arka.
"Hem, lo bener. Perusahaan itu isinya cuma sampah semua," ucap Kevin lalu mendapatkan tatapan tajam dari Arka.
"Hehehe, kecuali Aleta dong," ucap Kevin.
"Vin, lo awasi dia," ucap Arka.
"Siap, lo gak usah khawatir biar gue yang mengawasinya semua kegiatan calon Bu bos," ucap Kevin dan kembali mendapatkan tatapan tajam dari Arka.
"Wih, santai dong bos bercanda," ucap Kevin.
"Udah sana pergi bentar lagi rapat," usir Arka.
"Sekretaris ngengetin Presdir udah gak jaman sekarang Presdir yang ngingetin sekretaris hahahaha," tawa Kevin pecah setelah mengatakan hal tersebut, ia pun keluar dari ruangan Arka.
"Sekretaris gak tau diri ya kayak gitu," ucap Arka.
.
Lea, Caca dan Tami saat ini sedang menonton film berjudul 'the box' mereka menonton film itu karena Tami sangat menyukai pemeran utama dari film tersebut yaitu salah satu penyanyi favoritnya, didalam film tersebut menceritakan seorang pria yang tidak berani jika harus tampil di depan orang banyak sebab itu ia akhirnya menyanyi didalam box bekas kulkas jika tampil.
Tanpa sadar Aleta menangis saat melihat adegan dimana pria tersebut tidak bisa mengatasi kepanikannya untuk menyanyi didepan orang banyak "Lo nangis, Ta," ucap Caca.
Aleta menghapus air matanya, dalam adegan itu Aleta jadi teringat saat ia juga tidak bisa mengatasi rasa kecewanya pada dirinya sendiri dan memilih untuk pergi dari rumah.
"Gapapa, kok cuma sedih aja gitu," ucap Aleta.
"Dasar, cengeng," ucap Caca.
Beberapa jam kemudian, mereka bertiga pun selesai menonton dan saat ini mereka berada di salah satu tempat minuman yang ada di lantai atas pusat perbelanjaan, "Kalian mau pesen apa?" tanya Tami.
"Aku es americano aja deh," ucap Caca.
"Aku samain kayak, Caca," ucap Aleta.
Mereka minum sambil duduk di depan tempat tersebut "Aduh, seneng banget akhirnya gue bisa nonton tuh film," ucap Tami.
Saat mereka sedang asik mengobrol tiba-tiba ponsel Caca bergetar "Siapa, Ca?" tanya Tami.
"Biasa my Abang," ucap Caca lalu mengangkat sambungan telepon tersebut.
"Gue pamit dulu gapapakan ya soalnya nih Abang gue udah di depan mall aja," pamit Caca.
"Yaudah, hati-hati ya, Ca," ucap Aleta dan dibalas dengan jempol tangan kanan.
"Kemana lagi nih kita?" tanya Tami.
"Kamu gak pulang kan biasanya kamu nemenin Mama kamu buat beli kue kalau hari Selasa," ucap Aleta.
"Astaga, Leta gue lupa kalo gue harus temenin nyokap gue beli kue, bisa-bisa kenal omel lagi nih gue," ucap Tami.
"Kamu pergi sana keburu kena omel loh," ucap Aleta.
"Terus lo gimana?" tanya Tami.
"Kamu gak usah khawatir, aku bisa naik taksi kok, kan di depan mall banyak taksi," ucap Aleta.
"Yaudah, kalo gitu gue pergi dulu ya," pamit Tami dan diangguki Aleta.
Aleta berjalan menuju halte, ia tidak mungkin naik taksi karena harganya yang cukup mahal "Huh, kapan aku bahagia?" tanya Aleta pada dirinya sendiri.
Sesampainya di rumah, Aleta pun masuk dan melihat keluarganya yang tertawa, disana sudah ada keluarga Geo dan juga Om Fariz.
Saat melihat Om Fariz, Aleta langsung merinding mengingat malam dimana Om Fariz yang berusaha untuk melecehkannya, 'Untung saja yang ngambil mahkotaku masih mua, mana dadanya bidang lagi, kalo sampe kehormatanku diambil Om Fariz wah nyesel seumur hidup sih,' ucap Aleta dalam hati.
Aleta segera menaiki tangga menuju kamarnya. Namun, suara merdu sang Ayah menghentikan langkahnya, "Kamu nih gak ada sopan-sopannya, ada Om Fariz itu salim dulu bukannya malah nyelonong aja," ucap Ayah Abram.
"Hah! salim sama Om Fariz ogah," ucap Aleta.
"Kamu ini ya jadi anak makin hari makin kurang ajar," ucap Ayah Abram.
"Ayah lupa siapa yang buat Aleta jadi kurang ajar kayak gini, ya kalian semuanya yang buat Aleta kayak gini bahkan Aleta ngerasa kalo Aleta bukan keluarga disini," ucap Aleta.
"Ya, kamu memang bukan keluarga disini," teriak Ayah Abram.
"Aleta anggap itu pujian untuk Aleta," ucap Aleta lalu pergi menuju kamarnya.
Mustahil jika Aleta tidak sakit hati mendengar perkataan Ayah Abram, "Apa Ayah bener-bener udah gak nganggep aku anaknya atau aku kenang bukan anak Ayah?" tanya Aleta.
"Ayah, Aleta akan bertahan semampu Aleta, kalau nanti Aleta nyerah tolong jangan pernah menyesal Ayah karena saat Aleta bertahan disisi Ayah, Ayah malah memperlakukan Aleta kayak gini hiks hiks hiks," gumam Aleta.
Disisi lain Ayah Abram terus meminta maaf kepada Om Fariz karena kelancangan Aleta, "Maafin, Aleta ya Riz, dia emang kayak gitu masih labil biasa namanya juga cewek mungkin dia lagi kedatangan tamu," ucap Ayah Abram dengan ramah.
"Iya, gapapa kok aku juga gak ngerasa terganggu, mungkin nanti kita bisa bicara bareng," ucap Om Fariz.
"Oh iya, gimana sama perusahaanmu lancar?" tanya Ayah Abram.
"Lancarlah, kau tau sendiri bukan bagaimana perkembangannya, kau kan pernah mampir bahkan bulan lalu perusahaanku kewalahan untuk memproduksi tas," pamer Om Fariz.
'Sepertinya akan bagus kalau Fariz jadi menantuku biar aku kebagian uangnya,' ucap Ayah Abram dalam hati.
"Wah, seandainya Aleta dapat cowok kayak kau mana mapan lagi dia gak bakal kekurangan apapun," ucap Ayah Abram.
Sedangkan keluarga yang lain hanya tersenyum karena tau maksud dari Ayah Abram.
"Iya, bener kata suamiku, Aleta pasti bahagia deh kalo punya pasangan sepertimu," ucap Bunda Dea.
"Kalau memang kalian mengizinkan, aku akan menikahi Aleta," ucap Om Fariz.
"Wah, sangat setuju," ucap Ayah Abram dan Bunda Dea.
"Aku akan melamar Aleta secepatnya, tapi mungkin tidak dalam satu bulan ke depan karena aku akan pergi ke luar negeri, biasa ada urusan kerjaan," pamer Om Fariz LAGI.
"Santai saja, kita kasih tau Aleta sekarang atau bagaimana?" tanya Ayah Abram.
"Kita kasih taunya waktu aku ngelamar dia aja bagaimana pasti dia akan senang sekali," ucap Om Fariz.
"Ide bagus," ucap Vanya.
"Nanti aku akan kasih seserahan yang sangat mahal untuk calon istriku," ucap Om Fariz yang membuat Ayah Abram dan Bunda Dea tersenyum lebar.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kamiem sag
Alianggra
keluarga madut
2023-10-07
0
Erny Manangkari
wajah dah mau mati Masi aja ngejar aleta
2022-09-07
0
$ovi
wah gila dh bau tanah gak sadar diri😌😌
2022-08-02
1